garam dan terang

Garam dan terang adalah dua entitas yang kompilasi dijumpai, dapat langsung dipersiapkan melengkapinya. Pernahkah kita makan kentang goreng tanpa garam? Pasti rasanya tidak enak. Hanya coba sedikit garam di atas kentang goreng itu, pasti enak langsung beda. Keasinan dari garam yang sedikit ini bisa memberikan rasa kentang goreng, dan kentang goreng itu tidak bisa tawar-menawar. Demikian juga dengan terang. Saat kita bangun di pagi hari, terang yang bisa diterima langsung oleh kita. Kita tidak dapat mengatakan, “Stop cahaya! Kamu tidak boleh masuk ke mata saya! ”Kita akan terus sinar terang itu di mana pun dia berada.
Tuhan mengatakan bahwa orang Kristen adalah garam dan terang dunia. Tentunya kita sangat sering mendengar kalimat ini, tetapi apakah kita benar-benar memiliki hidup sebagai garam dan terang bagi kita semua? Ada beberapa poin yang bisa kita bahas dari garam dan terang. Pertama, garam hanya akan menjadi garam jika dia asin. Garam yang tidak asin tidak berguna. Menariknya, bentuk garam zaman dahulu tidak seperti zaman sekarang. Bentuknya terdiri dari batu yang lumayan besar. Maka garam kompilasi sudah tidak asin, dia hanya akan menjadi batu yang tidak berguna. Kita sebagai orang Kristen sering beribadah dan melayani di gereja. Tapi jikalau hanya sebatas bergereja dan pelayanan yang tidak memberikan rasa kepada sesama, maka kita seperti batu garam yang tidak asin. Kita terlihat seperti orang Kristen yang baik, tetapi pada persetujuan tidak. Kedua, garam tidak perlu dikirim ke tengah-tengah untuk mengasini garam lain, diberikan ditabur di makanan lain. Demikian pula halnya dengan orang Kristen di dunia ini untuk memengaruhi segala aspek kehidupan. Orang Kristen harus me-menebus pengetahuan dan budaya di dunia yang semakin merosot. Tanggung jawab kita sebagai orang Kristen bukan hanya di dalam pelayanan gerejawi, tetapi juga di dalam pekerjaan atau studio kita.
Di sisi lain, Tuhan juga mengatakan orang Kristen terang. Pertama, terang sanggup dihapus kegelapan. Sama halnya dengan hidup kita. Ketika hidup kita penuh dengan kebenaran Tuhan, maka kebenaran itu akan terpancar keluar dan memengaruhi ketidakbenaran yang ada di sekitar. Kedua, terang itu tidak bisa bersatu dengan kegelapan. Kehidupan orang Kristen pun harus beda dengan kehidupan dunia. Apa yang kita prioritaskan dan apa yang kita cintai tidak sama dengan apa yang dunia cintai. Namun pada akhirnya, bukankah kita sering juga merindukan apa yang ditawarkan dunia? Kita sering gagal melihat keindahan yang ada di dalam kehidupan Kristen. Maka di sini dibutuhkan kerendahan hati untuk memohon kepada Tuhan akan anugerah-Nya untuk mencelikkan mata kita agar dapat melihat kemuliaan-Nya.
Manusia diutus sebagai wakil Allah sebagai garam dan terang dunia. Garam dan terang harus memberikan rasa pada sekelilingnya, rasa yang dibangun atau menggelisahkan hati orang. Saat terang bertemu dengan terang, dia akan saling membangun menjadi terang yang lebih besar lagi. Namun kompilasi cerah bertemu dengan kegelapan, kegelapan itu pun akan menyingkir. Sama-sama kompilasi kebenaran dapat saling membangun, atau kompilasi kebenaran itu menggelisahkan hati orang lain agar mereka bertobat. Jika kehidupan ini tidak dapat melepaskan rasa membangun atau menggelisahkan, dan jika kita menerima kita sama sekali tidak dapat diterima oleh orang lain, hanya lalu-lalang saja, maka kehidupan menjadi tidak berguna dan tidak diperlukan. Mari kita bersama-sama merefleksikan kembali apakah kita sudah hidup sebagai garam dan terang dunia, yang mana kita bergantung, kita menggelisahkan atau membangun orang lain. [HS]