Devotion from Kisah Rasul 10:1-8
Narasi pada bacaan hari ini mengisahkan tentang kejadian di Kaisarea. Inilah tempat berikut yang menjadi sorotan untuk pekerjaan Roh Kudus yang luar biasa. Selain menjauhi Yerusalem, peristiwa ini juga akan menjadi satu tahap di mana Injil meninggalkan Israel dan tiba kepada bangsa-bangsa lain di sebelah utara. Selain karena letak geografisnya yang ada di utara, Kaisarea juga jadi tempat tinggal para petinggi pemerintahan pendudukan Romawi di Israel. Salah satu petinggi yang dikisahkan dalam narasi ini adalah Kornelius. Dia adalah pemimpin pasukan yang membawahi 100 tentara. Dia memimpin pasukan tentara Italia, yaitu sekelompok pasukan cadangan yang direkrut dari Italia. Ayat 2 mengatakan bahwa dia adalah seorang yang takut akan Allah. Orang-orang seperti Kornelius ini adalah orang-orang yang mengenal Allah orang Israel, menyembah Dia, tetapi tidak menjadi orang Yahudi. Dia tetap berada di antara keadaan sosialnya sebagai orang non Yahudi dan keadaan hatinya yang takut akan Allah. Kelompok seperti ini, walaupun sama-sama sujud kepada Allah Israel, tidak dianggap sama dengan orang-orang yang bukan keturunan Yahudi, tetapi menjalani sunat dan menjadi petobat Yahudi sehingga mengadopsi budaya Yahudi dan hidup di dalam identitas Yahudi di dalam menjalankan ibadah, Taurat, dan hari-hari raya Yahudi. Kornelius bukan orang seperti itu. Dia tetaplah seorang Romawi, yaitu orang kafir dalam pandangan Yahudi, walaupun dia memiliki iman kepada Tuhan, Allah Israel. Tetapi orang seperti ini ternyata memiliki hati dan tingkah laku yang sangat saleh. Dia disenangi oleh orang-orang Yahudi dan diperkenan juga oleh Allah. Dia seorang yang memberi banyak bantuan kepada orang miskin dan memiliki kehidupan doa yang sangat baik. Lukas sangat menekankan dua aspek ini di dalam kerohanian, yaitu memerhatikan orang-orang miskin dan memiliki ketekunan di dalam berdoa. Pemimpin pasukan ini mempunyai kedua hal itu. Bukan pertama kali ini Lukas mencatat tentang pemimpin pasukan Romawi yang saleh (Luk. 7:1-10). Orang-orang kafir yang seperti ini sangat mempermalukan orang-orang Yahudi. Kesalehan mereka melampaui kesalehan orang-orang Yahudi yang merasa sangat puas dengan identitas bangsa mereka. Mereka juga merasa cukup dengan ketaatan menjalankan Taurat secara buta dan tanpa memiliki kesalehan yang sejati.
Di dalam ayat 3 dikatakan bahwa seorang malaikat diutus untuk berbicara kepada Kornelius. Malaikat ini terlihat di dalam sebuah penglihatan dan dia memerintahkan Kornelius untuk mencari Petrus. Mengapa malaikat itu tidak langsung memberitakan Injil kepada Kornelius? Karena Tuhan memercayakan berita Injil-Nya kepada manusia, bukan malaikat. Manusialah utusan Tuhan untuk memberitakan Injil. Ayat 4 menyatakan bahwa Allah mengingat Kornelius, mendengar doa-doanya, dan mengetahui kesalehannya. Allah merencanakan untuk memanggil Kornelius, memperkenalkan Injil kepada dia, dan menjadikan dia seorang murid Kristus karena Allah telah memerhatikan kesalehan Kornelius. Allah tidak menjadikan kesalehan Kornelius sebagai dasar pertobatannya. Jika segala kesalehan Kornelius cukup untuk membuat dia diterima oleh Allah, maka malaikat itu tidak perlu memerintahkan Kornelius untuk mencari Petrus dan mendengar berita Injil darinya. Tetapi kesalehan Kornelius bukanlah sesuatu yang Tuhan abaikan. Kesalehan tidak dapat membawa manusia kepada keselamatan, tetapi kesalehan juga tidak bisa dilepaskan dari syarat seseorang menjalani hidup beriman yang sejati. Iman tanpa adanya kesalehan adalah iman yang palsu. Demikian juga kesalehan tanpa iman tidak akan membuat seseorang diperkenan Allah. Kornelius tidak mungkin dapat menjadi umat Allah dan diselamatkan oleh Allah jika dia tidak percaya kepada Kristus yang mati menebus dosa manusia.
