SALOMO DI URAPI

Devotion from 1 Raja-raja 1:28-53
Setelah Natan dan Batsyeba menanyakan kepada Daud mengenai tindakan Adonia yang menjadikan dirinya sendiri raja, maka Daud mengatakan beberapa hal. Yang pertama di dalam ayat 30, Daud mengingat bahwa dia pernah bersumpah akan menjadikan Salomo raja. Dia mengetahui bahwa Allah memilih Salomo dan karena itulah sumpahnya memilih Salomo bukanlah karena dirinya sendiri, tetapi karena Allah yang telah memilih. Allah menyatakan pemilihan ini kepada Daud melalui nabi Natan supaya Daud suatu saat akan menunjuk Salomo sebagai penggantinya sesuai rencana Allah (2Sam. 12:24-25).
Hal kedua yang dilakukan Daud adalah dia memerintahkan imam Zadok, nabi Natan, dan panglima Benaya untuk mempersiapkan pelantikan Salomo menjadi raja. Perhatikan bahwa pengurapan Salomo melibatkan seorang nabi dan seorang imam. Imam yang mewakili pemimpin agama Israel dan nabi yang mewakili suara Tuhan bagi Israel mengurapi Salomo. Daud sendiri dahulu diurapi oleh nabi Samuel yang telah mendapatkan perintah dari Tuhan untuk mengurapi dia. Sekarang Salomo pun diurapi oleh nabi Natan yang telah mendengarkan suara dari Tuhan bahwa Salomolah yang akan menggantikan Daud. Kehadiran Zadok menjadi penting karena Salomo juga akan Tuhan berikan tugas untuk mendirikan Bait Allah. Pemanggilan Salomo sebagai raja yang akan mendirikan Bait Allah ini menyebabkan imam Zadok harus berbagian di dalam mengurapi Salomo, sebab imam itulah yang akan mewakili seluruh umat Tuhan untuk datang ke hadapan Allah di dalam Bait Allah tersebut.
Setelah itu Salomo akan diurapi di Gihon, yang ada di pinggir Yerusalem, tidak jauh dengan En-Rogel, tempat Adonia melantik dirinya sendiri, yang juga ada di sekitar Yerusalem. Perjalanan Salomo adalah dengan menunggangi bagal milik raja Daud yang merupakan lambang takhta kerajaan. Ini jugalah yang menjadi simbol ketika Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem dengan menunggangi keledai beban muda (Mat. 21:2-5), yaitu simbol Anak Daud memasuki Yerusalem untuk diurapi menjadi raja. Setelah diurapi, mereka yang hadir akan meniup sangkakala menandakan raja yang baru telah dilantik. Setelah itu Salomo akan masuk ke istana raja dan duduk di atas takhta Daud. Ini semua merupakan upacara pelantikan yang sederhana tetapi sangat penuh makna. Tetapi kesederhanaan prosesi itu tidak mencegah seluruh rakyat Yerusalem untuk bersorak dan bersukaria. Mereka membunyikan alat-alat musik dan bersorak bagi raja baru mereka. Sorak-sorai itulah yang terdengar di En-Rogel. Ketika orang-orang di En-Rogel sadar bahwa Daud telah melantik Salomo sebagai penerusnya, maka mereka semua takut dan pulang ke rumah masing-masing. Pelantikan Adonia sekarang menjadi pesta para pemberontak yang memilih raja di luar raja yang ditetapkan raja Daud. Semua orang yang terlibat dalam pelantikan Adonia sebagai raja sekarang statusnya adalah pemberontak. Baik Adonia, raja yang dilantik di luar persetujuan raja Daud, maupun semua pendukungnya dapat dihukum mati karena pelantikan ini sama dengan persepakatan gelap melawan takhta raja Israel.
Ayat 50-53 menyatakan ketakutan Adonia kepada Salomo. Adonia meminta kepada Salomo untuk berjanji tidak membunuh dia. Tetapi Salomo menjawab dengan bijaksana, yaitu jika dia adalah anak pejuang sejati maka tidak ada alasan bagi Salomo untuk membunuh dia. Tetapi jika dia ternyata adalah orang fasik, maka dia pasti dihukum mati. Salomo tidak menjanjikan pengampunan, tetapi Salomo menjanjikan perlakuan yang adil bagi Adonia. Salomo telah mulai menunjukkan hikmatnya di dalam memimpin bangsa Israel. Jika Daud terkadang bertindak karena cintanya, sehingga orang yang seharusnya dihukum tidak dihukum oleh dia, maka Salomo bertindak karena keadilan.
