latar belakang sejarah

Devotion from Historical Background (Book of Ezra)
Untuk membantu dalam merenungkan kitab-kitab Ezra, Hagai, Zakharia, Nehemia, dan Maleakhi, kita perlu memahami latar belakang sejarah yang terjadi pada waktu yang bersamaan dengan periode yang dibahas oleh kitab-kitab itu. Kitab-kitab yang akan kita bahas berikutnya ini terjadi pada masa kejayaan kerajaan Persia. Kerajaan Persia adalah kerajaan dengan luas daerah jajahan yang sangat besar, jauh melampaui daerah jajahan Babel yang telah ditaklukkannya. Pada masa jayanya di abad ke-5 SM, Persia menguasai daerah seluas 8 juta km2 dan mencakup hampir separuh penduduk dunia pada waktu itu. Daerah ini bahkan lebih besar dari daerah kerajaan Romawi pada masa jayanya di abad ke-1 SM (6,5 juta km2) dan 15 kali lebih besar dari luas wilayah Babel di bawah Nebukadnezar. Persia pada awalnya tunduk kepada kerajaan Media. Pada zaman Koresh, mereka kemudian memberontak dan berhasil mengalahkan Media. Setelah menjadikan Media salah satu daerah taklukkan yang tunduk kepada mereka, Koresh berperang melawan kerajaan Lydia dan menaklukkan kerajaan itu menjadi daerah taklukan berikut. Target selanjutnya dari Koresh adalah menaklukkan Babel. Penaklukan ini membuat dia mengerahkan seluruh tentara dari Persia maupun Media untuk mengepung Babel, kota besar dari kerajaan terbesar pada waktu itu.
Kerajaan Babel sendiri sejak matinya Nebukadnezar menjadi makin lemah. Mereka diperintah oleh raja-raja yang lemah sehingga mempercepat kehancurannya. Ewil-Merodakh, anak Nebukadnezar, menjadi raja menggantikan ayahnya ketika dia mati (2Raj. 25:27-30). Setelah itu dia dibunuh oleh adik iparnya sendiri, Neriglissar (Nergal-Sarezer, mantan panglima Nebukadnezar dalam Yer. 39:13). Setelah memerintah hanya sekitar 3 tahun, dia pun mati dan digantikan oleh anaknya yang masih muda, yaitu Labasi-Marduk. Karena dianggap tidak sanggup menjadi raja, anak yang masih muda ini dipukul oleh sekelompok orang hingga mati. Labasi-Marduk hanya memerintah selama 9 bulan. Kematian Labasi-Marduk ini mengakhiri dinasti Nabopolasar (ayah Nebukadnezar). Orang-orang Babel pun mengangkat Nabonidus untuk naik takhta. Nabonidus ternyata lebih suka bepergian ke bangsa-bangsa jajahan Babel untuk melihat dan mempelajari budaya mereka. Dia juga sangat senang mengunjungi kuil-kuil berhala dan bahkan membantu pembangunannya di daerah-daerah jajahan itu. Karena begitu jarang ada di Babel, maka anaknya, yaitu Belsyazar (Dan. 5:1) menggantikan dia dalam memerintah Babel. Itulah sebabnya ketika Daniel diberikan kekuasaan tertinggi, dia disebut sebagai orang ketiga (Dan. 5:29). Orang pertama adalah Nabonidus, orang kedua adalah Belsyazar, anaknya, dan orang ketiga adalah Daniel.
Pada zaman Nabonidus dan Belsyazar inilah Persia menyerang Babel. Di bawah pimpinan Gubaru, seorang panglima Koresh, Babel pun jatuh ke tangan Persia tanpa adanya perlawanan yang berarti. Koresh, raja Persia, adalah seorang dengan bakat politik dan kenegaraan yang sangat luar biasa. Dia dengan jenius menetapkan pemimpin-pemimpin di daerah-daerah taklukan yang dinamai Satrap. Jika kebijakan Babel adalah mengumpulkan orang-orang dari daerah jajahan, maka Koresh justru memulangkan mereka dan mendirikan pemerintahan pendudukan Persia (Satrap) di daerah itu. Karena rencana penaklukannya yang begitu gencar sangat menyita perhatian, maka pemerintahan atas Babel baru dipegang Koresh setelah 14 bulan Babel ditaklukkan. Sebelum dia sendiri mengatur pemerintahan Babel, Gubaru, jenderal yang memimpin penaklukanlah yang diangkatnya menjadi raja Babel. Gubaru mati setelah 14 bulan menjadi raja Babel, kemudian barulah Koresh sendiri yang mengambil posisi sebagai raja Babel.
Raja Babel selama 14 bulan pertama itu, yaitu Gubaru, adalah seorang Media yang oleh Daniel disebut Darius orang Media (Dan. 6:1). Dikatakan bahwa Gubaru (atau Darius) menerima pemerintahan ketika ia berumur 62 tahun. Dari siapakah dia menerima pemerintahan itu? Dari Koresh. Darius hanya memerintah satu tahun lebih (14 bulan) sebelum akhirnya dia mati. Setelah kematiannya itulah Koresh memerintah langsung atas Babel, dan pada tahun pertama pemerintahannya atas Babel itulah dia memerintahkan kepada orang Israel untuk pulang ke tanah mereka dan kembali membangun Bait Allah di Yerusalem (Ezr. 1:3). Doa Daniel dalam Daniel 9:1-4 yang memohon supaya orang Israel diizinkan pulang dari Babel ke tanah Israel terjadi satu tahun sebelum peristiwa Koresh memerintahkan orang Israel pulang. Setelah 29 tahun bertakhta (559 SM-530 SM) dan menjadikan Persia kerajaan yang sangat besar, melampaui semua kerajaan sebelumnya, Koresh pun mati.
