munafik

Kita tidak suka dengan orang yang munafik. Buat kita itu sangat menjengkelkan. Tetapi kalau mau jujur sesungguhnya kita sendiri sering berlaku munafik, bukan? Apakah munafik itu? Munafik di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan sebagainya, tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak; suka (selalu) mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya, bermuka dua”.
Mengapa tidak ada satu orang pun yang suka dengan kemunafikan orang lain tetapi diri sendiri melakukannya? Pasti kita telah mengetahui jawabannya: “Karena dosa.” Manusia pada dasarnya diciptakan sebagai wadah kebenaran. Maka ketika ketidakbenaran itu hadir dalam hidupnya, dia pasti tidak suka. Tetapi pada saat yang sama dia sendiri melakukan kemunafikan karena wadah kebenaran ini telah dirusak oleh dosa. Di dalam dosa, manusia tidak kuasa menghadirkan kebenaran, maka yang ditampilkannya adalah kemunafikan demi kemunafikan. Manusia mengharapkan dari kemunafikan tersebut, dia bisa mendapatkan keuntungan: entah itu pujian, kehormatan, kebanggaan, dan sebagainya.
Kemunafikan yang terus menerus dilakukan, membuat kita tidak lagi bisa membedakan, manakah kehidupan kita yang nyata, yang tidak dibuat-buat, manakah kehidupan yang palsu yang kita tampilkan. Celakanya adalah kita menganggap semua itu wajar. Mengerikan bukan?
Apakah manusia mampu keluar dari kemunafikan ini? Dengan kekuatan sendiri pasti tidak bisa, karena manusia telah dibelenggu oleh dosa. Oleh karena itu kita butuh anugerah dari Juruselamat Yesus Kristus. Hanya melalui kematian dan kebangkitan-Nya-lah kita mampu keluar dari kemunafikan tersebut. Tentu saja dalam setiap hari kita harus terus belajar berproses membereskan kemunafikan kita tersebut. Tanpa pertolongan Kristus, semua usaha kita sia-sia karena kita tidak mungkin sanggup melawan bapa segala dusta yaitu si Iblis. Kiranya Allah menolong kita untuk kembali kepada kehidupan yang jujur dan benar di hadapan Tuhan.