Devotion from 1 Raja-raja 7:13-51
Pasal 6 telah menggambarkan beberapa hal yang terdapat di dalam Bait Suci. Sekarang kita melihat hal-hal lain yang menggambarkan dengan lebih detail lagi apa yang ada pada pasal 6. Ayat 15-22 menggambarkan suasana mirip Taman Eden. Segala hal-hal yang menggambarkan pohon dan buah menyatakan keadaan Eden dengan lebih jelas. Biarlah kerinduan setiap orang yang datang kepada Tuhan adalah untuk berdiam bersama dengan Tuhan dengan penuh kedamaian dan sukacita. Pemandangan simbolis tentang Eden ini jugalah yang membuat setiap orang yang datang ke Bait Suci diarahkan untuk merindukan adanya kebangunan rohani sejati melalui pengharapan akan kedatangan Tuhan yang akan memulihkan Israel.
Ayat 23-26 memberikan gambaran ciptaan Tuhan yang besar. Daratan dan lautan disimbolkan oleh bagian ini. Adanya laut tuangan yang terkumpul melambangkan karya yang Tuhan kerjakan di dalam penciptaan. Tuhan mengumpulkan air sehingga daratan muncul (Kej. 1:9). Bagian luar yang menggambarkan daratan dan lautan melambangkan seluruh dunia tempat di mana manusia berdiam. Ini juga alasan Salomo banyak meletakkan hiasan-hiasan yang berkilau di bagian dalam bait tersebut karena hiasan-hiasan itu akan memberikan gambaran mengenai langit dan bintang-bintang di langit. Bagian dalam dari bait yang berkilau adalah lambang dari langit yang terbentang di atas manusia. Bagian terakhir adalah bagian terdalam dari Bait Suci, yaitu ruang maha suci. Selain Tabut Perjanjian, meja, dan kandil, ada patung kerub yang menjaga kesucian tempat itu. Ini menggambarkan simbol larangan untuk masuk (Kej. 3:24). Betapa penuh dengan misterinya tempat berdiam Allah yang dijaga para malaikat-Nya. Ruang paling dalam ini juga diberikan lapisan emas sehingga memberikan kesan kemuliaan surgawi yang terpancar. Kemuliaan surgawi yang menyatakan pancaran kemuliaan Allah di dalam segala sesuatu yang Dia ciptakan. Tetapi kemuliaan surgawi ini bukanlah yang membuat tempat maha suci menjadi simbol dari tempat berdiamnya Allah di surga yang mengatasi langit. Mengapa tidak? Karena tempat-tempat lain dari Bait Suci juga diberikan lapisan emas oleh Salomo. Lalu apakah yang membuat tempat maha suci menjadi simbol tempat berdiamnya Allah? Patung kerub setinggi 4,5 meter yang menghalangi jalan masuk (1Raj. 6:23)!
Seluruh hiasan-hiasan yang dibentuk melambangkan keadaan ciptaan. Baik bumi, maupun langit, hingga tempat maha suci menyatakan makna yang sangat penting. Allah adalah yang bertakhta atas semua itu. Tetapi di dalam Bait Suci tidak ada satu pun hiasan atau ukiran yang menyatakan inilah Allah. Bait ini adalah simbol bahwa Allah Israel tidak berdiam di bait ini. Bait ini adalah tumpuan kaki-Nya. Bait ini adalah simbol penyertaan-Nya. Seluruh bait menyatakan hal ini terus menerus. Tetapi seluruh bait juga mengingatkan bahwa jalan masuk ke tempat maha suci belum terbuka. Dan kalaupun imam besar dapat masuk, hanya dia, dan hanya satu tahun sekali, dia masuk untuk mempersembahkan korban. Keadaan ini memberikan pengharapan bahwa Israel bukanlah penggenapan sempurna dari umat Tuhan dan kehadiran Tuhan. Penggenapan itu ada pada Kristus yang akan datang, yang akan memperbaiki alam semesta dengan menebus dosa manusia.
