Devotion from 2 Samuel 6:16-23
Setelah Tabut Perjanjian tersebut masuk ke dalam benteng kota Daud, Mikhal melihat Daud menari-nari dan meloncat-loncat di hadapan Tuhan. Mikhal memandang rendah Daud dan mengatakan bahwa sang raja Israel mempermalukan dirinya karena menelanjangi diri. Ayat ini tidak bermaksud mengatakan bahwa Daud telanjang, sebab di dalam 1 Tawarikh 15:27 dikatakan bahwa Daud memakai jubah lenan dan baju efod dari kain lenan. Lalu apakah yang dipandang rendah oleh Mikhal? Mikhal memandang rendah Daud karena dia mengambil posisi para perempuan dan budak yang menyambut masuknya sang raja dan pasukannya (lihat 1Sam. 18:6-7). Dia menari-nari, bahkan melompat-lompat padahal dia adalah sang raja yang seharusnya berjalan dengan wibawa dan disambut dengan tarian dan lompatan rakyat biasa. Inilah sebabnya Daud berespons dengan mengatakan bahwa dia lebih suka disamakan dengan budak-budak yang menyambut Tuhan dengan melompat-lompat dan menari-nari daripada memiliki keangkuhan Mikhal, yang hanyalah anak dari raja yang sudah ditolak (2Sam. 6:22). Jadi yang dimaksudkan Mikhal dengan menelanjangi diri bukanlah Daud membuka pakaian lenannya, tetapi Daud merendahkan diri dengan tidak memakai pakaian kerajaan dan berjalan untuk disambut.
Bagian ini juga bukanlah seperti anggapan banyak orang Kristen, yaitu bahwa ibadah yang sejati di hadapan Tuhan adalah dengan meloncat-loncat dan menari-nari. Ini bukan ibadah! Ini adalah prosesi penyambutan sang raja yang masuk ke kota setelah menang perang (seperti dalam 1Sam. 18:6-7). Tetapi bedanya adalah sekarang sang raja juga ikut menyambut! Daud ikut menari dan melompat-lompat tanda kegirangan atas kemenangan Sang Raja! Tetapi siapakah Raja yang harus disambut oleh raja Daud? Raja itu adalah Tuhan semesta alam yang kehadiran-Nya dilambangkan oleh Tabut Perjanjian. Daud sedang menjadi budak yang menyambut Sang Raja dengan tari-tarian dan sorak kemenangan perang. Jadi ini adalah pesta kemenangan perang! Bukan ibadah! Daud tidak akan pernah melakukan tarian dan sorakan kemenangan ini di saat datang beribadah kepada Tuhan. Banyak orang Kristen sekarang terlalu berani dan tidak sopan ketika datang ke hadapan Tuhan. Mereka memanipulasi ayat-ayat Alkitab demi kesenangan diri mereka sendiri. Tetapi tarian dan loncatan Daud adalah gambaran bahwa raja dunia ini hanyalah setara dengan para budak-budak perempuan yang menyambut jika berada di hadapan Sang Raja Semesta Alam.
Setelah Tabut Perjanjian tersebut masuk ke dalam benteng kota Daud, Mikhal melihat Daud menari-nari dan meloncat-loncat di hadapan Tuhan. Mikhal memandang rendah Daud dan mengatakan bahwa sang raja Israel mempermalukan dirinya karena menelanjangi diri. Ayat ini tidak bermaksud mengatakan bahwa Daud telanjang, sebab di dalam 1 Tawarikh 15:27 dikatakan bahwa Daud memakai jubah lenan dan baju efod dari kain lenan. Lalu apakah yang dipandang rendah oleh Mikhal? Mikhal memandang rendah Daud karena dia mengambil posisi para perempuan dan budak yang menyambut masuknya sang raja dan pasukannya (lihat 1Sam. 18:6-7). Dia menari-nari, bahkan melompat-lompat padahal dia adalah sang raja yang seharusnya berjalan dengan wibawa dan disambut dengan tarian dan lompatan rakyat biasa. Inilah sebabnya Daud berespons dengan mengatakan bahwa dia lebih suka disamakan dengan budak-budak yang menyambut Tuhan dengan melompat-lompat dan menari-nari daripada memiliki keangkuhan Mikhal, yang hanyalah anak dari raja yang sudah ditolak (2Sam. 6:22). Jadi yang dimaksudkan Mikhal dengan menelanjangi diri bukanlah Daud membuka pakaian lenannya, tetapi Daud merendahkan diri dengan tidak memakai pakaian kerajaan dan berjalan untuk disambut.
Bagian ini juga bukanlah seperti anggapan banyak orang Kristen, yaitu bahwa ibadah yang sejati di hadapan Tuhan adalah dengan meloncat-loncat dan menari-nari. Ini bukan ibadah! Ini adalah prosesi penyambutan sang raja yang masuk ke kota setelah menang perang (seperti dalam 1Sam. 18:6-7). Tetapi bedanya adalah sekarang sang raja juga ikut menyambut! Daud ikut menari dan melompat-lompat tanda kegirangan atas kemenangan Sang Raja! Tetapi siapakah Raja yang harus disambut oleh raja Daud? Raja itu adalah Tuhan semesta alam yang kehadiran-Nya dilambangkan oleh Tabut Perjanjian. Daud sedang menjadi budak yang menyambut Sang Raja dengan tari-tarian dan sorak kemenangan perang. Jadi ini adalah pesta kemenangan perang! Bukan ibadah! Daud tidak akan pernah melakukan tarian dan sorakan kemenangan ini di saat datang beribadah kepada Tuhan. Banyak orang Kristen sekarang terlalu berani dan tidak sopan ketika datang ke hadapan Tuhan. Mereka memanipulasi ayat-ayat Alkitab demi kesenangan diri mereka sendiri. Tetapi tarian dan loncatan Daud adalah gambaran bahwa raja dunia ini hanyalah setara dengan para budak-budak perempuan yang menyambut jika berada di hadapan Sang Raja Semesta Alam.
