pertobatan raja Yosia

Devotion from 2 Raja-raja 22:1-20
Penjelasan
Raja Yosia adalah raja yang benar. Dia adalah salah satu dari dua orang raja yang disebut benar seperti Daud dan tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan. Satu orang raja sebelum Yosia yang juga mendapatkan kesaksian benar dari penulis kitab Raja-raja adalah Hizkia (2Raj. 18:1-3). Mereka berdua setia dengan tidak menyimpang sama sekali. Ketika imam besar Hilkia menemukan kitab Taurat, Yosia segera berespons dengan sangat benar. Dia langsung berdukacita karena dia sadar keberdosaan dari dirinya dan dari bangsa Yehuda. Inilah kepekaan yang menjadi tanda kebangunan rohani akan segera terjadi. Pertobatan besar terjadi di Yehuda setelah sang raja sendiri, yaitu Yosia, mengoyakkan pakaiannya. Pertobatan besar yang sejati tidak terjadi setelah seseorang menyadari keberdosaan bangsanya. Pertobatan sejati terjadi setelah seseorang menyadari keberdosaannya sendiri dan keberdosaan bangsanya. Pertobatan sejati tidak akan terjadi karena ada orang-orang yang pandai menuding dosa orang lain. Pertobatan sejati terjadi karena ada yang menyadari keberdosaannya sendiri dan keberdosaan bangsanya. Jika seseorang tidak peka terhadap dosa-dosanya sendiri, dari mana dia bisa peka terhadap dosa-dosa orang lain? Maka respons dari Yosia adalah dia berduka karena dirinya dan karena bangsanya. Demikian juga Yesaya mempunyai respons yang sama. Dia berkata bahwa dia adalah orang yang najis bibir dan dia tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir (Yes. 6:5). Yosia menyadari dia adalah orang celaka setelah mendengar Taurat dibacakan. Berapa banyak raja Yehuda yang memiliki sifat seperti ini? Baik raja Yehuda maupun raja Israel sama-sama sudah keras hati dan tidak lagi memedulikan seruan dari firman Tuhan. Tetapi tidak demikian dengan Yosia. Yosia berdukacita karena dia menyadari dirinya dan bangsanya sudah begitu dekat dengan murka Tuhan.
Hal berikutnya yang dilakukan Yosia adalah bertanya kepada Tuhan tentang apa yang harus dilakukannya. Inilah hal kedua yang dilakukan Yosia dengan tepat. Dia mencari perintah Tuhan. Dia tidak mau bertindak sendiri. Dia tidak mau memutuskan sendiri untuk segala tindakan pertobatan yang harus dilakukan. Tidak ada raja Yehuda yang begitu peka mau mengerti kehendak Tuhan seperti Yosia. Tetapi ayat 20 mengatakan bahwa Tuhan tetap tidak beralih dari murka-Nya yang menyala-nyala. Dia tetap akan menghancurkan Yehuda. Hal baik yang diberikan Tuhan kepada Yosia adalah bahwa Tuhan tidak akan menghancurkan Yehuda pada zaman Yosia. Pertobatan Yosia tidak sanggup memberikan perubahan keadaan Yehuda. Apakah ini berarti kebangunan rohani itu gagal? Bukankah tidak terjadi pertobatan dalam skala bangsa? Kebangunan rohani itu belum gagal. Kebangunan itu tetap akan terjadi. Tetapi bukankah Tuhan sendiri yang sudah mengatakan tidak akan mengampuni Yehuda? Masih mungkinkah kebangunan sejati akan terjadi? Ya. Inilah yang harus kita ketahui. Setiap kebangunan rohani yang terjadi tidak memberikan efek sebesar yang kita harapkan. Pertobatan yang terjadi tidak seperti yang terlihat secara fenomena. Meskipun yang bertobat dan yang kehidupan rohaninya semakin baik terlihat banyak, tetapi hanya sedikit dari mereka yang sungguh-sungguh mengalami pertobatan sejati. Pertobatan secara fenomena ini lama-lama akan berhenti, tetapi di antara mereka yang bertobat ada yang sungguh-sungguh diubah Tuhan dan seumur hidup menjadi milik Tuhan. Penundaan hukuman yang dari Tuhan ini bukan hanya sebagai belas kasihan Tuhan kepada Yosia, tetapi juga pengujian siapa yang sungguh-sungguh bertobat dan siapa yang tidak. Pertobatan dan dukacita Yosia sang raja akan berdampak nasional. Seluruh Yehuda pasti akan terpengaruh raja mereka yang takut akan Tuhan. Tetapi di antara semua yang terpengaruh, hanya sebagian kecil yang sungguh-sungguh bertobat. Yang lain, seiring dengan berjalannya waktu, akan kembali menunjukkan sifat lama mereka. Penundaan hukuman ini akan memunculkan siapa yang sungguh dan siapa yang tidak.
