Hamba yang menderita

Devotion from Yesaya 52:13-15

Bagaimanakah umat Tuhan dapat dibebaskan? Bagaimana kita dapat memperoleh kemerdekaan kita dari perbudakan dosa dan ancaman murka Tuhan? Kita memperolehnya karena penderitaan Sang Hamba Allah. Maka bagian selanjutnya dari Yesaya membahas tentang Sang Hamba yang menderita. Hamba yang dipukul, dihina, dan dibunuh demi kemerdekaan kita. Biarlah kita merenungkan keindahan dari setiap kalimat yang ada dari ayat-ayat ini. Dimulai dengan perkataan bahwa Sang Hamba itu akan ditinggikan dan dimuliakan sebagai pesan utama yang dinyatakan di awal. Inilah kesimpulan dari seluruh pembahasan, yaitu bahwa Sang Hamba itu tidak akan gagal. Dia rela, sanggup, dan akan setia menjalankan tugas yang diberikan kepada-Nya. Tetapi kesimpulan ini dicapai dengan perjuangan yang sangat berat oleh Sang Hamba, sebagaimana dicatat oleh Yesaya di dalam bagian selanjutnya. Dia akan ditinggikan, dimuliakan, disanjung, setelah sebelumnya direndahkan, dihina, dan dimaki. Betapa mudah untuk meremehkan apa yang sudah dicapai oleh seseorang tanpa melihat proses yang sangat berat yang sudah dilaluinya. Tetapi siapa yang mengetahui proses berat yang dilalui seseorang untuk mencapai sesuatu, barulah dia menghargai pencapaian oleh seseorang itu. Seperti dikatakan oleh pepatah kuno, sebelum mengatakan apa pun tentang perjalanan seseorang, berjalanlah dulu mengenakan sepatunya sejauh 10 mil. Siapakah yang tidak melihat kemuliaan Kristus? Orang yang gagal melihat betapa mulia-Nya Dia, akan gagal merasa kagum melihat kerelaan-Nya menderita. Orang yang gagal melihat betapa relanya Dia merendahkan diri, tidak akan mengagumi kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebesar yang seharusnya. Sebab jika kita tahu Dia mulia, tetapi tidak tahu kerelaan Dia untuk menderita, maka kita hanya menyembah Dia karena keagungan-Nya, bukan karena kasih-Nya.

Ayat 14 mulai menggambarkan penderitaan yang Dia terima. Dikatakan bahwa keadaan Sang Hamba ini sangat buruk. Keadaan-Nya membuat orang-orang yang melihat menjadi heran. Mengapa mereka heran? Apakah mereka belum pernah melihat orang sengsara yang akan disalibkan? Bukan. Mereka tertegun karena mereka tadinya berpikir Dialah Sang Mesias. Tetapi mereka tahu bahwa Sang Mesias tidak mungkin ditaklukkan oleh bangsa-bangsa kafir, tidak mungkin ditolak oleh Allah, dan tidak mungkin mati (Yoh. 12:34). Ketika Yesus, Sang Hamba yang menderita itu, mampu melakukan mukjizat, membangkitkan orang mati, mengusir setan, mengajar dengan penuh kuasa, dan sanggup melakukan tanda-tanda yang demikian banyak, maka banyak orang mulai mengikut Dia dengan berharap bahwa Dialah Sang Mesias yang mereka harap-harapkan. Tetapi semua yang berharap pada Yesus tidak mengerti bahwa Dia harus mengalami penderitaan, bahkan mati terlebih dulu. Mereka sangat terkejut ketika melihat Yesus yang disiksa tentara Romawi, dicambuk, dan harus memikul salib ke bukit Golgota. Inilah yang membuat mereka begitu kaget. Benarkah ini Sang Mesias? Mengapa Dia begitu hina? Ini bukan Mesias, bahkan tidak layak disebut seorang manusia! Mereka mulai menghina Dia, menghujat Dia, dan mengucapkan kata-kata penuh makian kepada Dia. Betapa berat penderitaan yang harus Dia tanggung.

