Devotion from Yohanes 19:38-42
Setelah Yesus mati, ada dua orang pemimpin Yahudi menghadap Pilatus agar mereka dapat menangani pemakaman tubuh Yesus Kristus yang telah mati. Mereka ingin melakukan upacara yang pantas diterima oleh Tuhan Yesus. Apakah upacara yang pantas diterima oleh Kristus? Apa pun itu yang diatur oleh mereka, tidak akan sepenting apa yang Allah siapkan untuk Kristus. Yohanes sangat teliti di dalam menekankan bukti-bukti yang Allah nyatakan dalam kehidupan Yesus (dan kematian-Nya) bahwa Yesus adalah Raja. Pengakuan dari mulut Yesus sendiri, pengakuan dari Pilatus, tulisan di atas kayu salib Yesus (ay. 19-22), dan tempat Yesus dikuburkan. Ayat 41 mengatakan bahwa Yesus dibaringkan di sebuah kubur di taman. Kuburan di taman adalah kuburan raja-raja. Yesus adalah Sang Raja yang dijanjikan Allah dan tempat Dia dikubur menyatakan hal itu. Raja yang dilantik oleh Allah ini dikubur di dalam kuburan raja-raja. Memang benar bahwa kuburan yang Yesus tempati adalah kubur kosong yang tentunya bukan milik raja. Taman dekat tempat Yesus disalib juga tentunya bukan taman milik kerajaan. Tetapi Yohanes melihat dengan tepat bahwa ini adalah simbol-simbol agung yang dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, bahkan paradoks. Yesus adalah Raja, dan tulisan di atas kayu salib-Nya mengingatkan orang bahwa Dia adalah Raja, tetapi Kerajaan-Nya dinyatakan dengan sangat berbeda. Sang Raja itu tidak takut untuk menyatakan Kerajaan-Nya dengan cara yang sangat hina dan rendah. Tulisan di salib sebagai tanda yang akan dilihat oleh orang-orang pilihan, yaitu orang-orang yang sanggup melihat kemuliaan Allah yang dinyatakan dengan tersembunyi. Tersembunyi di balik kehinaan salib dan kengerian dosa-dosa pemimpin-pemimpin agama. Tersembunyi, tetapi sangat terlihat. Siapakah yang akan gagal melihat tulisan yang dibuat Pilatus di atas salib Yesus? Tidak seorang pun dengan pengelihatan normal akan gagal melihatnya. Tetapi hampir semua orang akan menolak tulisan ini sebagai tanda bahwa Yesus benar-benar Sang Raja yang dinantikan oleh Israel. Fakta bahwa tulisan itu melekat di salib membuat mereka menolaknya sebagai tanda, sama seperti fakta bahwa Yesus terpaku di salib membuat mereka menolak-Nya sebagai Raja. Demikian juga fakta bahwa Yesus dikuburkan di kuburan dalam sebuah taman dilihat Yohanes sebagai tanda yang sangat penting. Yesus adalah Raja, dan Dia dikubur di dalam kuburan dalam sebuah taman. Tetapi fakta lain, yaitu bahwa kuburan ini adalah kuburan kosong yang dipilih karena desakan waktu yang darurat. Yesus harus segera dikubur karena mereka mau mempersiapkan Paskah, dan pada hari persiapan Paskah, tidak boleh ada mayat yang tidak terkubur setelah malam tiba. Jadi ini adalah kuburan darurat? Ya. Tetapi fakta bahwa ini adalah kuburan darurat justru menguatkan tanda bahwa Yesus adalah Raja. Siapakah yang mengatur sehingga bisa ada kuburan di dalam taman yang tersedia dan belum pernah ditempati sebelumnya? Tuhan. Mengapa Dia mengaturnya demikian? Agar Sang Anak Allah, Raja yang diurapi Tuhan sendiri, dapat dikuburkan di kubur itu. Kuburan Yesus di dalam taman memberikan pesan yang sangat baik bahwa Dialah Sang Mesias. Tidak ada tanda, upacara, minyak, atau apa pun yang dapat memberikan pengertian yang sangat kuat untuk memberikan penghormatan kepada Yesus Kristus.
Tetapi ada hal lain lagi yang sangat penting. Fakta bahwa Yesus dikuburkan di dalam taman membuat adanya keterkaitan yang sangat besar dengan Kitab Kejadian. Di dalam Kitab Kejadian dicatat tentang kegagalan pertama manusia di dalam menaati Allah. Peristiwa itu terjadi di dalam sebuah taman. Di Taman Eden mereka memberontak terhadap Allah. Di Taman Eden itu juga Tuhan mengumumkan kematian sebagai akibat dari pemberontakan manusia itu. Taman itu adalah tempat di mana segala sesuatunya menjadi kacau. Inilah tempat dosa pertama kali menarik manusia untuk mengabaikan Tuhan. Inilah tempat keinginan untuk menjadi sama seperti Allah berujung kepada kematian yang membuat manusia menjadi sama seperti tanah. Taman yang begitu indah, yang diatur dengan demikian baiknya oleh Allah sendiri, mengakibatkan kematian bagi manusia pertama. Kematian yang terjadi karena manusia dipikat oleh keinginan-keinginannya sendiri. Tidak ada yang berhasil menjalani hidup sebagai manusia dengan benar. Kejatuhan manusia membuat manusia membentuk perasaan saling membenci siapa pun yang berbeda dengan dirinya. Segala hal dijalankan dengan ambisi yang liar. Diri manusia menjadi lebih besar daripada Allah. Segala kerusakan dimulai dari dosa manusia di dalam Taman Eden. Maut pun masuk pertama kali dari Taman Eden. Manusia menjadi hidup karena Tuhan memberikan nafas hidup kepada mereka. Dari keadaan hidup, mereka memilih kematian karena dosa.
Tetapi di taman tempat Yesus dikuburkan, segala sesuatu menjadi berbeda. Dia adalah yang memberikan hidup melalui kematian-Nya. Segala sesuatu dijalankan dengan kebertundukan kepada Allah dan kebergantungan kepada kehendak-Nya. Yesus menjalankan kehendak Bapa-Nya dengan setia. Dia menjalani hidup-Nya, memberikan hidup-Nya, dan pada hari kebangkitan-Nya Dia akan menjalani tugas-Nya sebagai Adam yang terakhir dengan sempurna dan genap. Dia akan bangkit dan akan berjalan di dalam taman, memberikan makna yang sangat besar tentang pembaruan yang Tuhan kerjakan. Kerusakan di taman diperbaiki oleh kesetiaan kepada perjanjian. Hawa nafsu diganti oleh Yesus menjadi keinginan menikmati Tuhan di dalam segala sesuatu. Penolakan akan Tuhan diubah Kristus menjadi ketaatan yang rela. Adam yang pertama gagal, dan tempat yang sama, yaitu di dalam sebuah taman, dia gagal ditaklukkan Kristus dengan kemenangan-Nya untuk setia kepada Bapa. Jika Adam, dimulai dari keadaan hidup, gagal oleh karena dosa dan kecemaran, maka Yesus sebaliknya, dimulai dari keadaan mati, tetapi menghidupkan segala sesuatu oleh karena kuasa Allah.