bagi kemuliaan siapa ?

Dalam kehidupan kita sehari-hari, baik di dalam pekerjaan, perkuliahan, maupun pelayanan kita, seberapa sering kita bertanya: segala sesuatu yang kita lakukan, kita lakukan bagi siapa? Pernahkah kita memikirkan dan menggumulkan hal tersebut ketika segala yang kita kerjakan sudah menjadi kebiasaan bagi kita?
Harus diakui, terkadang ketika kita akan memulai sesuatu yang baru, baik itu pekerjaan ataupun pelayanan, kita cenderung bergumul dahulu di hadapan Tuhan. Hal ini kita lakukan karena kita masih takut dan belum terbiasa melakukannya. Ketika kita berhasil menyelesaikannya dengan baik, kita akan memuliakan Tuhan dan bersukacita atas pimpinan-Nya. Tetapi seiring berjalannya waktu, ketika kita mulai menguasainya, makin mahir menyelesaikannya, dan sudah menjadi kebiasaan bagi kita, apakah kita masih memuliakan Tuhan? Atau kita justru mencuri kemuliaan-Nya bagi diri kita sendiri? Tanpa disadari, kita ingin dipuji dan ingin menjadi fokus perhatian.
Saya yakin kita semua tentu pernah merasakannya, bahkan mengalami hal ini, atau tengah menggumulkan hal ini. Kenapa hal demikian bisa terjadi? Jawabannya adalah karena dosa. Ketika di Taman Eden, Iblis menggoda Hawa dengan mengatakan: “pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu yang baik dan yang jahat” (Kej. 3:5). Kamu akan menjadi seperti Allah, artinya Hawa (dan juga Adam yang bersama dengannya) menginginkan kemuliaan seperti Allah. Hal itu begitu menggodanya, sehingga Hawa mengambil buah pengetahuan yang baik dan jahat lalu memakannya dan segera setelah itu, ia memberikannya kepada Adam. Adam pun memakannya tanpa adanya satu perlawanan terhadap perkataan Iblis. Semenjak itu manusia jatuh dalam dosa, dan di dalam keberdosaan manusia, Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa manusia selalu ingin menjadi seperti Allah–mencuri kemuliaan Allah bagi dirinya sendiri.
Sekarang mari kita renungkan dan gumulkan sekali lagi, segala hal yang sudah kita lakukan secara rutin, baik itu di dalam pekerjaan kita sebagai seorang dokter, pengusaha, karyawan, salesman, akuntan, dan sebagainya. Apakah kita melakukan semua itu demi kemuliaan Tuhan atau diri? Demikian juga dalam perkuliahan atau pelayanan di gereja sebagai song leader, liturgis, anggota koor, usher, dan sebagainya, apakah kita juga melakukan semua itu demi kemuliaan Tuhan atau diri? Kiranya kita boleh mengembalikan segala kemuliaan hanya bagi Tuhan.