Devotion from Kisah Rasul 9:19b-25
Di dalam Galatia 1:15-18 Saulus (Paulus) mengisahkan pertobatannya dan mengatakan bahwa dia sempat pergi ke tanah Arab sebelum kembali ke Damsyik (ay. 17). Tidak dikatakan mengenai apa yang dilakukannya di Arab. Demikian juga di dalam Kisah Rasul kepergiannya ke Arab tidak dibahas oleh Lukas. Lukas lebih memberikan fokus kepada pengabaran Injil yang dilakukan Saulus setelah dia menjadi pengikut Kristus. Tetapi kemungkinan antara ayat 19a dengan 19b adalah saat Saulus pergi ke daerah Arab.
Di dalam ayat 20 dikatakan Saulus pergi ke sinagoge-sinagoge dan memberitakan tentang Yesus di sana. Pengetahuan tentang Perjanjian Lama yang dimiliki Saulus begitu luar biasa. Dia adalah orang yang sangat terpelajar, murid Gamaliel, dan seorang Farisi yang sangat keras, dan karena itu dengan sangat limpah dia dapat melihat pemberitaan tentang Sang Mesias di dalam Perjanjian Lama. Dia membuktikan bahwa ajaran-ajaran di dalam Kitab Suci mengenai Sang Mesias semuanya digenapi di dalam diri Yesus Kristus. Di dalam ayat 20 juga dikatakan bahwa Saulus bahkan memberikan penekanan bahwa Yesus adalah Anak Allah melalui berita Injil yang dia kabarkan. Ini pasti akan membuat marah orang-orang Yahudi yang mendengarnya. Dia dengan tekun mengabarkan Kristus meskipun berita yang dia kabarkan sangat mungkin membuat dia dibunuh oleh orang-orang Yahudi.
Orang-orang di Damsyik begitu kaget mendengar berita Injil dari Saulus. Dari pembenci yang menyala-nyala menentang murid-murid Yesus menjadi salah satu murid Yesus. Pertobatan Saulus ini benar-benar menyatakan kemenangan mutlak Kristus atas kesesatan orang-orang Yahudi yang menolak Dia. Salah satu penolak terbesar kini telah menjadi pembela Injil yang terbesar. Kecerdasan Saulus membuat dia dengan mudah membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias dan kegigihannya memberitakan Injil membuat pengaruhnya di kota Damsyik semakin besar dan semakin membingungkan orang-orang Yahudi di sana. Tidak perlu waktu yang lama sebelum pengaruhnya membuat orang-orang Yahudi berniat menangkapnya. Dan kita dapat mengetahui melalui 2 Korintus 11:31-32 bahwa orang-orang Yahudi telah berhasil memengaruhi Raja Aretas, pemimpin di Arab, untuk mengutus orang menangkap Saulus. Mereka ingin membunuh Saulus dan menyudahi pengaruh-pengaruh Injil dari Saulus yang sangat mereka tentang.
Tidak ada murid Yesus pada saat itu yang benar-benar ditentang seperti Saulus. Ke mana pun dia pergi selalu membuat orang-orang Yahudi sangat membenci dia. Mengapa orang-orang Yahudi sangat membenci dia? Karena dia dahulu adalah pembela tradisi Yahudi yang terpenting dan musuh Kristen yang paling besar. Perubahan yang radikal dan ekstrem ini membuat mereka sangat membenci Saulus. Orang-orang Yahudi memutuskan bahwa musuh seperti Saulus harus cepat-cepat ditangani. Dia harus segera ditangkap dan dibunuh supaya tidak lagi menjadi gangguan besar bagi orang-orang Yahudi. Kekristenan menjadi semacam sekte yang ingin dibungkam oleh orang-orang Yahudi tetapi kekuatan kekristenan makin lama makin besar sehingga kemungkinan besar seluruh tradisi Yahudi akan tertelan habis oleh kelompok yang mereka anggap sebagai sekte ini.
Persepakatan orang-orang Yahudi untuk membunuh Saulus dan kerja sama mereka dengan pengawal-pengawal raja Aretas membuat Saulus tidak bisa tinggal lebih lama lagi di Damsyik. Dia akan segera mati jika dia tidak segera melarikan diri dari Damsyik. Tetapi orang-orang Yahudi beserta pengawal-pengawal raja Aretas telah bersiap-siap di pintu-pintu gerbang kota Damsyik. Jika Saulus lewat salah satu pintu itu maka mereka akan segera membunuh dia. Tentu saja selain mengawal gerbang-gerbang kota, mereka pun mencari-cari Saulus di dalam kota. Saulus harus hidup sebagai pelarian yang bersembunyi dari mereka. Kehidupan yang sangat sulit sekarang harus dijalani Saulus. Jika dahulu dialah yang memburu orang-orang Kristen, sekarang dialah yang diburu oleh orang lain. Keadaan bahaya seperti ini membuat orang-orang Kristen di Damsyik dan murid-murid Saulus berusaha menyembunyikan dia dan mencari jalan untuk menyelundupkan dia ke luar kota. Saulus mulai merasakan apa yang Tuhan nyatakan di dalam Kisah Rasul 9:16. Dia mulai merasakan besarnya tekanan penderitaan atas nama Kristus. Tetapi, sama seperti Petrus dan Yohanes, Saulus pun merasakan kehormatan besar boleh menderita demi nama Tuhan Yesus (Flp. 1:29).