Setelah Koresh mati, Kambises, anaknya, menggantikan dia menjadi raja. Kambises memerintah selama 8 tahun (530 SM-522 SM). Kambises kemudian digantikan oleh Gaumata, yang membangkitkan pemberontakan di tengah-tengah kerajaan Persia. Karena kekacauan yang ditimbulkannya, maka Gaumata pun dibunuh. Setelah dia mati, Darius, yang masih keturunan dinasti Akhaemenes (sama seperti Koresh), menjadi raja atas Persia. Darius ini bukanlah Darius dalam Kitab Daniel, yang adalah orang Media, yang telah dibahas di atas. Darius ini adalah Darius raja Persia, merupakan keturunan Persia dan memerintah dari tahun 522 SM-486 SM. Raja ini tercatat di dalam Ezra, Hagai, dan Zakharia. Setelah Darius, maka Ahasyweros, anaknya, menjadi raja Persia. Inilah raja yang tercatat di dalam Kitab Ester. Ahasyweros ini adalah raja Persia yang menjadi raja pada masa puncak kerajaan Persia. Sejak zaman Koresh hingga Darius, kerajaan ini tidak pernah berhenti memperluas daerahnya. Kerajaan demi kerajaan di daerah sungai Efrat hingga ke Mesir terus ditaklukkan dan dikuasai. Mereka juga bahkan menaklukkan India di dalam pertempuran pada tahun 516 SM dan Yunani pada tahun 547 SM. Tetapi dalam zaman Ahasyweroslah puncak kekuatan Persia. Dalam zaman ini Persia telah menaklukkan 127 kerajaan dari India hingga Etiopia. Ahasyweros menjadi raja pada tahun 486 SM-465 SM. Setelah dia, Artahsasta menjadi raja pada tahun 464 SM-424 SM. Raja ini dicatat di dalam Ezra 4:7. Raja inilah yang melarang orang Israel melanjutkan pembangunan tembok kota Yerusalem di dalam Ezra 4. Namun demikian dia berubah pikiran dan melindungi kelanjutan pembangunan tembok kota tersebut. Raja inilah yang memerintah ketika Ezra dan Nehemia berangkat ke Israel untuk memimpin umat Tuhan di sana. Raja ini jugalah dicatat di dalam Kitab Nehemia. Dialah yang mengangkat Nehemia menjadi juru minumnya. Tuhan memakai Nehemia untuk mengubah hati raja ini sehingga mendukung pembangunan Yerusalem dan mengizinkan Nehemia pulang untuk melanjutkan pembangunan tersebut (Neh. 2:2-8). Raja Artahsasta kemudian digantikan oleh raja Darius II. Darius II memerintah dari tahun 423 SM-404 SM. Setelah Darius II, raja Artahsasta II naik takhta menjadi raja dari tahun 404 SM-358 SM.
Inilah sejarah kerajaan Persia, kerajaan raksasa yang sangat kuat dan agung, dan yang dipakai Tuhan untuk mengembalikan umat-Nya ke tanah perjanjian. Kerajaan besar yang Tuhan pakai untuk menjaga dan memelihara umat-Nya. Dalam renungan kita dalam beberapa minggu ke depan, kita akan melihat beberapa kitab di dalam periode Perjanjian Lama yang paralel dengan kerajaan Persia, yaitu mulai dari Ezra, kemudian Hagai, Zakharia, Nehemia, dan terakhir Maleakhi. Maleakhi kemungkinan besar bernubuat pada akhir periode pelayanan Nehemia dan karena itu menjadi pembahasan kita yang terakhir sebelum masuk ke kedatangan Sang Mesias.
Setelah periode raja Artahsasta II memerintah Persia, Tuhan tidak mengirimkan lagi nabi-nabi yang perkataannya tercatat menjadi Kitab Suci. Tahun 400-an SM adalah tahun di mana umat Tuhan masuk dalam periode diam. Tidak ada nabi yang dipanggil, dan tidak ada Kitab Suci yang ditulis. Raja-raja Persia muncul dan berganti hingga akhirnya pada zaman raja Darius III mereka ditaklukkan Aleksander Agung dari Makedonia, tetapi tetap tidak ada firman dari Tuhan. Setelah kekuasaan dari orang-orang Makedonia berakhir, maka umat Tuhan diancam satu kekuatan baru yang sangat menakutkan dari utara, yaitu kerajaan Romawi. Kerajaan yang sangat kuat dan kokoh dalam militer dan politik. Tetapi Tuhan tetap diam. Tuhan terus diam hingga suara dari Yohanes Pembaptis memecah keheningan itu dengan seruan, “Bertobatlah! Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat. 3:2).