Untuk direnungkan:
Bagian hari ini membuat kita merenung tentang dua hal. Yang pertama adalah respons kita setelah kita mendengarkan firman Tuhan. Yosia bertobat setelah Taurat dibacakan kepada dia. Kemungkinan yang dibacakan adalah Imamat 26 atau Ulangan 28 karena reaksi Yosia setelah itu adalah memastikan hal-hal yang dicatat dalam kutuk pada dua bagian ini tidak ada lagi di tengah-tengah Yehuda. Yosia dengan tepat dan dengan segera berespons setelah mendengar firman Tuhan. Tidak ada penundaan. Tidak ada sedikit pun perasaan di dalam hatinya yang meremehkan setiap hal yang dia telah dengar. Bagaimana dengan reaksi kita terhadap firman? Mendengar untuk mengabaikan? Setiap orang yang mengabaikan firman adalah orang-orang yang seumur hidupnya terus mendengar firman itu tetapi tanpa merasa ada kewajiban untuk menaatinya. Orang-orang seperti ini begitu akrab dengan firman Tuhan, tetapi tidak ada suatu komitmen iman dan kerelaan hati untuk taat. Firman Tuhan hanyalah suatu bahan perdebatan dan aturan-aturan untuk diketahui, bukan untuk ditaati. Tetapi sebagian lagi sungguh-sungguh menerima setiap bagian firman Tuhan untuk ditaati dengan penuh kerelaan dan sukacita.
Hal lain yang dapat menjadi renungan bagi kita semua adalah Yosia memiliki hati yang terus menampung umat Tuhan di dalamnya. Setelah mendengar Taurat, reaksi pertobatan Yosia didorong bukan saja oleh dirinya yang tidak merasa layak, tetapi juga kesadaran dari dirinya bahwa orang-orang di sekitarnya, seluruh bangsanya, bahkan nenek moyangnya, semua telah bersalah kepada Tuhan. Mari kita belajar mengidentikkan diri kita dengan umat Tuhan, gereja-Nya. Mari kita juga belajar mengidentikkan diri kita dengan dunia ini, entah dengan orang-orang di sekeliling kita, gereja kita, atau bahkan seluruh bangsa kita. Belajar untuk tidak menjadi orang yang hanya menunjuk orang lain. Orang seperti ini tidak mungkin mengalami kebangunan rohani karena dia sibuk menunjuk kesalahan orang lain tanpa sadar bahwa kesalahannya sendiri juga amat banyak.
Hal terakhir yang dapat kita renungkan bersama-sama adalah mengenai murka Tuhan tidak lagi akan dibatalkan walaupun terjadi kebangunan rohani. Yehuda tetap akan dibuang oleh Tuhan. Betapa menyedihkan hal ini. Waktu Tuhan akan tiba dan penghukuman-Nya akan datang. Tetapi bagian hari ini mengingatkan kita bahwa walaupun Tuhan tidak akan mengubah hukuman-Nya, Dia tidak akan membuang orang-orang yang sungguh-sungguh bertobat. Pertobatan individu akan tetap Tuhan terima. Tetapi pertobatan sebagai bangsa tidak lagi akan terjadi karena dosa-dosa Yehuda sebelumnya telah sangat menyakiti hati Tuhan. Mari renungkan hal ini dengan sungguh-sungguh. Pertobatan kita ini pertobatan yang seperti apa? Pertobatan yang hanya secara sementara terlihat begitu baik? Ataukah pertobatan yang stabil dari orang yang benar-benar rindu dipimpin oleh firman Tuhan? Pertobatan yang sejati akan selalu memperoleh berkat dari Tuhan, tetapi pertobatan sejati hanyalah sebagian kecil dari pertobatan masal yang terjadi. Itulah sebabnya kita perlu menguji diri kita sendiri. Apakah pertobatan saya benar-benar pertobatan yang sejati? Ataukah saya hanya orang-orang yang kerohaniannya hanya terus mengikuti arus zaman yang makin lama makin bobrok?
Pertanyaan renungan:
  1. Apakah kita telah berespons dengan tepat dan benar ketika firman Tuhan kita dengarkan?
  2. Sadarkah kita kalau kita adalah bagian dari gereja Tuhan? Ataukah kita hanya menuding tanpa menyadari bahwa kita sendiri adalah bagian dari kerusakan yang sama?
  3. Adakah gunanya pertobatan sejati di dalam zaman Yosia? Bukankah Tuhan sudah akan menjatuhkan hukuman? (JP)