Di dalam ayat 25 dikatakan bahwa murid-muridnya akhirnya menemukan cara untuk menyelundupkan dia keluar kota. Murid-murid ini, yang kemungkinan besar adalah orang-orang yang percaya kepada Kristus melalui pemberitaan Saulus, berniat untuk menurunkan Saulus lewat tembok kota melalui sebuah keranjang. Ini sangat berbahaya bagi mereka. Jika mereka tertangkap sedang menurunkan Saulus ke luar tembok kota, maka mereka, dan tentu saja Saulus, pasti dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Tetapi mereka tetap menjalankan rencana itu dan ternyata mereka berhasil menyelamatkan Saulus dengan menurunkan dia melalui tembok kota.
Damsyik tentulah merupakan kota yang sangat besar. Di kota itu jugalah banyak orang-orang percaya dan juga orang-orang Yahudi. Tetapi ternyata berkat Tuhan bagi kota itu pun tidak diterima dengan sepenuhnya. Saulus, pemberita Injil yang sangat cerdas dan giat, akhirnya ditarik dari mereka dan dibawa ke tempat lain karena perlawanan orang-orang Yahudi yang menentang Saulus terus menerus. Tetapi Saulus memang tidak dimaksudkan untuk terus tinggal di sana dan melayani di satu kota itu saja. Saulus harus pergi ke seluruh bangsa-bangsa untuk membawa terang Injil bagi seluruh bangsa. Tetapi betapa bodohnya orang-orang Yahudi di kota itu. Mereka mendengarkan berita Injil yang begitu berkuasa disampaikan, tetapi hati mereka yang bodoh tetap memilih untuk membenci Allah dengan membenci Anak-Nya. Hati mereka yang bodoh menggerakkan mereka untuk menolak setiap utusan Kristus dan berusaha membunuh mereka yang berani berbicara menyatakan Injil dengan menentang iman tradisional orang-orang Yahudi. Karena kebodohan hati mereka inilah maka Tuhan memindahkan Saulus dari kota itu ke tempat lain. Anugerah bagi Damsyik akhirnya berakhir karena kekerasan hati orang-orang Yahudi di sana.
Untuk direnungkan:
Tidak banyak orang yang memiliki kegigihan dan kualitas seperti Saulus. Tuhan Yesus sendiri yang memanggil dia menjadi pengabar Injil dan kota Damsyik mendapatkan anugerah besar karena di kota inilah Saulus berdiam untuk pertama kalinya setelah dia bertobat. Dia menjadi pemberita Injil di kota ini untuk membawa kembali orang Yahudi maupun penduduk Damsyik secara keseluruhan untuk kembali kepada Allah melalui Kristus, Anak-Nya. Tetapi kekerasan hati orang-orang Yahudi membuat berkat Injil tidak bisa sampai di kota itu dan Tuhan memindahkan Saulus ke tempat lain. Betapa miripnya keadaan hati mereka dengan kita sekarang. Kita lebih memilih kesombongan kita karena identitas kita, atau tradisi kita, atau kebanggaan semu yang kita miliki ketimbang Yesus Kristus. Siapa pun yang memberitakan berita Injil dengan jujur, jika itu menyinggung hal-hal yang kita banggakan itu, pastilah akan membangkitkan kemarahan kita. Inilah penghalang terbesar untuk datang kepada berita Injil. Ketika kita menolak untuk merendahkan diri, menganggap hina tradisi kita sendiri dan menganggap kerelaan Kristus untuk mati bagi dosa-dosa kita, dan kuasa-Nya yang besar sebagai Anak Allah yang mengalahkan kematian jauh lebih besar daripada segalanya, maka kita tidak akan kesulitan untuk meremehkan diri kita, meremehkan tradisi kita, meremehkan hal-hal “mulia” yang palsu yang sebenarnya tidak membawa kita dekat kepada Allah yang telah menciptakan dan memelihara kita. Inilah syarat untuk bertobat dan menerima Kristus.