damai sejahtera bagimu

Devotion from Yohanes 20:17-23
Yesus mengatakan kepada Maria untuk tidak memegang Dia karena Dia belum pergi kepada Bapa. Ini bagian yang sangat penting untuk membuat kita mengerti bahwa Yesus belum datang kembali kedua kalinya. Yesus belum pergi kepada Bapa. Dia masih harus meninggalkan para murid dan bertemu dengan Bapa-Nya. Janji-Nya untuk mengirimkan Roh Kudus belum akan terjadi sekarang, dan kebersamaan-Nya dengan para murid hanya sementara. Kebangkitan-Nya menandakan kemenangan-Nya, tetapi belum merupakan bagian final dari rencana Allah bagi dunia ini. Kebangkitan-Nya tidak sama dengan pemulihan segala sesuatu yang akan terjadi pada waktu kedatangan-Nya yang kedua. Selain itu, perkataan Yesus agar Maria tidak memegang Dia juga memberikan kesan ada yang berubah dengan kebangkitan Yesus. Michael Welker, seorang theolog Jerman, menulis di dalam bukunya tentang Perjamuan Kudus bahwa kebangkitan Yesus bukanlah sekadar menghidupkan kembali Yesus yang mati. Yesus yang bangkit adalah Yesus yang membawa seluruh ciptaan ke dalam periode transisi yang sangat penting. Periode yang dapat dideskripsikan dengan tepat sebagai periode sudah mencapai kegenapan, tetapi juga masih menantikan kegenapan. Kerajaan Allah sudah datang, sekaligus masih dinantikan. Already and not yet. Keadaan ini ditunjukkan dengan tubuh kebangkitan Yesus. Tubuh kebangkitan Yesus menandakan bahwa Kerajaan Allah sekarang telah tergenapi di bumi, tetapi kepergian-Nya kepada Bapa menunjukkan bahwa Kerajaan Allah masih menunggu kegenapannya. Kepergian-Nya kepada Bapa akan dilanjutkan dengan kedatangan Roh Kudus, dan setelah kedatangan Roh Kudus para murid akan digerakkan untuk menyatakan kemenangan Kristus dan kedatangan Kerajaan Allah ke seluruh dunia. Setelah itu barulah Kristus akan datang kembali dan menggenapi kerajaan itu.
Tubuh kebangkitan Yesus bukanlah sekadar “reanimasi” dari tubuh Dia sebelum Dia mati. Tubuh kebangkitan Yesus memiliki hal-hal yang berbeda dengan sebelumnya. Tetapi tubuh kebangkitan Yesus juga adalah tubuh yang memiliki kelanjutan (kontinuitas) dengan yang sebelumnya. Bahkan tubuh itu adalah tubuh yang tadinya dibaringkan di dalam kubur. Tubuh yang sama tetapi juga ada hal-hal yang baru yang dijumpai para murid yang berbeda dengan yang lama. Semua penjelasan ini membuat kita mengerti mengapa Maria tidak langsung mengenali Yesus (ay. 15), tetapi segera mengenali Dia melalui suara Yesus yang memanggil namanya (Yoh. 10:27). Ada hal yang baru, tetapi tetap Yesus yang sama dengan yang dia kenal sebelumnya. Yesus yang telah mati sekarang sudah bangkit. Ada hal-hal yang sama pada Dia seperti sebelum Dia mati, tetapi juga ada hal-hal yang baru di dalam kebangkitan-Nya untuk menyatakan datangnya suatu periode baru dalam sejarah keselamatan Allah.
Setelah Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena, Yesus pun menampakkan diri kepada para murid. Dia muncul di tengah-tengah mereka ketika mereka sedang berada di dalam ruangan terkunci. Lagi-lagi ada hal yang baru dengan tubuh kebangkitan Yesus. Dia muncul di tengah-tengah ruangan terkunci. Tetapi Yesus juga menunjukkan keadaan tubuh-Nya dan bekas luka-Nya. Ini Yesus yang sama dengan yang dikenal para murid, tetapi ada unsur pernyataan kehadiran Allah yang baru kali itu mereka alami. Mereka sangat bersukacita karena Yesus sudah bangkit. Yesus yang bangkit melakukan dua hal bagi para murid. Yang pertama Dia memberikan damai sejahtera kepada para murid. Ini menggenapi apa yang tertulis di dalam Yohanes 14:27. Damai sejahtera Yesus dijanjikan sebelum Dia mati. Kematian-Nya tentu mengguncang iman para murid. Tetapi ketika Yesus menyatakan diri kepada mereka, Dia menyatakan kegenapan janji itu. Janji Tuhan tidak bisa dibatalkan oleh apa pun. Kematian pun tidak akan membatalkan janji-Nya. Dia lebih besar dari apa pun sehingga tidak ada suatu apa pun yang dapat membatalkan apa yang telah Dia janjikan. Dia yang berjanji adalah setia, sehingga tidak mungkin Dia sendiri membatalkan janji-Nya. Yesus menjanjikan damai sejahtera bagi para murid, dan setelah itu mengutus mereka. Yesus mengutus para murid setelah damai sejahtera-Nya menjadi milik mereka. Kita pun mengalami hal yang sama. Damai sejahtera Kristus menjadi milik kita. Damai sejahtera yang melampaui segala akal, itu menjadi milik kita dengan sepenuh-penuhnya. Di dalam damai sejahtera itulah Tuhan mengutus kita untuk pergi mengabarkan kerajaan-Nya ke seluruh dunia. Bapa mengutus Kristus untuk menyatakan kerajaan-Nya, mengubah dunia ini untuk kembali menjadi milik-Nya. Kerajaan-Nya menaklukkan dunia ini melalui pekerjaan Kristus yang diutus Allah. Sama seperti Bapa mengutus Kristus, demikian sekarang Kristus mengutus kita, murid-murid-Nya. Kita membawa Kerajaan Kristus ini dan menyatakannya bagi dunia ini. Dunia harus ditundukkan kepada Kristus yang telah mengasihi dan menebusnya dengan darah-Nya.