Dunia ini, sebagaimana disimbolkan oleh Bait Suci, adalah tempat yang sangat indah. Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya melalui ciptaan ini. Itulah sebabnya Bait Suci memberikan gambaran yang indah seperti itu. Begitu kayanya gambaran tentang keindahan alam dipaparkan oleh Salomo di dalam Bait Suci. Segala perlengkapan, hiasan, ukiran, dan semua hal-hal lain menyatakan kemuliaan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Tetapi tidak ada gambar apa pun atau patung apa pun yang menyatakan seperti apakah Tuhan. Tidak ada satu pun gambar atau patung, termasuk di ruang maha suci, yang menggambarkan bahwa inilah Allah (Kel. 20:4). Tetapi kekosongan di dalam ruang maha suci membuat kita sadar bahwa segala kecemerlangan dunia tidak membuat kita merasa cukup. Allah Sang Pencipta segala sesuatu, Dialah yang ingin kita kenal. Tetapi ketika masuk ke tempat paling suci dari bait ini sekalipun, ternyata kita tidak cukup syarat untuk menemui Allah. Segala kemegahan duniawi menjadi sirna ketika kita berusaha untuk makin mengasihi Allah. Segala kemegahan ego duniawi juga ditundukkan ketika di ruang maha suci ternyata menyembunyikan Allah lebih daripada menyatakan tentang Dia. Allah tetap tidak bisa dipahami, diketahui, dan juga dijelaskan dengan tuntas. Manusia adalah manusia, dan Allah adalah Allah. Kiranya kita terus setia kepada panggilan untuk mengenal Dia tanpa jatuh ke dalam kesombongan. Allah terlalu besar untuk bisa dikuasai dengan konsep berpikir kita. Kehadiran Allah di Bait Suci dinyatakan dengan simbol kehadiran, yaitu Bait Allah, tetapi juga dinyatakan dengan simbol misteri dan simbol kerub yang berjaga-jaga sehingga membuat kita sadar bahwa Allah terlalu agung untuk dipahami dengan total. Marilah kita belajar untuk mengenal Allah dengan cara yang benar. Dia yang menciptakan seluruh dunia, dia juga yang mendirikan takhta-Nya mengatasi bintang-bintang di langit. Dia juga yang melihat kepada manusia ciptaan-Nya dan menyatakan diri kepada mereka. Bait Suci menyatakan hal ini. Bayangkan ketika kita mengingat kembali keagungan seluruh alam semesta, lalu ingat bahwa Allah melampaui semua itu, betapa kita tidak merasa kecil! Jika bintang-bintang di galaksi kita saja berjumlah lebih dari tiga milyar, dan matahari hanya termasuk salah satu dari bintang-bintang yang paling kecil, betapa kecilnya bumi! Betapa kecilnya kita! tetapi ketika direnungkan lebih dalam, ruang tempat Allah bertakhta melampaui bintang-bintang itu, alangkah besarnya Tuhan kita? Dialah yang menciptakan segala bintang-bintang itu. Siapakah kita? Bagaimanakah kita dapat memahami Dia? Betapa kecilnya kita. Jika kita masih sombong dengan keberadaan kita, maka kita sungguh bodoh. Kita membanggakan diri kita yang sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan Allah yang maha kuasa, pencipta langit dan bumi.
Untuk direnungkan:
Bait Suci Salomo ini juga memberikan gambaran yang sangat indah. Segala kemegahan ciptaan yang digambarkan Salomo di dalam ruangan dalam dan di luar dari Bait Suci, ditambah kemegahan segala peralatan yang digunakan dalam pelayanan di Bait Suci, membuat kita merasa kagum dengan keindahannya. Tetapi ruang maha suci tempat Tuhan bertakhta justru seolah menyembunyikan Tuhan di dalam kekudusan-Nya. Mengapa demikian? Karena Tuhan tidak mau ditemui oleh manusia berdosa dan pemberontak-pemberontak seperti kita. Harus ada sang pendamai yang membawa kita datang ke hadapan Allah. Peraturan Taurat di Perjanjian Lama mengharuskan imam besar yang melakukan hal itu. Tetapi di dalam Perjanjian Baru Kristuslah yang memberikan pendamaian dan mengantarkan kita untuk bertemu dengan Allah Bapa. Kita yang telah diperdamaikan, kini kita masuk ke tempat maha suci tanpa dihalangi oleh apa pun. Tetapi kita yang telah diperdamaikan, masihkah kita menunjukkan hormat kepada Allah? Masihkah kita dengan gentar datang menghadap Allah? Penebusan tidak membuat kita lebih sembarangan ketika datang kepada Allah. Penebusan justru membuat kita makin mengasihi, makin hormat, dan makin takut akan Dia (Ibr. 12:28). Belajarlah takut akan Tuhan dalam hidup, dalam menghadap Tuhan, dan dalam melayani Tuhan. Biarlah segenap hati kita yang rindu sujud kepada Allah semakin gentar ketika datang ke hadapan-Nya. Sebelum Kristus menebus, umat Tuhan begitu takut dan gentar karena kehadiran Tuhan. Setelah kita ditebus, kita justru harus semakin gentar, kagum, dan merasa tidak layak. Seperti seorang pengemis hina diundang masuk ke ruang takhta raja, demikianlah kita sujud dengan hati yang penuh ucapan syukur dan perasaan tidak layak yang besar datang ke hadapan takhta Dia yang telah memanggil kita menjadi anak-anak-Nya. Itulah dampak dari penebusan Kristus yang membuat kita semakin menghormati Tuhan ketika kita datang beribadah kepada-Nya.