Kata-kata “Allah mengingat engkau” seperti di dalam ayat 4 adalah kata-kata yang sangat indah. Allah mengingat umat-Nya Israel yang menderita karena perbudakan di Mesir (Kel. 2:24). Allah mengingat Rahel yang merasa dirinya tidak berharga (Kej. 30:22). Allah mengingat Nuh dan keluarganya sedang menanti berakhirnya hukuman Tuhan bagi seluruh bumi di dalam bahtera (Kej. 8:1). Allah juga mengingat orang kafir ini, yang sebenarnya adalah pemimpin pasukan yang sedang menduduki tanah Israel. Ketika dikatakan “Allah mengingat”, ini bukan saja berarti Allah menjalankan janji yang telah Dia tetapkan dahulu, tetapi juga berarti Allah mengasihani keadaan seseorang dan berniat untuk mengubah keadaan itu. Dia mengasihani Kornelius dan mendengarkan doa-doanya. Berarti Kornelius memohon, berdoa, menjalani hidup yang saleh karena dia memiliki satu kerinduan yang sangat besar, yaitu diperkenan sepenuhnya oleh Allah menjadi bagian dari umat-Nya. Kerinduan yang besar ini diperhatikan oleh Tuhan, sebagaimana dikatakan di dalam Ibrani 11:6, Allah memberi upah kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.
Kornelius menjadi contoh yang begitu baik tentang ketekunan hati dalam mencari Tuhan. Tetapi lebih penting dari itu, Kornelius menjadi contoh yang sangat baik tentang bagaimana Allah tidak pernah lupa memerhatikan ketekunan seseorang di dalam mencari Dia dan beribadah kepada Dia. Biarlah kita belajar untuk memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap kesalehan kita. Sudahkah sikap hidup dan isi hati yang kita miliki benar-benar mencari Tuhan dan kebenaran firman-Nya saja? Baik sida-sida dari Etiopia, dan sekarang Kornelius, sang pemimpin pasukan Romawi, sama-sama memiliki ketekunan yang sangat besar untuk mencari dan beribadah kepada Tuhan. Tuhan mengingat mereka. Adakah orang yang sungguh-sungguh mau mencari Tuhan lalu dibuang oleh Tuhan? Tidak. Tidak seorang pun dibuang oleh Tuhan jika dia sebenarnya dengan tulus mau mencari Tuhan. Tetapi tidak ada orang yang dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan, jika Roh Kudus tidak mengubah orang itu dan memberikan iman yang sejati kepadanya (Rm. 3:11). Juga tidak ada seorang pun yang tidak digerakkan oleh Roh Kudus, akan sungguh-sungguh mau mencari Allah dengan murni dan jujur. Semua tidak memedulikan Allah. Semuanya telah menyeleweng dan menyerahkan dedikasinya kepada segala hal, apa pun itu, di luar Tuhan.
Di dalam ayat ke-5 malaikat itu menyatakan bahwa karena Allah mengingat Kornelius, maka ia harus mencari seorang bernama Simon yang disebut Petrus. Ini pasti suatu berita yang membuat Kornelius sangat menghormati Petrus (Kis. 10:25). Siapakah Petrus ini sehingga malaikat pun memerintahkan dia mencarinya? Tuhan memberikan berita Injil-Nya melalui para rasul. Tuhan tidak memercayakannya kepada para malaikat. Bahkan Tuhan memercayakan berita Injil itu hari ini kepada kita semua, orang-orang percaya, meskipun para malaikat adalah utusan yang jauh lebih sanggup menyatakan kemuliaan Allah daripada kita.
Untuk direnungkan:
Tuhan tidak mungkin membiarkan orang-orang yang tulus hatinya dalam mencari Tuhan. Sebenarnya ketulusan hati itu sendiri terjadi karena Tuhan yang menggerakkan orang itu mencari-Nya, dan setiap orang yang digerakkan Tuhan untuk mencari-Nya akan menemukan Dia melalui Kristus (bandingkan Yoh. 6:44). Tuhan beranugerah memberikan hati yang tulus mencari Dia kepada siapa yang Dia berkenan berikan, dan orang-orang ini tidak akan mungkin Tuhan biarkan berada di dalam keadaan tersesat untuk seterusnya. Tuhan akan memanggil Dia pada waktu yang Dia tetapkan. Demikian juga Kornelius, Tuhan tidak akan membiarkan orang tulus seperti ini berada di dalam keadaan tersesat dan tanpa harapan karena tidak mengenal Tuhan Yesus. Kornelius akhirnya akan bertemu dengan Kristus pada waktu yang Dia telah tetapkan. Biarlah kita juga memelihara ketulusan kita di dalam mencari Tuhan, mencari kebenaran-Nya, menjalani hidup yang diperkenan Tuhan, semua ini tidak mungkin Tuhan abaikan. Tuhan memerhatikan dan menuntun setiap orang yang sungguh-sungguh mau diperkenan oleh-Nya.