Devotion from Yesaya 53:4-12
Hari inilah hari yang sangat gelap. Hari yang sangat penuh dengan dukacita yang besar, tetapi juga disertai dengan anugerah yang sangat besar. Inilah hari di mana Kristus menjadi pokok keselamatan bagi seluruh umat Tuhan yang percaya dengan iman sejati. Inilah hari di mana luka-luka-Nya membuat kita sembuh. Inilah hari di mana kematian-Nya adalah karena dosa-dosa kita. Kristus menjadi dosa karena menanggung dosa-dosa kita. Perhatikan apa yang dikatakan di dalam ayat 4, “…kita menyangka Dia kena tulah.” Mengapa Dia seperti sedang kena tulah? Karena tulah yang seharusnya ditimpakan kepada kita sekarang sedang ditimpakan kepada Dia. Orang Yahudi percaya bahwa Sang Mesias tidak mungkin dikuasai oleh kematian. Sang Mesias juga tidak mungkin dikutuk dan ditolak Tuhan. Sang Mesias tidak mungkin terkena tulah dari Tuhan. Tetapi inilah yang sepertinya terjadi. Lihat betapa sendirinya Dia. Lihat bagaimana Tuhan saja tidak menolong dan membebaskan Dia. Tuhan sedang memukul dan menindas Dia dengan hukuman yang sangat kejam. Dia menerima hukuman, tetapi bukan karena kesalahan-Nya sendiri. Dia menerima hukuman karena kita yang bersalah! Dia sedang menanggung pukulan-pukulan yang seharusnya diberikan kepada kita. Sanggupkah kita berjalan menuju bukit Golgota dengan hinaan, caci maki, serangan, tuduhan, fitnahan, umpatan seperti yang diterima Yesus? Sanggupkah kita menanggung 40 kali cambuk yang sangat sakit dan keji? Sanggupkah kita berjalan dengan derita sedemikian seorang diri? Tidak ada teman yang membela. Tidak ada rekan yang menolong. Tidak ada Tuhan yang menjaga dan melindungi. Sanggupkah kita menerima paku di kaki dan tangan? Sanggupkah kita mati untuk kesalahan orang lain dengan cara kejam seperti ini? Jika kita menjawab tidak sanggup, maka ingatlah satu hal, yaitu bahwa sebenarnya kitalah yang harus menerima murka Tuhan. Murka yang dinyatakan dengan cara yang jauh lebih mengerikan daripada cara apa pun yang pernah dilakukan untuk menghukum mati orang pada zaman itu.
Inilah inti dari berita salib. Salib berarti kasih Allah dinyatakan dengan korban yang sangat besar. Korban paling suci dan paling agung di seluruh alam semesta! Anak Allah menjadi korban bagi penebusan dosa manusia. Ingatlah bahwa yang tergantung di atas kayu salib itu adalah Pemilik seluruh alam semesta ini. Ingatlah bahwa Dia yang rela menjadi manusia adalah Dia yang juga memimpin pasukan malaikat di sorga. Ingatlah bahwa Dia yang rela menundukkan diri kepada kuasa para penyiksa-Nya sebenarnya adalah pemilik seluruh kuasa di langit dan di bumi (Mat. 28:18). Mengapa Dia rela menjalani semua ini? Mengapa Dia rela menjadi korban dengan cara yang demikian kejam? Karena kita. Kitalah alasan Dia dipaku di kayu salib. Renungkanlah ini baik-baik: kita sembuh karena luka-luka-Nya yang sangat sengsara. Kita menjadi pulih kembali karena Dia rela mengambil posisi kita untuk mati karena dosa. Jika kita sembuh karena kematian-Nya, bukankah ini berarti kita lebih berarti bagi Yesus ketimbang nyawa-Nya sendiri? Dia tidak menyayangkan nyawa-Nya sendiri demi kita! Kasih sedemikian dalam, mengapa Tuhan rela memberikannya kepada kita? Padahal ayat 6 mengatakan bahwa kita sekalian sesat seperti domba. Kita adalah penjahat yang sangat kejam. Kita sekalian lebih memilih jalan sendiri ketimbang menaati Tuhan di dalam hidup ini. Tetapi Yesus menyatakan kasih-Nya kepada kita dengan menerima akibat dari dosa-dosa kita. Kita hanyalah orang-orang yang sepanjang hidup terus melawan Tuhan. Kita begitu kecil dan tidak berarti, tetapi ternyata begitu dikasihi oleh Yesus sehingga Dia rela menanggung segala tuduhan, cercaan, hukuman, dan kematian yang seharusnya menjadi milik kita. Dia membiarkan diri-Nya ditindas. Dia membiarkan diri-Nya mendapat aniaya dan hukuman. Dia membiarkan karena kasih-Nya yang besar kepada kita sekalian.
