ancaman dari imam besar (part2)

Devotion from Kisah Rasul 5:25-33

Setelah para imam tahu Petrus ada di Bait Allah dan mengajar dengan bebasnya, maka mereka datang untuk menangkap kembali Petrus. Tetapi karena orang banyak mau mendengar ajaran Petrus, para tentara Bait Allah yang harus menangkap Petrus membawa dia dengan baik-baik supaya mereka tidak diamuk oleh orang banyak. Maka Petrus kembali menghadap para pemimpin agama yang meminta pertanggungjawaban Petrus. Di dalam bagian selanjutnya terjadi hal yang luar biasa. Petrus memberi jawab dengan khotbah di depan para pemimpin agama, seperti yang pernah dia lakukan di dalam pasal 4. Dia memulai dengan menekankan bahwa dia harus takut akan Tuhan. Manakah yang lebih tepat, takut kepada manusia atau takut kepada Tuhan? Begitu banyak orang tidak mengerjakan pekerjaan Tuhan karena lebih takut kepada manusia. Takut kepada manusia yang bisa menghina, mengejek, menganiaya, membunuh. Tetapi Petrus tidak takut kepada manusia lebih besar daripada dia takut akan Tuhan. Petrus takut kepada Tuhan bukan karena takut Dia akan membunuh, menganiaya, mengejek, atau menghina Petrus. Petrus takut kepada Tuhan karena dia tahu tidak pantas bagi seorang manusia yang diciptakan dan ditebus oleh Tuhan membangkang melawan Tuhannya. Takut seperti inilah takut yang murni. Mengapa takut akan Tuhan? Karena kita takut menyakiti hati-Nya, bukan karena kita takut dihukum oleh-Nya. Siapa yang taat karena takut hukuman adalah orang yang pura-pura taat. Begitu alat ancaman dari orang yang ditakuti hilang, maka rasa takutnya pun hilang juga. Takut di bawah ancaman adalah takut dari orang yang pengecut. Takut karena tahu bahwa itu adalah hal yang pantas, inilah takut dari orang Kristen sejati.

Allah membangkitkan Kristus
Lalu mulailah Petrus mengkhotbahkan Injil di depan para pemimpin agama. Berita Injil dimulai oleh Petrus dengan mengatakan bahwa Kristus yang bangkit, itulah yang diberitakan oleh dia. Petrus memberitakan tentang Kristus yang diperkenan oleh Allah dan karena itu dibangkitkan oleh Allah. Jika Allah tidak berkenan kepada Dia, bagaimana mungkin Allah mau membangkitkan Dia? Jika Kristus bukanlah sumber hidup, bagaimana mungkin Dia bangkit? Kebangkitan Kristus adalah kekuatan dari berita Injil yang dikhotbahkan Petrus. Tidak ada agama apa pun yang mempunyai proklamasi seagung ini. Adakah agama yang menyebarkan berita tentang kebangkitan pendiri agama mereka? Tetapi Yesus Kristus bangkit. Tidak ada yang lebih berkuasa daripada berita bahwa Allah membangkitkan Yesus Kristus, berita yang dikabarkan oleh orang-orang Kristen. Berita ini mematahkan kuasa dosa, mematahkan kuasa maut, mematahkan segala bentuk keputusasaan karena kematian. Yesus Kristus pernah mati, tetapi kemudian Dia bangkit mengalahkan kematian.

Bagi umat-Nya, Israel
Selanjutnya Petrus menawarkan berita Injil kepada para pemimpin agama ini. Berita Injil tidak berhenti pada proklamasi bahwa Kristus sudah bangkit mengalahkan maut. Berita Injil tidak berhenti pada proklamasi bahwa Allah Bapa sudah berkenan kepada Kristus dan membangkitkan Dia sebagai pokok keselamatan bagi semua orang pilihan-Nya. Berita Injil dilanjutkan dengan mengatakan, “bagimulah Kristus mati dan bangkit, supaya engkau bertobat dari dosa-dosamu dan menerima Dia yang diperuntukkan bagimu sebagai Tuhanmu dan Juruselamatmu” (ay. 31). Inilah tawaran Injil yang sejati. Mengapa kita sering mengubah tawaran Injil menjadi begitu menyenangkan hati manusia tetapi menghina Allah? “Tuhan mengasihimu apa adanya, tolong terimalah Dia yang sudah berkorban bagimu…” Ini menghina Tuhan! Kita harus bertobat dari dosa-dosa kita. Kristus mati bagi kita, maka sekarang bertobatlah dan tunduklah kepada Kristus! Inilah seruan Injil! Petrus mengabarkan kuasa kebangkitan Kristus dan memaparkan keberdosaan Israel yang sudah menolak Kristus, Petrus menantang mereka untuk bertobat dan menerima Kristus sebagai Raja mereka, sebagai Tuhan mereka! Biarlah kita memahami berita Injil dan keberdosaan manusia dengan tepat, sehingga seruan Injil yang meninggikan Kristus, menyatakan pengampunan Allah, dan menyatakan tuntutan Allah untuk adanya pertobatan sejati harus dilakukan.

