Iman demi roti

Devotion from Yohanes 6:22-29

Orang Yahudi merasa mereka adalah orang yang spesial, dapat datang kepada Tuhan kapan pun, dan Tuhan pasti akan bukakan pintu. Kalau kami mau datang, Tuhan pasti terima. Kalau kami mau datang, Tuhan tidak mungkin tolak, tidak mungkin buang. Tetapi pada bagian ini, mereka mencari Tuhan dan Tuhan buang mereka. Mereka mencari Tuhan dan Tuhan pergi dari mereka. Mereka mencari Tuhan dan Tuhan tidak mau ditemui oleh mereka. Mereka bukan orang begitu spesial sehingga kapan pun mau datang kepada Tuhan, Tuhan harus membukakan pintu bagi mereka. Tidak! Peringatan yang sama diberikan kepada kita semua. Kita tidak menentukan waktu kapan kita boleh kembali kepada Tuhan. Sehingga kalau Tuhan masih kasih kesempatan firman diberitakan kepada kita, datanglah kepada Dia. Kalau Tuhan masih mau menjangkau kita dan masih mau memberikan kesempatan, kembalilah kepada Dia. Jangan mengatakan hari ini saya masih tetap berada dalam dosa, besok baru saya bertobat. Hari ini saya masih tetap melakukan apa yang biasa saya lakukan, yang mendukakan hati Tuhan, besok saja saya tobat. Tetapi mungkin besok ketika kita datang kepada Tuhan, Dia sudah tutup pintu sehingga ketika kita menangis-nangis mau datang kepada Tuhan pun, Tuhan tidak mau terima kita. Tetapi ada sekelompok orang, 12 orang yang sedang berjuang, sedang tidak berpikir mencari Tuhan, dan kepada merekalah Tuhan datang. Tuhan datang kepada mereka meskipun dengan cara yang sangat tidak mungkin, yaitu dengan berjalan di atas air. Sudah tidak mungkin Tuhan menjumpai mereka, tetapi Tuhan menunjukkan bahwa ketika Dia mau datang kepada satu kelompok orang, tidak ada apa pun yang bisa menghalangi. Kalau Tuhan mau menjangkau sekelompok orang, tidak ada apa pun yang bisa menghalangi! Tuhan datang kepada mereka dan Tuhan menyatakan: “Akulah Dia.” Ketika Tuhan berkenan kepada seseorang, Tuhan akan menyatakan diri-Nya. Tuhan akan menyatakan rencana-Nya. Inilah bukti cinta kasih Tuhan. Tuhan menyatakan siapa diri-Nya kepada keduabelas orang ini. “Akulah Dia, Akulah Allah yang menjadi manusia, Akulah penguasa atas alam semesta, Akulah penguasa atas segala sesuatu.” Lalu murid-murid terima Dia di dalam kapal itu dan mereka pun pergi ke seberang danau Galilea.

Di dalam ayat 25 dikatakan bahwa orang-orang banyak ternyata tetap mencari Tuhan Yesus dan akhirnya bertemu dengan Dia di seberang laut. Tuhan Yesus tidak pergi lagi kali ini. “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” Lalu Yesus menjawab mereka, “Aku berkata kepadamu sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Bukankah orang-orang ini sudah melihat tanda mukjizat dari lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang dan sisa 12 keranjang? Apakah ini bukan mukjizat? Ini adalah mukjizat! Tetapi Yesus mengatakan, engkau tidak melihat tanda. Mengapa mereka tidak melihat tanda? Karena mereka gagal untuk mengenal siapa Tuhan Yesus melalui tanda yang Tuhan sudah nyatakan kepada mereka. Mukjizat adalah tanda bahwa Dia adalah Allah yang sedang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ini. Sehingga kalau saya menerima mukjizat, tetapi saya tidak mengenal Kristus sebagai Mesias yang datang dari Allah, maka saya gagal mengenali tanda-tanda itu. Yesus mengatakan kepada mereka, “engkau sudah melihat apa yang bisa Aku kerjakan dan engkau mencari Aku, tetapi engkau gagal mengerti apa yang dimaksudkan dengan tanda itu. Engkau sudah makan roti, engkau sudah menjadi kenyang, tetapi engkau gagal melihat tanda siapakah Aku.” Lalu ayat 27 Yesus mengatakan, ”bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang dapat diberikan Anak Manusia kepadamu, sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah dengan meterai-Nya.” Cari Tuhan bukan untuk makanan yang dapat binasa. Beribadah bukan untuk makanan yang dapat binasa. Bekerjalah untuk sesuatu yang lebih penting. Meskipun mereka giat mencari Tuhan Yesus, tetapi mereka mencari untuk sesuatu yang bisa binasa. Yesus mengatakan: bekerjalah, cari Tuhan, cari dengan sungguh-sungguh, tetapi jangan cari hanya untuk makanan yang bisa binasa, tetapi untuk makanan yang tak mungkin binasa, yaitu relasi yang kekal dengan Allah. Hidup kekal bukan hidup yang tidak berkesudahan saja, tetapi hidup yang relasinya sudah dipulihkan. Relasi antara kita dengan Allah. Kita dan Allah kembali punya relasi yang baik. Punya relasi yang sebagaimana seharusnya. Dalam ayat 27 dikatakan Kristus sudah disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya. Meterai adalah tanda kerajaan. Dalam zaman dahulu ada satu bentuk lilin yang ketika dibakar menjadi cair, lalu ketika lilin itu menjadi cair, akan diteteskan di satu lembar kertas. Ketika tetesan lilin yang cair itu sudah ada di atas kertas, maka raja akan capkan cincinnya yang ada lambang kerajaan. Waktu lilin itu sudah mengeras, lilin itu menjadi segel dengan lambang kerajaan.

