mengharapkan penerimaan yang salah

Bacaan: Kejadian 29:32
Mengharapkan penerimaan yang salah memang melelahkan. Ia hanya mendatangkan duka dan luka yang tiada habisnya kepada jiwa. Kita bagaikan memberikan sesuatu kepada batu. Ia hanya akan diam, diam, dan diam. Tidak ada respons sama sekali. Apa yang lebih membuat hati seseorang susah selain daripada dianggap tidak ada oleh orang yang begitu dikasihinya?
Siapa sih yang tidak ingin diterima, diakui, dan dihargai? Jelas tidak ada. Sebab penerimaan itu memang manis, apalagi datang dari orang yang begitu kita kasihi. Tetapi tak jarang realitas yang terjadi malah berbalikan dari apa yang kita harapkan. Pengharapan tidak selalu mendapatkan realisasinya.
Sekalipun kita memberikan apa yang paling berharga di dunia, tidak jarang itu tetap dianggap tidak ada harganya. Hati, harga diri, sampai rela mati demi si doi pun, itu tak pernah cukup. Yang di sana tidak akan pernah tidak bergeming. Jangankan nyawa, seluruh dunia aja gak cukup bro!
Begitu juga dengan apa yang dihadapi oleh Lea. Ia memberikan apa yang paling berharga dalam konteks budaya patriakal Perjanjian Lama. Anak lelaki adalah harta yang paling berharga, dan Lea dicatat memberikan bukan cuma satu, tetapi enam! Lalu, apakah ia menjadi wanita yang dicintai oleh Yakub? Tidak. Suaminya tetap tidak mencintai dirinya.
Pertanyaan selanjutnya, apakah kita pun sama seperti Lea, yang mencari penerimaan kepada apa yang salah? Mungkin kita harus belajar dari Lea yang pada akhirnya baru sadar. Bahwa yang paling mengasihinya, yang paling menerimanya, dan yang paling menerima hidupnya adalah hanya Tuhan semata. Hanya Tuhan yang terus hadir di sepanjang hidupnya; yang mengingatnya, dan yang terus mendatangkan penghiburan dalam kehidupannya yang vakum cinta.
Mungkin kita memang seperti Lea. Kita terus melupakan betapa besar pemeliharaan Tuhan hingga kini dan hanya terus berlelah-lelah mengejar penerimaan dari apa yang bukan paling utama. Kiranya Tuhan menolong kita! (NT)