Yosia, penggenaan nubuatan Tuhan

Devotion from 2 Raja-raja 23:16-24
Penjelasan
Yosia merupakan penggenapan dari nubuat yang telah lama dilupakan. Dalam 1 Raja-raja 13:1-2 dikatakan bahwa seorang abdi Allah memberikan nubuat tentang Yosia. Akan ada seorang bernama Yosia yang akan menghancurkan seluruh mezbah-mezbah yang dibangun oleh Yerobeam. Yosia akan melenyapkan penyembahan berhala di Israel. Nubuat ini telah berlalu demikian lama. Tiga ratus tahun setelah dinubuatkan barulah muncul seorang raja bernama Yosia. Penantian yang demikian lama ini tentu telah membuat nubuat ini dilupakan. Apalagi sekarang Israel Utara telah dibuang oleh Tuhan. Mengapa Tuhan menggenapi nubuat melalui Yosia setelah Israel dibuang? Bukankah lebih bermakna jika Tuhan membangkitkan Yosia sebelum Israel dibuang? Yosia dibangkitkan Tuhan setelah Israel dibuang karena Tuhan ingin menyatakan penyebab mereka dibuang. Yosia menjadi hamba Allah yang menyatakan alasan pembuangan Israel. Mereka dibuang karena mereka menyembah berhala. Tindakan Yosia ini menjadi tanda mengapa Israel dibuang, sekaligus menjadi pernyataan kemenangan Tuhan atas mezbah-mezbah berhala di Israel. Tuhan telah menubuatkan kehancuran mezbah-mezbah berhala tersebut, tetapi memilih untuk menghancurkan umat-Nya sebelum mezbah-mezbah itu pada akhirnya dimusnahkan juga. Pembersihan tanah Israel tetap dilakukan dengan ataupun tanpa umat Tuhan menempatinya. Hancurnya mezbah-mezbah itu oleh Yosia juga memberikan penjelasan bahwa Tuhan membenci berhala. Tetapi dibuangnya Israel sebelum mezbah-mezbah itu dihancurkan memberi pengertian bahwa umat Tuhanlah yang Tuhan murkai. Bukan berhala-berhala beserta mezbahnya.
Dalam bacaan kita juga dinyatakan bahwa Yosia merayakan Paskah dengan sangat besar, lebih besar dari siapa pun yang pernah merayakannya. Ini dilakukan Yosia demi mengingat kasih setia Tuhan dan penebusan Tuhan ketika Israel keluar dari Mesir. Tuhan bukan hanya mengingat Israel sebagai milik kepunyaan-Nya, tetapi Dia juga melanjutkan kasih setia-Nya yang telah Dia berikan sebelumnya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Tuhan mengingatnya dan membebaskan Israel dari Mesir. Pada waktu itu juga Tuhan memberikan simbol penebusan yang sangat agung melalui anak domba yang melambangkan Kristus. Anak domba Paskah, yang melaluinya anak sulung orang Israel tidak mati seperti anak sulung Mesir. Tuhan memberikan korban bagi Israel sama seperti Tuhan memberikan pengganti bagi Ishak ketika Abraham akan mempersembahkan Ishak. Yosia memahami bahwa tidak ada gunanya membersihkan semua keberdosaan Israel dan Yehuda jika tidak ada penebusan. Walaupun seluruh daerah telah bersih dari berhala, dan walaupun di seluruh negeri tidak ada lagi orang yang mengarahkan rakyat untuk menyembah berhala, tetapi tetap harus ada konsep penebusan. Tanpa penebusan yang menuntut penumpahan darah tidak akan ada pengampunan dosa (Ibr. 9:22). Itulah sebabnya Yosia merayakan Paskah dengan sangat megah bagi seluruh kaum Yehuda.
Selain untuk memperingati belas kasihan Tuhan dan konsep penebusan Tuhan, Yosia juga merayakan Paskah untuk menyatukan seluruh Yehuda dengan pengertian yang sama. Seluruh umat Tuhan bukan hanya disatukan oleh tradisi, sejarah yang sama, musuh yang sama, dan lainnya. Jikalau umat Tuhan tidak mengerti identitas mereka sebagai umat tebusan, maka mereka akan sulit mengetahui alasan cara hidup mereka harus berbeda dengan bangsa lain. Jikalau Yehuda hanya merasa satu karena daerah yang sama, lalu mereka harus menghadapi musuh yang sama, maka persatuan ini merupakan persatuan yang bernilai rendah. Mereka harus mengerti bahwa darah anak domba Paskah adalah yang mempersatukan mereka sebagai umat Tuhan.
