Devotion from Ezra 3:1-13
Setelah tujuh bulan orang Israel kembali ke daerah mereka, maka mereka
berkumpul di Yerusalem untuk membuat mezbah tempat mempersembahkan
korban kepada Tuhan. Ini mereka lakukan karena mengingat bahwa kesalahan
nenek moyang mereka dahulu adalah karena mendirikan mezbah di
tempat-tempat yang mereka senangi, dan bukan di tempat yang telah
ditentukan Tuhan, yakni di Yerusalem. Nenek moyang mereka
mempersembahkan korban di tempat-tempat bangsa-bangsa kafir
mempersembahkan korban kepada ilah-ilah mereka. Karena mereka
sembarangan di dalam memilih tempat mempersembahkan korban, maka mereka
makin terseret untuk dipengaruhi cara bangsa-bangsa lain menyembah ilah
mereka, dan akhirnya mereka sendiri pun jatuh ke dalam penyembahan
berhala. Kesalahan inilah yang ingin dihapus oleh orang-orang yang
kembali dari pembuangan. Mereka tidak mau mengulangi kesalahan dari
nenek moyang mereka. Itulah sebabnya mereka mendirikan mezbah di tempat
yang seharusnya dengan dipimpin oleh imam Yesua dan Zerubabel anak
Sealtiel, keturunan Daud.
Pembangunan itu dimulai walaupun mereka belum tahu apa reaksi penduduk
sekitar Yerusalem. Di tengah-tengah ketakutan mereka akan reaksi
penduduk yang telah mendiami Yerusalem itu, mereka tetap menjalankan
perintah Allah. Mereka membangun mezbah, mempersembahkan korban sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan Allah, dan mereka juga merayakan hari
raya Pondok Daun, sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan. Dua hal ini,
mezbah untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan, dan perayaan Pondok
Daun adalah usaha mereka untuk kembali sebagai umat Tuhan yang taat
kepada Tuhan. Merekalah hasil pembersihan yang Tuhan kerjakan dengan
membuang mereka ke Babel dan sekarang mereka mempersiapkan kebiasaan
yang baru bagi Israel, yaitu kebiasaan menyembah Allah yang sejati
dengan cara yang berkenan kepada-Nya.
Dua tahun kemudian mereka memulai pekerjaan besar yang dipercayakan
kepada mereka, yaitu membangun Bait Allah. Mereka harus membangun Bait
Allah karena bait itulah tempat mereka datang beribadah kepada Tuhan
sekaligus tempat yang menjadi tanda penyertaan Tuhan atas umat-Nya.
Inilah yang menjadi pengharapan mereka, yaitu bahwa mereka kembali ke
tanah mereka dengan pimpinan dan penyertaan dari Tuhan. Ketika
pembangunan dimulai dan dasar Bait Suci diletakkan, maka mereka
bersorak-sorai dan menyanyi memuji Tuhan. Mereka memujikan nyanyian
“bahwa Tuhan baik dan untuk selama-lama-Nya kasih setia-Nya.” Inilah
pujian yang terbukti dengan kembalinya mereka dari pembuangan. Tetapi di
tengah-tengah nyanyian dan sorak-sorai, juga terdapat suara tangisan
yang sangat keras dari orang-orang yang sudah pernah melihat Bait Suci
yang sebelumnya. Mereka menangis karena tahu bahwa rumah Tuhan yang akan
mereka bangun akan jauh lebih kecil dan sederhana dibandingkan dengan
rumah Tuhan yang dibangun oleh Salomo. Mereka menangis karena sadar
bahwa jika saja Israel setia kepada Tuhan dan tidak memberontak melawan
Dia, maka rumah itu pasti masih berdiri sampai hari ini. Dukacita mereka
adalah dukacita yang tidak akan mengubah keadaan yang sudah terjadi.
Tuhan mengingat umat-Nya dan memberikan kepada mereka kesempatan untuk
membangun kembali rumah Allah yang Tuhan telah perintahkan untuk
dibangun oleh Salomo, anak Daud, tetapi yang telah dihancurkan
Nebukadnezar, raja Babel, sebagai hukuman Tuhan atas bangsa-Nya sendiri
yang terus menerus memberontak melawan Dia. Demikianlah tiga hal yang
dikerjakan di Yerusalem oleh orang-orang yang kembali dari pembuangan.
Mezbah korban persembahan untuk mengingat belas kasihan Tuhan yang
dinyatakan melalui penebusan dosa, perayaan Pondok Daun untuk mengingat
kembali keadaan di padang gurun sebelum Israel masuk ke Kanaan, dan
dimulainya pembangunan Bait Suci. Semuanya adalah usaha mereka untuk
menjadi umat Allah yang benar dan setia, tidak seperti nenek moyang
mereka. Umat Allah yang mengharapkan belas kasihan dan penebusan dosa
dari Tuhan sendiri (mezbah), yang mengingat penyertaan Tuhan di tempat
dan kondisi paling sulit di padang gurun (Hari Raya Pondok Daun), dan
yang mendapatkan penyertaan Allah dan kehadiran-Nya (Bait Suci).
