Devotion from Kisah Rasul 13:50-14:6
Di dalam Kisah Rasul 13:50 dikatakan bahwa orang-orang Yahudi itu mulai melancarkan strategi busuk mereka. Mereka mulai menghasut dan mengucapkan kata-kata fitnahan untuk membuat Paulus dan Barnabas dibenci. Mereka menghasut para perempuan non Yahudi yang telah masuk agama Yahudi (inilah arti dari istilah “takut akan Allah” di sini) dan memiliki pengaruh besar di kota itu. Mereka juga menghasut para pembesar kota sehingga orang-orang penting di kota itu sekarang memihak mereka. Begitu kejam fitnahan orang-orang Yahudi ini sehingga para pembesar kota itu merasa perlu menganiaya kedua rasul tersebut. Tetapi di dalam Kisah Rasul 13:51 ditegaskan bahwa tindakan mereka menekan, menganiaya, dan mengusir para rasul tersebut tidak berpengaruh kepada kedua rasul itu. Tindakan mereka justru membuat berkat Tuhan, yaitu berita Injil, tidak lagi diberikan bagi kota itu. Merekalah yang harus bertanggung jawab untuk terhalangnya orang-orang lain di kota itu mendengarkan Injil Tuhan. Paulus dan Barnabas tidak merasa perlu merasa terancam dengan tindakan mereka itu. Ayat 52 juga menyatakan bahwa pekerjaan yang telah dilakukan Roh Kudus melalui Paulus dan Barnabas tidak sia-sia. Telah ada murid-murid Yesus dengan jumlah besar karena pekerjaan Roh Kudus melalui kedua rasul ini. Mereka tidak gagal. Tuhan telah menyatakan pekerjaan besar-Nya dan sekarang Dia akan meneruskannya ke tempat lain.
Karena didesak oleh penolakan para pemimpin Antiokhia di Pisidia, Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan mereka ke Ikonium. Mereka melakukan metode yang sama, yaitu masuk ke rumah ibadah orang Yahudi dan memberitakan Injil di sana. Tangan Tuhan yang Mahakuasa menyertai mereka. Kemana pun mereka pergi mengabarkan Injil, terjadi pertobatan yang besar di tengah-tengah orang-orang yang mendengar. Di dalam Kisah Rasul 14:1 juga dikatakan bahwa sejumlah besar orang Yahudi dan Yunani menjadi percaya. Pekerjaan Roh Kudus terus menyertai Paulus dan Barnabas kemana pun mereka pergi. Mereka peka dan taat terhadap pimpinan Roh Kudus tanpa memperhitungkan untung rugi bagi diri sendiri dan karena itu mereka dapat melihat pekerjaan Roh Kudus yang dinyatakan dengan limpah dan penuh kuasa melalui pelayanan mereka. Siapa peka dan taat mengikuti pimpinan Tuhan akan melihat bagaimana Tuhan bekerja menuntun kita menyaksikan karya-Nya yang penuh kuasa. Bagaimana bisa peka? Jika motivasi kita sepenuhnya hanya untuk menyenangkan Tuhan, tanpa memikirkan untung rugi bagi diri sendiri sama sekali, dan kita mengenal firman-Nya di dalam Kitab Suci, maka Tuhan akan terus melatih kepekaan kita mengikuti Dia. Paulus dan Barnabas terus menyatakan kuasa Allah di dalam pekerjaan, khotbah, dan pengabaran Injil yang mereka lakukan di berbagai tempat. Tetapi heran, kelompok Yahudi yang menentang mereka karena iri hati juga ada di mana-mana. Apakah mereka kelompok yang sama yang menentang Paulus sejak dari Antiokhia di Pisidia? Ataukah ini kelompok baru di Ikonium? Kita tidak tahu. Kemungkinan besar mereka adalah orang-orang Yahudi yang tinggal di Ikonium.