Pasal 6 telah menggambarkan beberapa hal yang terdapat di dalam Bait Suci. Sekarang kita melihat hal-hal lain yang menggambarkan dengan lebih detail lagi apa yang ada pada pasal 6. Ayat 15-22 menggambarkan suasana mirip Taman Eden. Segala hal-hal yang menggambarkan pohon dan buah menyatakan keadaan Eden dengan lebih jelas. Biarlah kerinduan setiap orang yang datang kepada Tuhan adalah untuk berdiam bersama dengan Tuhan dengan penuh kedamaian dan sukacita. Pemandangan simbolis tentang Eden ini jugalah yang membuat setiap orang yang datang ke Bait Suci diarahkan untuk merindukan adanya kebangunan rohani sejati melalui pengharapan akan kedatangan Tuhan yang akan memulihkan Israel.
Ayat 23-26 memberikan gambaran ciptaan Tuhan yang besar. Daratan dan lautan disimbolkan oleh bagian ini. Adanya laut tuangan yang terkumpul melambangkan karya yang Tuhan kerjakan di dalam penciptaan. Tuhan mengumpulkan air sehingga daratan muncul (Kej. 1:9). Bagian luar yang menggambarkan daratan dan lautan melambangkan seluruh dunia tempat di mana manusia berdiam. Ini juga alasan Salomo banyak meletakkan hiasan-hiasan yang berkilau di bagian dalam bait tersebut karena hiasan-hiasan itu akan memberikan gambaran mengenai langit dan bintang-bintang di langit. Bagian dalam dari bait yang berkilau adalah lambang dari langit yang terbentang di atas manusia. Bagian terakhir adalah bagian terdalam dari Bait Suci, yaitu ruang maha suci. Selain Tabut Perjanjian, meja, dan kandil, ada patung kerub yang menjaga kesucian tempat itu. Ini menggambarkan simbol larangan untuk masuk (Kej. 3:24). Betapa penuh dengan misterinya tempat berdiam Allah yang dijaga para malaikat-Nya. Ruang paling dalam ini juga diberikan lapisan emas sehingga memberikan kesan kemuliaan surgawi yang terpancar. Kemuliaan surgawi yang menyatakan pancaran kemuliaan Allah di dalam segala sesuatu yang Dia ciptakan. Tetapi kemuliaan surgawi ini bukanlah yang membuat tempat maha suci menjadi simbol dari tempat berdiamnya Allah di surga yang mengatasi langit. Mengapa tidak? Karena tempat-tempat lain dari Bait Suci juga diberikan lapisan emas oleh Salomo. Lalu apakah yang membuat tempat maha suci menjadi simbol tempat berdiamnya Allah? Patung kerub setinggi 4,5 meter yang menghalangi jalan masuk (1Raj. 6:23)!
Seluruh hiasan-hiasan yang dibentuk melambangkan keadaan ciptaan. Baik bumi, maupun langit, hingga tempat maha suci menyatakan makna yang sangat penting. Allah adalah yang bertakhta atas semua itu. Tetapi di dalam Bait Suci tidak ada satu pun hiasan atau ukiran yang menyatakan inilah Allah. Bait ini adalah simbol bahwa Allah Israel tidak berdiam di bait ini. Bait ini adalah tumpuan kaki-Nya. Bait ini adalah simbol penyertaan-Nya. Seluruh bait menyatakan hal ini terus menerus. Tetapi seluruh bait juga mengingatkan bahwa jalan masuk ke tempat maha suci belum terbuka. Dan kalaupun imam besar dapat masuk, hanya dia, dan hanya satu tahun sekali, dia masuk untuk mempersembahkan korban. Keadaan ini memberikan pengharapan bahwa Israel bukanlah penggenapan sempurna dari umat Tuhan dan kehadiran Tuhan. Penggenapan itu ada pada Kristus yang akan datang, yang akan memperbaiki alam semesta dengan menebus dosa manusia.