Untuk direnungkan:
Bacaan kita hari ini memberikan kepada kita pengajaran tentang usaha
yang sungguh-sungguh dari umat Tuhan yang baru saja mendapatkan hukuman
dari Tuhan. Ini mengajarkan kepada kita tentang aspek pertobatan yang
sejati yang perlu ada di dalam diri setiap orang yang telah menjauhi
Tuhan dan berdosa kepada Dia. Hal pertama yang mereka miliki adalah
perasaan tidak layak dan perasaan gentar karena kengerian murka Tuhan
telah mereka alami. Pertobatan sejati dimulai dengan perasaan takut akan
hukuman Tuhan. Takut kalau Tuhan marah dan memberikan hukuman di dalam
murka-Nya. Mezbah dengan simbol anak lembu emas (1Raj.12:32-33) yang
didirikan Yerobeam dan diikuti oleh hampir semua raja Israel yang lain,
bahkan yang juga menyebar hingga ke Yehuda. Mezbah yang didirikan
seenaknya dan tidak memedulikan firman Tuhan tentang pendiriannya
menjadi simbol dosa Israel dan Yehuda yang baru disingkirkan pada zaman
raja Yosia. Ini adalah peringatan bagi kita sekalian. Jika kita ingin
sungguh-sungguh kembali kepada Tuhan, biarlah kita ingat hal-hal apa
sajakah yang telah kita kerjakan yang sangat menyakiti hati Tuhan. Jika
pertobatan kita adalah pertobatan yang tidak jelas, yaitu pertobatan
tanpa mengetahui apa hal berdosa yang telah kita lakukan dan harus kita
tinggalkan, maka pertobatan itu hanyalah suatu pertobatan yang
pura-pura. Demikian juga jika kita tahu perbuatan dosa yang kita
lakukan, tetapi kita tidak gentar dan takut Allah murka, maka pertobatan
kita pun akan menjadi pertobatan yang pura-pura. Pertobatan sejati
adalah menyadari hal-hal apa yang membuat Allah murka, menjadi gentar
dan takut karenanya, dan berbalik dari hal-hal berdosa tersebut.
Hal kedua yang diajarkan oleh bacaan kita hari ini adalah bahwa
kesadaran akan kasih setia dan kebaikan Tuhan merupakan aspek
selanjutnya yang harus ada dalam pertobatan sejati. Jika kita hanya
merasa takut dan gentar kepada murka Allah, tetapi kita tidak tahu bahwa
Allah juga adalah Allah yang akan reda murka-Nya dan memberi
pengampunan dan belas kasihan, maka kita akan mengalami ketakutan akan
Allah tanpa mengalami pertobatan yang sejati. Pertobatan yang sejati
menjadi mungkin karena Allah mau mengampuni kita. Permohonan ampun
menjadi perbuatan yang pura-pura kalau kita tidak sadar bahwa Allah
marah. Untuk apa memohon ampun kalau Dia tidak marah? Tetapi permohonan
ampun juga menjadi percuma kalau Allah tidak mau berhenti dari murka-Nya
kepada kita. Itu sebabnya pengertian akan Allah yang rela mengampuni,
sabar menanti, dan dengan setia menggerakkan kita untuk kembali
kepada-Nya, perlu kita miliki sehingga pertobatan kita menjadi suatu
pengalaman rohani yang sangat indah. Indah karena murka Tuhan berganti
dengan pengampunan, kesabaran, dan kasih setia Tuhan. Biarlah kita semua
menyadari hal ini dengan sebaik-baiknya. Kita adalah sekelompok orang
yang seharusnya binasa karena murka Tuhan, sama seperti orang-orang
Yehuda yang binasa di tangan Babel. Tetapi Tuhan mengumpulkan kita
kembali, menyatakan kasih setia dan pengampunan-Nya, dan menyadarkan
kita sehingga kita sungguh-sungguh berbalik dari dosa kembali kepada
Dia.
Doa:
Ya Tuhan, kami hanyalah orang-orang berdosa yang telah membuat Tuhan
sangat marah. Kami menyadari hal ini. Kami tahu kalau kami tidak layak.
Dunia sekeliling kami berusaha meyakinkan kami bahwa kami pada dasarnya
baik, tetapi kami tahu bahwa baik hati, pikiran, maupun tingkah laku
kami sangat cemar, kotor, dan penuh niat yang jahat. Kami bersyukur
karena Tuhan mau menerima kami, mengampuni kami, dan membersihkan kami.
Berikan kami kekuatan untuk sadar akan hal-hal yang harus kami
tinggalkan dan dorong kami untuk mengerjakan hal-hal yang harus kami
kerjakan sebagai tanda pertobatan sejati kami.
- Home
- No Label
- memulai pembangunan