Bagian ini adalah bagian yang sangat indah karena menggambarkan kesetiaan Tuhan bagi takhta Daud. Tuhan tidak membiarkan segala tipu daya dan permainan politik menang. Tuhan mengokohkan takhta Daud dengan memilih Salomo yang dengan hikmatnya akan memimpin umat Tuhan setelah Daud mati. Bagian ini juga menyatakan penyertaan Tuhan bagi Salomo. Tanpa usaha dan gerakan apa pun Salomo akhirnya menjadi raja. Dia tidak menjalin relasi dengan panglima Israel, ataupun dengan inisiatifnya sendiri menahbiskan diri menjadi raja. Dia tidak melakukan apa-apa. Tuhanlah yang akan membangkitkan dia dan mengangkat dia ke atas takhta Daud. Sejarah pun berulang lagi. Daud menjadi raja, walaupun dia tidak dengan aktif mengejar posisi itu. Kini anaknya juga menjadi raja tanpa mengadakan persepakatan apa pun. Jikalau Tuhan yang sudah memilih, Dia pasti akan membangkitkan orang pilihan-Nya itu. Jikalau Dia sudah membangkitkan, siapakah yang dapat mencegah?
Untuk direnungkan:
  1. Tuhan tidak membiarkan cara manusia menjadi ukuran mutlak. Manusia memilih pemimpin yang mempunyai karisma yang terlihat, tetapi Tuhan memilih seorang yang tidak menonjol. Tuhan juga memilih dengan memberikan janji, jauh sejak sebelum Daud harus digantikan karena telah menjadi tua. Tuhan menyatakan kepada Natan dan Daud bahwa dia mengasihi Salomo sejak ketika Salomo baru dilahirkan. Tuhan memilih berdasarkan ketetapan-Nya yang melampaui bijaksana manusia. Dengan mengingat hal ini biarlah kita hidup dengan rendah hati di hadapan Allah. Terkadang kejadian-kejadian dalam sejarah, atau hal-hal yang terjadi dalam hidup kita, terasa tidak tepat. Seolah Tuhan salah mengatur segala sesuatu. Tetapi kita harus ingat untuk tetap beriman kepada Dia yang menjadikan langit dan bumi beserta segala isinya. Kita harus ingat bahwa Allah, yang menentukan musim-musim dan batas-batas kediaman manusia (Kis. 17:26), Allahlah yang mempunyai hikmat. Siapakah kita sehingga kita merasa lebih tahu mengatur sejarah manusia atau kehidupan kita (Rm. 9:20)? Mari belajar untuk menantikan waktu Tuhan dan menerima keputusan Tuhan dalam hidup kita karena Dia Allah yang menciptakan kita dan menebus kita.
  2. Bandingkan perbedaan Adonia dengan Salomo. Adonia mencari semarak dunia ini. Dia ingin menjadi raja dengan diiringi 50 orang yang berlari di depan dia dan dengan disertai kereta-kereta berkuda. Betapa semaraknya ketika dia lewat! Kemudian dikatakan dia mengadakan perayaan megah untuk pelantikan dirinya sebagai raja. Dia berinisiatif menjadi raja dan dia berusaha membuat dirinya terlihat besar. Adonia mau terlihat besar sedangkan Daud mau Tuhan yang terlihat besar. Sifat Adonia telah nyata sebagai orang fasik yang mencari kebesaran diri saja. Dia tidak peduli apakah Tuhan terlihat megah atau tidak. Dia hanya ingin semua orang kagum kepadanya. Tetapi apakah jadinya dia? Dia tidak menjadi raja. Dia malah menjadi seorang pengecut yang lari berlindung karena ternyata bukan dia, melainkan adiknya yang menjadi raja menggantikan Daud. Siapa yang mau ditinggikan, dia akan direndahkan. Siapa yang rela direndahkan, dia akan ditinggikan (Luk. 14:11).
  3. Sekarang kita lihat pelantikan Salomo. Tidak ada 50 pelari dan kereta-kereta kuda mengelilingi Salomo, tetapi sesungguhnya pengurapan Salomo sebagai raja jauh lebih megah daripada perayaan Adonia. Mengapa? Karena hal yang dilakukan dalam pengurapan Salomo mempunyai makna surgawi yang sangat penting, yaitu pengurapan. Dia diurapi menjadi raja. Dia menjadi gambaran bagi Sang Mesias atau Sang Kristus, yang artinya adalah “Yang Diurapi”! Ini jauh lebih penting daripada kemegahan 50 tentara dan kereta-kereta kuda. Apakah Adonia tidak diurapi? Kita tidak tahu. Tetapi fakta bahwa tidak ada catatan pengurapan Adonia menunjukkan bahwa upacara pengurapan tidak penting bagi Adonia jika dibandingkan dengan kemegahan duniawi. Bagaimana dengan kita? Apakah kita hanya berusaha mencari hormat manusia? Ataukah kemuliaan kita ada pada Kristus, yaitu jika kita bisa hidup seperti Dia hidup, dengan ketaatan kepada Bapa di surga dan dengan kerendahan hati yang rela berkorban demi rencana Bapa di surga? Apakah kita benar-benar merasa mulia karena mengenal Kristus, bukan karena memiliki hal-hal yang menjadi pujian dunia ini?