Setelah itu Yesus meniup mereka. Tiupan ini menjadi simbol ciptaan yang baru sekaligus simbol kedatangan Roh Kudus yang akan mengaplikasikan ciptaan baru yang digenapi Yesus itu kepada para murid. Yohanes 1 menuliskan tentang pada mulanya, tentang Allah dan Firman, tentang Firman, hidup dan terang, dan tentang turunnya Sang Terang itu ke dalam dunia. Ini pola yang terdapat juga di dalam Kejadian 1. Kejadian satu menuliskan tentang pada mulanya, tentang Allah yang berfirman, tentang terang yang dipisahkan dari gelap, tentang penciptaan yang bergerak dari berfokus ke langit menjadi turun ke bumi, dan tentang hidup yang diberikan Allah kepada manusia melalui meniupkan nafas kepada manusia. Yohanes 1 mencatat semua, kecuali tentang tiupan nafas hidup. Tetapi tiupan nafas hidup itu ternyata juga terjadi melalui Yesus yang bangkit, sebagaimana tercatat di pasal 20 ini. Yesus benar-benar membawa ciptaan yang baru. Inilah salah satu tema penting Injil Yohanes. Ciptaan baru dikerjakan Yesus dan dilanjutkan oleh para murid melalui pimpinan Roh Kudus. Dengan Roh Kudus, para murid akan membawa kabar tentang Kerajaan Allah ini ke seluruh dunia. Mereka akan membentuk suatu komunitas baru yang terdiri dari orang-orang yang percaya kepada Yesus. Orang-orang ini adalah orang-orang yang telah ditebus dosa-dosanya. Komunitas ini akan menggantikan komunitas sinagoge orang Yahudi. Ayat 23 mengatakan bahwa para murid yang dipimpin Roh Kudus akan menyatakan siapa orang yang dosanya diampuni dan siapa orang yang dosanya tetap ada padanya. Ini kalimat yang harus dimengerti di dalam pengertian tradisi agama Yahudi. Andreas Koestenberger di dalam tafsirannya menemukan bahwa kalimat ini adalah kalimat yang menunjukkan otoritas pimpinan sinagoge Yahudi. Mereka akan menentukan siapa yang benar-benar menjadi anggota sinagoge mereka dan siapa yang dikeluarkan karena dosa yang mereka lakukan. Kekristenan mula-mula berkembang di antara orang Yahudi terlebih dahulu. Setelah mereka menjadi Kristen, orang Yahudi menolak mereka dan mengusir mereka dari sinagoge. Mereka adalah orang-orang yang dinyatakan sebagai orang berdosa, diumumkan di seluruh sinagoge dan dikeluarkan dari sinagoge. Tetapi perkataan Yesus ini menjadi penghiburan bagi mereka. Sekarang bukan lagi sinagoge, tetapi gereja Tuhan. Tuhan tidak lagi hadir di sinagoge, Dia tidak lagi menyatakan firman dan memanggil orang bersekutu di sinagoge. Dia sudah mendirikan gereja-Nya. Gerejalah yang menyatakan Kerajaan Allah di bumi, dan gerejalah yang dapat menarik orang menjadi bagiannya, dan mengeluarkan mereka yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Kristus. Bagaimana gereja melakukan ini? Melalui pemimpinkah? Melalui Paus? Tidak. Gereja melakukan ini dengan pengabaran Injil. Siapa yang menerima Kristus akan menjadi anggota tubuh-Nya, yaitu gereja. Siapa yang tidak menerima-Nya, tetaplah dosanya dan dia tetap di luar tubuh Kristus. Ini perbedaan kalimat Tuhan Yesus dengan kebiasaan di sinagoge. Sinagoge mengasumsikan semua anggotanya benar, dan mengusir mereka yang berdosa. Sedangkan kalimat Tuhan Yesus mengasumsikan seluruh dunia berdosa, dan komunitas orang percaya menarik mereka untuk masuk ke dalam tubuh Kristus. Siapa yang menerima: dosanya diampuni, siapa yang menolak: dia tetap berada di dalam keadaan lama, yaitu berdosa.
Gereja dipanggil Tuhan untuk memperjuangkan Kerajaan Allah agar terus dinyatakan di bumi. Kita berada di dalam periode transisi yang sangat penting. Transisi dari Kerajaan Israel di Perjanjian Lama menuju kepada Kerajaan Kristus, Anak Daud yang akan datang kembali. Transisi ini mengharuskan kita untuk menghidupi panggilan sebagai umat Tuhan, menjalani panggilan untuk menyembah Tuhan, dan melakukan apa pun yang kita lakukan di dalam hidup kita sehari-hari dengan cara Tuhan. Jika kita tetap hidup dengan cara yang sia-sia, kita sangat berdosa kepada Tuhan. Jika kita hidup dengan cara Tuhan, tanpa disadari kita sedang menjalankan bagian dari umat Tuhan di dalam Kristus, menyatakan Kerajaan Allah di seluruh dunia ini sambil menantikan kedatangan Sang Raja, Pemilik seluruh ciptaan ini.