Untuk direnungkan:
Hari ini kita akan melihat dua hal untuk menjadi bahan renungan kita. Yang pertama adalah janji Tuhan untuk memusnahkan mezbah berhala yang ada sejak zaman Yerobeam ternyata menjadi genap setelah 300 tahun kemudian. Ini merupakan sesuatu yang sangat agung. Abdi Allah yang menyerukan hal itu (1Raj. 13:2) telah mati, tetapi tanda pada kuburnya membuat sebagian orang ingat bahwa dia pernah menyerukan nubuat itu. Tuhan memelihara setiap kalimat yang Dia nyatakan melalui para hamba-Nya sehingga pada waktu kalimat itu benar-benar terjadi, kekaguman umat Tuhan kepada Allah menjadi makin besar. Tuhan tidak pernah mengeluarkan kalimat-kalimat yang tidak perlu. Lihatlah seluruh Kitab Suci kita! Tidak ada omong kosong dan kalimat-kalimat tidak penting masuk di dalamnya. Ketika Tuhan menyatakan firman-Nya, manusia harus belajar mendengarkannya. Tetapi bukan hanya mendengarkan, manusia harus belajar menyimpannya di dalam hatinya. Tetapi lebih lagi dari itu, manusia juga harus belajar berespons di dalam ketaatan dan pertobatan yang harus secara konstan dilakukan setelah mendengar firman-Nya. Dan karena firman Allah adalah firman yang kekal, maka manusia juga harus mengajarkan anak-anaknya untuk sungguh-sungguh mengenal perkataan-perkataan Tuhan dan menantikan penggenapannya di kemudian hari. Tuhan tidak berfirman hanya untuk mengisi kebutuhan satu zaman. Tuhan menyatakan firman-Nya yang kekal dan penuh dengan otoritas mutlak untuk sepanjang masa. Itulah sebabnya merenungkan bagian ini menjadikan kita makin mengagumi firman Tuhan. Dia berfirman, dan 300 tahun kemudian muncullah orang yang menggenapi setiap kalimat yang diucapkan-Nya. Apakah Tuhan telah berhenti berfirman? Tidak. Alkitab adalah firman Allah yang terus berbicara sepanjang sejarah. Biarlah respons kita kepada firman-Nya boleh menyenangkan hati-Nya.
Hal berikutnya yang dapat kita renungkan adalah bahwa Tuhan tidak ingin umat-Nya melupakan identitas utama mereka sebagai umat tebusan. Tetapi bagaimana umat-Nya dapat mengingat bahwa mereka adalah kaum tebusan jika konsep penebusan yang Allah nyatakan tidak mereka pahami? Itulah sebabnya ada perayaan Paskah bersama sehingga orang Israel tahu bahwa mereka adalah umat Tuhan yang telah ditebus-Nya. Demikian juga kita saat ini. Gereja Tuhan adalah kumpulan dari umat tebusan Tuhan yang telah ditebus oleh darah Kristus. Gereja harus memahami ini sebagai identitas utama yang dimiliki bersama. Gereja tidak menjadi satu karena kesamaan ras, suku, bahasa, ataupun ikatan keluarga. Gereja menjadi satu karena Kristus dan darah-Nya. Gereja adalah tubuh Kristus di mana Kristus adalah kepalanya. Gereja adalah umat tebusan di mana seluruh anggotanya ditebus oleh darah Kristus. Inilah yang menyatukan gereja Tuhan. Ketika kita bertemu dengan sesama saudara seiman kita, inilah yang Tuhan ingin kita ingat, yaitu bahwa kita dan saudara seiman kita sama-sama ditebus oleh darah yang mahal. Sejarah dan tradisi inilah yang harus terus menyatukan gereja turun temurun.
Pertanyaan renungan:
  1. Seberapa besarkah penghargaan kita kepada firman yang telah Allah nyatakan? Apakah kita melihatnya sebagai perkataan yang berotoritas bagi hidup kita dan generasi selanjutnya turun temurun? Ataukah secara konsep kita memahami ini, tetapi secara iman dan komitmen hati kita tidak pernah sungguh-sungguh menerima hal ini?
  2. Jika kesatuan di dalam darah Kristus adalah kesatuan yang agung dan sangat mahal, apakah kita telah belajar menerima semua saudara seiman kita dan benar-benar merasakan kesatuan dengan mereka karena darah Kristus? (JP)