hidup seperti murid (1)

Bacaan: Mazmur 27:11
Apakah kita pernah berpikir bahwa kita telah mempelajari segala yang perlu kita pelajari? Apakah saat ini kita sudah mengetahui apa yang harus kita ketahui? Apakah kita memiliki lebih banyak jawaban daripada pertanyaan? Apakah kita memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran?
Ketika kecil, kita sangat bergantung kepada orang tua dan guru di sekolah untuk mengetahui sesuatu. Kita terus bertanya dan bertanya, “Papa, apakah saya boleh memakan ini?” atau “Bu guru, apakah ujian ini telah saya kerjakan dengan benar?” Kita selalu ingin tahu. Kita selalu ingin diajar.
Tetapi, sesuatu terjadi ketika kita beranjak dewasa. Kita menjadi makin “mandiri”. Kita jarang bahkan hampir tidak pernah bertanya lagi. Kita merasa sudah mengetahui apa yang perlu kita ketahui dan mampu mengendalikan kehidupan kita seorang diri. Kita tidak lagi menjadi seorang murid.
Apakah hal ini juga terjadi dalam kehidupan kerohanian kita? Ketika pertama kali menjadi Kristen, kita selalu merasa tidak cukup. Kita hidup dengan kesadaran bahwa ada begitu banyak hal yang tidak kita ketahui. Kita begitu lapar dan haus akan kebenaran. Kita suka mencari hikmat Allah di dalam pembacaan Alkitab. Kita suka bersekutu dan mendengarkan pengalaman orang-orang Kristen yang sudah mendahului kita. Kita suka membandingkan ayat demi ayat di dalam Alkitab dan mencari kebenarannya. Kita adalah seorang murid.
Seiring berjalannya waktu, kita menjadi makhluk yang “mandiri” secara rohani. Kita tidak lagi lapar dan haus akan kebenaran. Kita merasa seluruh hidup kita dapat dikendalikan dengan kekayaan, kekuasaan, atau kemampuan yang kita miliki. Alkitab sudah terlalu tua untuk dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. Kita tidak lagi menjadi seorang murid.
Pemazmur berdoa supaya Allah mengajarkan jalan-Nya atau dengan kata lain, ia berdoa agar dirinya terus menjadi seorang murid. Apakah kita mendoakan hal ini? Seberapa sering? Apakah kita menjalani kehidupan seorang murid?