Dunia ini, sebagaimana disimbolkan oleh Bait Suci, adalah tempat yang sangat indah. Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya melalui ciptaan ini. Itulah sebabnya Bait Suci memberikan gambaran yang indah seperti itu. Begitu kayanya gambaran tentang keindahan alam dipaparkan oleh Salomo di dalam Bait Suci. Segala perlengkapan, hiasan, ukiran, dan semua hal-hal lain menyatakan kemuliaan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Tetapi tidak ada gambar apa pun atau patung apa pun yang menyatakan seperti apakah Tuhan. Tidak ada satu pun gambar atau patung, termasuk di ruang maha suci, yang menggambarkan bahwa inilah Allah (Kel. 20:4). Tetapi kekosongan di dalam ruang maha suci membuat kita sadar bahwa segala kecemerlangan dunia tidak membuat kita merasa cukup. Allah Sang Pencipta segala sesuatu, Dialah yang ingin kita kenal. Tetapi ketika masuk ke tempat paling suci dari bait ini sekalipun, ternyata kita tidak cukup syarat untuk menemui Allah. Segala kemegahan duniawi menjadi sirna ketika kita berusaha untuk makin mengasihi Allah. Segala kemegahan ego duniawi juga ditundukkan ketika di ruang maha suci ternyata menyembunyikan Allah lebih daripada menyatakan tentang Dia. Allah tetap tidak bisa dipahami, diketahui, dan juga dijelaskan dengan tuntas. Manusia adalah manusia, dan Allah adalah Allah. Kiranya kita terus setia kepada panggilan untuk mengenal Dia tanpa jatuh ke dalam kesombongan. Allah terlalu besar untuk bisa dikuasai dengan konsep berpikir kita. Kehadiran Allah di Bait Suci dinyatakan dengan simbol kehadiran, yaitu Bait Allah, tetapi juga dinyatakan dengan simbol misteri dan simbol kerub yang berjaga-jaga sehingga membuat kita sadar bahwa Allah terlalu agung untuk dipahami dengan total. Marilah kita belajar untuk mengenal Allah dengan cara yang benar. Dia yang menciptakan seluruh dunia, dia juga yang mendirikan takhta-Nya mengatasi bintang-bintang di langit. Dia juga yang melihat kepada manusia ciptaan-Nya dan menyatakan diri kepada mereka. Bait Suci menyatakan hal ini. Bayangkan ketika kita mengingat kembali keagungan seluruh alam semesta, lalu ingat bahwa Allah melampaui semua itu, betapa kita tidak merasa kecil! Jika bintang-bintang di galaksi kita saja berjumlah lebih dari tiga milyar, dan matahari hanya termasuk salah satu dari bintang-bintang yang paling kecil, betapa kecilnya bumi! Betapa kecilnya kita! tetapi ketika direnungkan lebih dalam, ruang tempat Allah bertakhta melampaui bintang-bintang itu, alangkah besarnya Tuhan kita? Dialah yang menciptakan segala bintang-bintang itu. Siapakah kita? Bagaimanakah kita dapat memahami Dia? Betapa kecilnya kita. Jika kita masih sombong dengan keberadaan kita, maka kita sungguh bodoh. Kita membanggakan diri kita yang sangat lemah dan tidak berdaya di hadapan Allah yang maha kuasa, pencipta langit dan bumi.
Untuk direnungkan:
Bait Suci Salomo ini juga memberikan gambaran yang sangat indah. Segala kemegahan ciptaan yang digambarkan Salomo di dalam ruangan dalam dan di luar dari Bait Suci, ditambah kemegahan segala peralatan yang digunakan dalam pelayanan di Bait Suci, membuat kita merasa kagum dengan keindahannya. Tetapi ruang maha suci tempat Tuhan bertakhta justru seolah menyembunyikan Tuhan di dalam kekudusan-Nya. Mengapa demikian? Karena Tuhan tidak mau ditemui oleh manusia berdosa dan pemberontak-pemberontak seperti kita. Harus ada sang pendamai yang membawa kita datang ke hadapan Allah. Peraturan Taurat di Perjanjian Lama mengharuskan imam besar yang melakukan hal itu. Tetapi di dalam Perjanjian Baru Kristuslah yang memberikan pendamaian dan mengantarkan kita untuk bertemu dengan Allah Bapa. Kita yang telah diperdamaikan, kini kita masuk ke tempat maha suci tanpa dihalangi oleh apa pun. Tetapi kita yang telah diperdamaikan, masihkah kita menunjukkan hormat kepada Allah? Masihkah kita dengan gentar datang menghadap Allah? Penebusan tidak membuat kita lebih sembarangan ketika datang kepada Allah. Penebusan justru membuat kita makin mengasihi, makin hormat, dan makin takut akan Dia (Ibr. 12:28). Belajarlah takut akan Tuhan dalam hidup, dalam menghadap Tuhan, dan dalam melayani Tuhan. Biarlah segenap hati kita yang rindu sujud kepada Allah semakin gentar ketika datang ke hadapan-Nya. Sebelum Kristus menebus, umat Tuhan begitu takut dan gentar karena kehadiran Tuhan. Setelah kita ditebus, kita justru harus semakin gentar, kagum, dan merasa tidak layak. Seperti seorang pengemis hina diundang masuk ke ruang takhta raja, demikianlah kita sujud dengan hati yang penuh ucapan syukur dan perasaan tidak layak yang besar datang ke hadapan takhta Dia yang telah memanggil kita menjadi anak-anak-Nya. Itulah dampak dari penebusan Kristus yang membuat kita semakin menghormati Tuhan ketika kita datang beribadah kepada-Nya.