Jika di dalam pandangan orang Yahudi Sang Mesias akan jaya, dikagumi oleh seluruh raja dan semua bangsa, tetapi Yesus Kristus dikenal dan diremehkan, bahkan dihina oleh raja-raja dan bangsa-bangsa. Mereka begitu muak, marah, dan menghina apa yang mereka lihat. Orang Yahudi menghina Dia. Orang Romawi menghina Dia. Bahkan penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia juga menghina Dia. Semua menghina karena apa yang mereka lihat tidak bisa mereka pahami. Mereka tidak paham bahwa Sang Mesias harus menjalani ini semua (ay. 15). Mereka melihat apa yang tidak pernah diceritakan kepada mereka. Mesias yang menderita tidak sesuai dengan ekspektasi mereka. Semua yang menceritakan tentang Sang Mesias hanya melihat kepada kebutuhan mereka sendiri. Mereka perlu raja. Mereka perlu pembebas. Mereka perlu ini perlu itu dan Sang Mesias akan memberikannya bagi mereka. Tetapi mereka tidak pernah peka terhadap rencana Allah maupun firman-Nya yang telah dinyatakan. Bukankah Yesaya 52 dan 53 telah menuliskan hal ini sekitar 700 tahun sebelum Kristus datang? Mengapa mereka tidak tahu bahwa Sang Mesias harus menderita? Karena mereka hanya mendengar dan mengajar apa yang mereka ingin dengar. Mereka ingin kejayaan dari Sang Raja keturunan Daud. Itulah sebabnya mereka tidak melihat penggenapan janji Sang Mesias ketika melihat penderitaan Kristus. Mereka hanya melihat seseorang yang bukan seperti manusia. Seseorang hina yang gagal menjadi Mesias sesuai ekspektasi mereka. Mereka tidak tahu bahwa Yesus sedang menjadi Mesias sesuai dengan ekspektasi Allah Bapa di sorga.

Demikian juga untuk zaman kita sekarang. Juru Selamat yang menderita, bahkan mati, adalah pemimpin agama yang paling tidak berkuasa. Jika Yesus benar-benar Sang Mesias, mengapa Dia harus mati? Mengapa Dia harus menderita seperti itu? Tetapi bagi orang-orang yang melihat bahwa tangan-Nya dipaku karena kasih-Nya kepada kita, penderitaan yang Dia rela jalani justru membuktikan bahwa Dialah Sang Mesias itu. Bagi orang-orang yang keselamatan jiwanya terjadi karena Yesus menyerahkan jiwa-Nya, Yesus yang menderita ini adalah Juru Selamat yang mengasihi dengan sempurna. Kasih-Nya diberikan kepada kita tanpa ditahan sedikit pun. Dia memberikan semua, bahkan nyawa-Nya sendiri untuk menebus kita. Dialah Tuhan kita! Dialah Juruselamat kita! Di saat semua orang lain melihat hal yang memalukan, kita melihat kemuliaan Kristus sekaligus betapa memalukannya dosa kita. Ketika semua orang melihat kelemahan, kita melihat kuasa pengampunan Allah mengalir melalui penderitaan-Nya, sekaligus melihat betapa berat akibat dosa yang telah diperbuat oleh manusia, termasuk oleh kita sekalian. Ketika semua orang melihat penipu yang gagal, kita melihat Juru Selamat sejati, Sang Mesias yang penuh kerelaan berkorban, rela memikul salib yang seharusnya dipakai untuk menggantung kita semua. Biarlah kita tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah karena kita dimampukan untuk melihat yang benar. Kita mampu melihat diri kita yang hina sedang ditanggung oleh Dia. Kita mampu melihat kemuliaan-Nya yang terpancar dari semua penderitaan-Nya. Kita mampu melihat kasih Allah dinyatakan melalui penderitaan-Nya. Inilah anugerah Tuhan, yang tanpanya kita akan menghujat dan menghina Dia, sama seperti semua orang lain.

Hari ini, sambil menanti saat-saat di mana Kristus lahir untuk menebus kita, sekitar 2.000 tahun yang lalu, marilah kita berdoa kepada Allah dengan penuh ucapan syukur. Biarlah pikiran kita membawa kita kepada ingatan dari firman Tuhan, ingatan peristiwa ketika Dia berjalan dengan salib yang terlalu berat untuk dipikul tubuh-Nya yang sudah sangat lemah. Ketika Dia berjalan melewati orang banyak yang tidak henti-henti meneriakkan makian dan hujat kepada Dia. Ketika Dia dengan rela menjalani langkah-Nya satu demi satu menuju ajal-Nya sendiri. Ketika wajah-Nya yang penuh luka dan ludah menggambarkan beratnya derita yang ditanggung-Nya sendirian. Ketika semua orang berteriak dengan teriakan-teriakan kemarahan, ketika mereka melihat Dia bukan lagi seperti manusia, pada waktu ingatan kita membawa kita tiba pada peristiwa itu, berdoalah kepada Allah seperti ini: “Inilah Juru Selamatku! Inilah Tuhanku! Inilah Rajaku, dan aku hendak mengikuti Dia seumur hidup.” Dia menanggung itu semua bagi kita. Dialah Sang Mesias yang sejati. Mesias yang telah lahir dan menderita.