Pada saat ini kita menemukan fakta bahwa manusia terlalu berdosa sehingga mengabaikan kemuliaan Allah dan meninggikan diri sendiri. Seruan Injil tidak lagi populer untuk dikhotbahkan seperti Petrus mengkotbahkannya. Tetapi manusia perlu seruan seperti ini. Manusia perlu tahu ada harapan untuk menang atas maut. Kematian adalah upah dosa, dan karena itu penebusan dosa adalah pengharapan untuk menang atas maut. Kristus yang dibangkitkan oleh Allah adalah bukti kuasa pengampunan yang Allah sediakan bagi manusia. Manusia perlu mendengar berita ini. Hal berikut adalah seruan bertobat. Apakah yang akan terjadi kepada manusia jika tidak ada seruan untuk bertobat sama sekali? Manusia akan makin rusak, makin hancur, dan makin hidup seenaknya dan menghancurkan komunitasnya sendiri jika tidak ada seruan pertobatan. Tetapi pertobatan dari apa? Kepada apa? Ini tidak akan menjadi jelas kecuali berita Injil dinyatakan. Injil dinyatakan dulu, baru ada arah mengenai pertobatan. Bertobatlah! Bertobat dari apa? Bertobat dari sifat berontak kepada Allah. Bertobat dari melawan Kristus. Bertobat dan berbalik arah kembali kepada Allah melalui Kristus. Pertobatan berarti sekarang sujud kepada Kristus. Pertobatan berarti taat kepada Allah melalui Kristus. Pengharapan akan hidup kekal dan pengharapan akan hidup damai hanya mungkin dengan iman kepada Kristus.

Tetapi setelah Injil dinyatakan, pemimpin-pemimpin agama menolak tawaran ini. Mereka menolak harapan hidup kekal yang telah terbukti dengan kebangkitan Kristus yang disaksikan oleh Petrus (ay. 32). Mereka juga menolak untuk bertobat dan karena itu harapan akan damai sejahtera dengan Allah dan sesama pun mereka tolak. Mereka tolak, dan karena itu mereka akan terus hidup dengan standar mereka yang cemar, dan ketika standar yang cemar ini dijalankan, tentulah orang Israel pun akan makin jauh dari kehidupan damai sejati itu. Para pemimpin setelah mendengar firman segera mempunyai niat mau membunuh para rasul. Mengapa berita Injil membuat mereka mau membunuh Petrus? Karena hati mereka sebenarnya dikuasai oleh setan. Adakah alasan untuk membenci Petrus hingga mau membunuh dia? Alasan satu-satunya adalah berita dari Petrus menghancurkan pandangan mereka terhadap agama Yahudi. Yahudi menurut versi mereka akan hancur jika dipadukan dengan berita Injil. Tetapi apakah memang Injil harus bentur dengan Taurat? Tidak. Taurat justru digenapi oleh Injil. Di dalam Taurat ada perintah mengorbankan hewan untuk pengampunan dosa. Bukankah ini digenapi di dalam Kristus? Di dalam Taurat ada perintah untuk mengasihi Allah dan sesama. Bukankah Kristus adalah teladan sejati untuk hal ini? Di dalam Taurat ada perintah untuk hidup kudus. Bukankah Kristuslah Yang Kudus dari Allah (Mrk. 1:24)? Injil menggenapi Taurat dan Taurat menantikan Injil. Jadi bagaimana mungkin seruan Injil merusak agama Yahudi? Berarti selama ini mereka sudah salah menginterpretasi Taurat. Mereka salah dalam menyusun ajaran agama! Bayangkan selama ratusan tahun para imam mengurung seluruh umat Tuhan di dalam agama Yahudi yang melawan Taurat! Celakalah orang-orang yang memegang agama yang menjauhkan mereka dari Injil.

Untuk direnungkan:
Biarlah kita semakin hati-hati di dalam mendengar firman Tuhan. Biarlah kita tidak salah berespons terhadap berita dari Tuhan. Biarlah kita juga semakin teguh memegang berita Injil, semakin mendalami berita Injil, semakin melihat betapa krusialnya berita Injil bagi hidup kita, dan boleh makin kokoh bertumbuh di dalam iman yang sejati dalam firman-Nya.