-
Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel
Bagian ini memberikan penekanan penting tentang pengertian raja sebagai wakil Tuhan untuk menyatakan keadilan dan kebenaran Tuhan. Daud hanyalah wakil Allah. Allah adalah Raja yang sejati. Bagi Daud, pengurapan sang raja Israel sesungguhnya bukanlah ketika dia diurapi, tetapi ketika Tuhan menyatakan kehadiran-Nya di Yerusalem. Inilah Sang Raja yang memang sepantasnya bertakhta atas Israel, bahkan seluruh dunia. Bagian selanjutnya dari Kitab 2 Samuel memberikan penekanan yang makin jelas tentang takhta Daud yang akan diduduki oleh Anak Allah sendiri, yang juga adalah keturunan Daud. Allah akan memelihara keturunan Daud karena Dialah pemilik sejati takhta Daud dan Dia sendirilah yang akan memerintah. Kepekaan Daud sangat mengagumkan. Dia merasa jikalau Tuhan sedang berbaris masuk Yerusalem, maka dia harus menjadi budak penyambut yang bersorak, menari, dan melompat-lompat kegirangan untuk menyatakan suasana penyambutan yang meriah. Bukan Daud, melainkan Allah adalah Raja Israel. -
Apakah yang dapat kita pelajari?
Bagian ini menyatakan kepada kita sekalian untuk mempunyai kekaguman kepada Allah lebih daripada kepada diri sendiri. Daud tidak menganggap posisinya sebagai raja sebagai posisi yang penting. Dia tidak peduli jika dia harus disetarakan dengan para budak sekalipun. Tetapi dia terus berjuang untuk membela kemuliaan nama Tuhan. Tidak ada orang yang boleh menghina kemuliaan Tuhan atau memberikan sembah sujud yang kurang sungguh-sungguh kepada Dia. Maka Daud merendahkan dirinya demi meninggikan Tuhan Allah yang bertakhta di surga. Daud mengutamakan Tuhan di dalam pemerintahannya, maka dia menyambut Tuhan dengan perayaan yang lebih dari pada perayaan pelantikannya sendiri. Mengapa? Karena dalam perayaan masuknya tabut ke Yerusalem, Daud sendirilah yang menjadi hamba rendahan yang menyambut Sang Raja pulang. Kita yang mengaku sebagai orang-orang yang menyembah Allah sering kali gagal menjalankan hal ini. Kita mengaku mengasihi Tuhan, tetapi tenaga kita yang terbaik tidak diberikan untuk hal yang menyenangkan hati-Nya. Kita mengaku menghormati Dia tetapi kita memberikan prioritas untuk acara kita sendiri ketimbang Tuhan. Berapa banyak orang Kristen yang kalau menikah lebih memberikan prioritas untuk resepsi ketimbang pemberkatan di gereja? Acara resepsi di atas pemberkatan gereja. Acara ulang tahun di atas kebaktian. Acara kantor di atas kegiatan gerejawi. Kita merayakan sesuatu yang berkait dengan diri kita sendiri lebih megah dari pada merayakan sesuatu yang berkait dengan Allah. Mengapa kita melakukan itu? Karena diri kita lebih penting dari pada Allah. Inilah dosa besar orang Kristen. Mari belajar untuk mengembalikan hati kita kepada Tuhan. Belajar untuk mengutamakan Tuhan dan memperhamba diri di hadapan Dia. Jika kita adalah seorang pemimpin, belajar untuk menjadi pelayan di gereja Tuhan. Jika kita adalah orang yang diberi kelimpahan uang, belajar untuk gunakan uang dengan porsi lebih besar untuk Tuhan dan orang lain lebih dari pada untuk diri sendiri. Jangan lakukan apa pun yang membuat kita terlihat lebih utama dari pada Tuhan. Daud tidak mau acara pelantikan dia sebagai raja lebih megah dari pada penyambutan masuknya Tabut Perjanjian ke Yerusalem. -
Bayang-bayang Kristus
Bagian ini memiliki keunikan tersendiri dalam menyatakan Kristus. Yang pertama adalah Daud tahu bahwa Allah adalah Raja yang akan bertakhta selamanya di Israel. Daud, sebagai raja pilihan Allah, tidak menolak Allah sebagai Raja seperti umat Israel menolak Allah menjadi Raja mereka (1Sam. 8:7). Itulah sebabnya Daud mempersilakan Allah yang mengambil takhta Israel dan dia sendiri memosisikan dirinya sebagai hamba yang menyambut dengan tari-tarian dan sorak dan lompatan kegirangan. Siapakah yang akan duduk di takhta Israel selama-lamanya? Allah. Melalui siapa? Melalui Anak-Nya yang akan datang melalui garis keturunan Daud. Kristuslah Raja yang sedang dipersilakan Daud untuk duduk di atas takhta Israel. Masuknya tabut ke Yerusalem dan sambutan yang dilakukan oleh orang Israel di bawah pimpinan Daud adalah suatu pernyataan iman yang akan digenapi dengan masuknya Kristus ke Yerusalem (Mat. 21:8-9). Tetapi sambutan yang sejati nanti bukanlah ketika Kristus masuk ke Yerusalem, sebab pada waktu itu hanya orang-orang Yerusalem dan sekitarnya yang menyambut. Sambutan yang sejati akan datang waktu Kristus mengklaim takhta pemerintahan seluruh dunia ini dalam kedatangan-Nya yang kedua nanti. Inilah penggenapan sempurna dari sambutan tabut masuk ke Yerusalem.