Inilah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Israel menyembelih seekor domba sebelum mereka keluar dari Mesir sebagai suatu simbol dari Kristus. Kristuslah yang darah-Nya mampu menghapuskan dosa, bukan darah kambing, bukan domba, bukan lembu, tetapi darah Kristus. Dia diperlakukan seperti orang jahat karena kita jahat. Dia mati di tengah-tengah orang jahat karena kita yang seharusnya mengalami akhir seperti akhir hidup orang jahat. Dia diperlakukan sebagai pemberontak karena kita telah memberontak. Dia menanggung segala penyakit dan derita karena kitalah orang-orang berpenyakit berat, yaitu dosa. Dia tidak pernah bersalah. Dia bahkan tidak pernah mengeluarkan tipuan dari mulut-Nya. Dia begitu suci dan bersih, tetapi diperlakukan begitu kejam dan seolah penuh cacat dan cela supaya kita dapat dibersihkan dan dijadikan suci.
Tetapi rencana Allah tidak mungkin berakhir dengan kejam seperti ini. Rencana Allah selalu agung, indah, penuh hikmat, dan penuh kemuliaan. Apakah Kristus akan berakhir dengan kematian kejam seperti ini? Tidak. Maka Yesaya 52:1 telah menyatakan sebelumnya, yaitu bahwa Sang Hamba akan berhasil. Dia akan berhasil, dan sekarang telah terbukti bahwa Dia memang berhasil. Di tengah-tengah keadaan seolah-olah Dia sedang ditaklukkan justru terletak kemenangan-Nya. Maka di atas kayu salib terjadilah kemenangan terbesar sepanjang sejarah di seluruh alam semesta! Kuasa Allah menyatakan kemenangan-Nya karena Sang Anak Allah rela mati. Tidak ada kemenangan lebih besar daripada kemenangan Yesus di atas kayu salib. Inilah kemenangan dari kasih atas kebencian. Inilah kemenangan dari kuasa pengampunan atas murka dan balas dendam. Inilah kemenangan dari ketaatan Anak kepada Bapa-Nya atas pemberontakan manusia. Inilah kemenangan dari kerelaan berkorban atas keegoisan manusia. Inilah kemenangan dari hidup atas maut. Inilah kemenangan dari kekudusan atas dosa.
Ayat 12 mengatakan bahwa Yesus akan mengalami hal yang jauh lebih besar lagi. Dia bukan saja akan mengalami kemenangan, tetapi Dia juga akan menaklukkan seluruh pembesar yang ada. Segala kuasa akan menjadi milik-Nya selamanya. Segala pemerintah akan ditundukkan kepada Dia sampai selamanya. Maka inilah berita sukacita itu. Serukanlah bahwa Allah telah datang dan menjadi Raja. Dia telah menjadi Raja melalui Kristus yang sekarang bertakhta. Takhta Kristus tidak didapat dari peperangan. Dia tidak membunuh dan menaklukkan musuh-musuh-Nya, tetapi Dia menang dengan kerelaan-Nya untuk mati di atas kayu salib. Dialah pemilik kuasa sejati yang diperoleh dengan jalan paling sejati dan suci untuk meraih kemenangan, yaitu melalui ketaatan kepada Allah Bapa. Karena Dia rela taat, bahkan taat sampai mati di kayu salib, maka Allah memberikan kepada Dia segala kemuliaan dan hormat (Flp. 2:9-10). Inilah berita baik itu. Maka, sebagaimana dikatakan Yesaya 52:1: “Terjagalah! Kenakanlah pakaian yang menyatakan kekuatan dan kemuliaanmu, hai Sion! Hai Yerusalem, kota yang kudus!” Lihatlah jalan keselamatanmu sekarang telah terbuka. Sekarang jika kita memandang salib, kita tidak lagi melihat lambang kengerian dan kekalahan, serta penderitaan terbesar, tetapi kita melihat jalan bagi kita telah terbuka untuk dapat datang kepada Allah Bapa di Sorga. Di atas kayu salib itulah kemuliaan yang sejati bagi Kristus. Kemuliaan dari kasih dan ketaatan. Kasih kepada kita, dan ketaatan kepada Bapa di sorga. Sekarang salib itu juga menjadi kemuliaan bagi kita. Kemuliaan kasih kepada sesama dan kemuliaan ketaatan kepada Bapa di Sorga. Adakah kasih Kristus dan darah-Nya yang tercurah di kayu salib telah menjadi milikmu? Jika ya, maka kita harus meneladani kasih-Nya kepada sesama dan ketaatan mutlak-Nya kepada Bapa di Sorga. Yesus mengasihi hingga mati di kayu salib. Yesus taat hingga mati di kayu salib. Bersediakah kita?