Meterai yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus di dalam ayat 29 adalah kesaksian Allah terhadap siapa Dia, sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam pasal 5. Allah yang menyaksikan bahwa Yesus adalah Mesias. Dia menyaksikannya melalui Taurat dan melalui pekerjaan Yesus. Inilah meterai yang dimaksud. Lalu Yesus mengatakan, “carilah dan bekerjalah untuk mendapatkan makanan yang tidak dapat binasa.” Apakah makanan yang tidak dapat binasa itu? Makanan yang tidak dapat binasa adalah beriman kepada Yesus yang disahkan sebagai Mesias oleh Allah. Beriman kepada Yesus! Barang siapa beriman kepada-Nya akan memiliki hidup kekal. Apa itu beriman? Calvin mengatakan di dalam buku Institutes bahwa ada dua hal di dalam iman yang sejati. Iman berarti: saya tidak mengandalkan diri tetapi mengandalkan Tuhan untuk semuanya. Saya kerja di kantor, saya mengandalkan Tuhan. Saya kuliah, saya mengandalkan Tuhan. Saya beribadah, saya mengandalkan Tuhan. Saya mau selamat, itu pun mengandalkan Tuhan. Semuanya saya serahkan kepada Dia. Tidak bersandar diri, tetapi bersandar Tuhan. Inilah iman. Tetapi ini hanya satu sisi dari koin. Sisi yang lain adalah saya tahu kepada siapa saya harus bertanggung jawab. Inilah iman! Jadi kalau saya sudah berserah kepada Tuhan, tetapi tanpa sisi yang kedua, yaitu tanggung jawab, maka saya akan mengatakan, “Tuhan saya sudah serahkan kepada-Mu, ya... Saya tunggu pekerjaannya beres … Oh Tuhan, saya menyerahkan seluruh studi saya kepada Tuhan, maka saya tidak usah belajar, karena Tuhan yang belajar. Saya berserah sepenuhnya kepada Tuhan, dengan iman saya masuk ruang ujian tanpa persiapan, dengan iman saya kerjakan pekerjaan kantor tanpa mempersiapkan diri, dengan iman saya studi tanpa pernah membuka buku satu kali pun, dengan iman saya melayani tanpa pernah persiapan, dengan iman saya melakukan sesuatu tanpa pernah memperlengkapi diri terlebih dahulu.” Bukankah iman berserah kepada Tuhan? Tetapi Calvin mengajarkan bahwa iman punya dua sisi: berserah kepada Tuhan dan bertanggung jawab kepada Tuhan! Jadi iman itu apa? Iman itu bertanggung jawab! Saya sudah kerjakan bagian saya belum? Saya sudah melayani sejauh yang Tuhan mau atau belum? Saya sudah kerjakan apa yang Tuhan mau saya kerjakan atau belum? Atau saya banyak disibukkan oleh hal-hal lain yang tidak penting? Untuk keselamatan, saya berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Tetapi saya juga bertanggung jawab hidup suci. Untuk bekerja, saya menyerahkan semua kepada Tuhan, tapi saya juga bertanggung jawab untuk mempermuliakan nama Tuhan di dalam pekerjaan saya dengan mengerjakan sebaik dan sekuat mungkin untuk jadi berkat. Hendaklah kamu percaya kepada Dia yang sudah di utus Allah, inilah iman, yang berarti berserah sepenuhnya kepada Kristus sekaligus mengikuti Dia dengan setia, bahkan jauh lebih setia daripada lima ribu orang yang ikut Tuhan dengan giat untuk dapat roti.