Sama seperti orang-orang Yahudi yang menentang Paulus dan Barnabas di Antiokhia Pisidia, orang-orang Yahudi yang menentang di Ikonium melancarkan serangan melalui fitnah dan hasutan. Apakah pemimpin agama pantas melakukan ini? Agama telah menjadi begitu korup sehingga moralitas dan keagungan karakter tidak lagi identik dengan kelakuan orang-orang yang mengatasnamakan agama. Orang-orang beragama menjadi penuh kemunafikan, terbiasa pura-pura, terbiasa menghalalkan segala cara demi nama agama, dan terbiasa menjadi penindas dan penyiksa kelompok lain yang berbeda dengan mereka. Inilah agama! Agama menjadi racun yang mengotori pikiran manusia. Bukannya menyatakan bagaimana harus hidup untuk diperkenan oleh Allah dan menjadi berkat bagi manusia, agama justru membenturkan menaati Allah dengan moralitas yang diakui di dalam masyarakat. Sifat-sifat moral yang agung seperti kebenaran, tulus, jujur, tidak berpura-pura, semua ini tidak ada pada orang-orang Yahudi yang menolak Paulus. Mereka tidak menghukum Paulus karena kesalahan Paulus. Mereka ingin menghukum Paulus demi kepentingan kelompok mereka sendiri. Mereka tidak peduli Paulus benar atau salah. Mereka hanya ingin menjaga kepentingan kelompok mereka sendiri. Gereja kalau menjadi seperti ini pasti akan dibuang Tuhan, sama seperti Tuhan sudah membuang para pemimpin Yahudi seperti ini. Gereja menjadi seperti lembaga politik yang melihat untung rugi kelompok sendiri tanpa memikirkan pekerjaan Tuhan. Pemimpin gereja lebih peduli mencari posisi setinggi-tingginya dan pengaruh sebesar-besarnya dan bukan memikirkan dan mengerjakan dengan tekun pekerjaan yang Tuhan mau dikerjakan oleh gereja-Nya. Pemimpin gereja seperti ini sudah pasti akan dibuang Tuhan!
Dengan cara menghasut, mereka memengaruhi orang-orang penting di kota Ikonium. Lebih kejam lagi, mereka mulai membentuk suatu gerakan massa untuk menangkap dan menjatuhi hukuman mati kepada Paulus dan Barnabas dengan melempar keduanya dengan batu (ay. 5). Ini adalah hukuman mati yang dikenakan kepada orang-orang yang menghujat Allah (Ul. 13:6-10). Mereka memakai hukum Taurat untuk menolak utusan Kristus, Sang Penggenap hukum Taurat. Mereka mengatasnamakan kemurnian agama untuk menolak Allah. Mereka mengatasnamakan kekudusan Allah untuk melanggar kekudusan Allah! Paulus tidak pernah mengajar kepada mereka untuk menyembah ilah-ilah bangsa-bangsa lain. Paulus mengajak mereka untuk menyembah Allah yang sejati dengan ucapan syukur yang besar karena Sang Mesias yang berkali-kali dijanjikan Allah di dalam Perjanjian Lama sekarang sudah datang. Tetapi meskipun mereka tidak bisa membantah ajaran Paulus, mereka tetap ingin membunuh dia. Dan jika kebenaran Paulus tidak bisa dilawan oleh dusta mereka, maka dusta mereka itu akan mereka pakai untuk menghasut para pemimpin dan orang banyak sehingga niat busuk mereka membunuh orang yang tidak bersalah dapat terjadi dengan mengatasnamakan agama.
Untuk direnungkan:
Bagian ini makin memperkuat pernyataan Kitab Kisah Rasul akan bobroknya agama Yahudi pada abad pertama. Mereka sibuk dengan ajaran-ajaran yang tidak penting mengenai tata cara secara fisik, tetapi tidak pernah mengerti esensi dari perintah Tuhan. Kebodohan mereka makin menyengsarakan orang-orang sekitar mereka karena mereka menganggap bahwa mereka sedang melakukan bakti bagi Allah. Kejahatan mereka menjadi sesuatu yang diselubungi dengan mengatasnamakan pemurnian agama. Bolehkah seseorang memelihara ajaran agamanya supaya tetap murni? Tentu saja boleh. Tetapi bagaimana caranya memelihara ajaran yang murni itu? Dengan menutup telinga dan mengulang-ulang kredo dan pengakuan iman secara buta? Dengan mengajarkan tanda-tanda identitas tetapi tidak mengajarkan makna menjadi seorang yang beriman? Dengan memberikan pemisah yang besar antara diri dan kelompokku yang suci di satu sisi dengan para kafir yang busuk di sisi yang lain? Terlalu banyak hal kotor terjadi di dalam praktik beragama. Mari kita menjalani iman kita bukan dengan mengikuti kebusukan yang tengah terjadi atas nama agama. Orang mengeruk uang memakai kedok agama. Orang mencari nama dengan memakai identitas agama. Orang menyiksa, menindas, menghancurkan orang lain, juga atas nama agama. Orang melakukan tindakan yang sangat melawan moral dan etika karena sedang menjalankan perintah agama yang melampaui etika kafir. Jadi bagaimana seharusnya agama dijalankan? Agama harus dijalankan dengan dipimpin oleh hikmat dari kebenaran Allah. Kebenaran Allah yang rela mengampuni manusia dan menjangkau mereka dengan kasih-Nya. Kebenaran yang mengorbankan diri, bukan mengorbankan orang lain, seperti juga Yesus Kristus mengorbankan nyawa-Nya di atas kayu salib demi memberikan kebenaran, kekudusan, dan pengampunan dari Allah kepada kita. Biarlah teladan dari Kristus yang rela menuju salib, yang dijalani juga oleh para murid, menjadi teladan yang kita ikuti.