alasan

Setiap kita pasti memiliki alasan di balik apa yang kita lakukan. Tidak ada satu tindakan pun dalam hidup kita yang tanpa alasan. Termasuk ketika kita memutuskan untuk diam, atau tidak melakukan apa pun, tetap di belakangnya ada alasan mengapa kita melakukan hal tersebut. Seorang bayi sekalipun memiliki alasan di balik tangisannya, entah karena lapar, entah karena mau pipis, atau karena rasa ketidaknyamanan, dan lain-lain. Mengapa alasan “ini” dan bukan “alasan” itu yang kita pakai, tentu saja hal itu tergantung pada kejujuran kita. Sering kali ada alasan di balik alasan yang paling mendasar yang mendorong mengapa dan seperti apa kita bertindak atau bersikap. Kita yang lebih tahu, seberapa sering kita mengeluarkan yang bukan alasan sesungguhnya saat kita dipertanyakan alasan kita melakukan hal tertentu. Kita bisa mengeluarkan alasan yang demikian bagusnya, namun kenyataan yang sesungguhnya ada alasan di balik alasan yang bagus itu. Dan sering kali alasan yang tersembunyi itu adalah demi keegoisan kita. Kita pikir tidak ada yang tahu alasan mendasar dari tindakan kita tersebut. Manusia memang tidak mengetahui alasan mendasar tersebut, tetapi Tuhan tahu karena Dia sanggup melihat hati terdalam manusia.
Atas dasar apa kita mengeluarkan alasan tersebut? Kalau mau jujur, sering kali karena keegoisan kita atau ambisi pribadi kita. Kita beralasan bukan karena atas dasar kebenaran. Ketika kita ingin meraih apa yang kita inginkan, kita akan bermain dengan berbagai alasan. Bahkan kebenaran pun kita peralat demi membenarkan alasan kita tersebut.
Makin penting dan besar suatu peristiwa, makin besar juga alasan yang dibutuhkan. Karya Allah Bapa menyelamatkan umat manusia dengan mengorbankan Anak-Nya yang tunggal merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah dunia ini. Apakah alasan di baliknya? Yohanes 3:16 dengan jelas mengatakan: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” Allah mempunyai alasan mengapa Ia menyelamatkan kita, yaitu karena cinta-Nya kepada kita. Lalu, dorongan apa yang membuat kita melakukan sesuatu? Cinta kepada dirikah atau cinta kepada Allah?