Tuhan menerima bangsa bangsa lain (part2)

Devotion from Kisah Rasul 15:12-21

Setelah Petrus selesai berbicara, Paulus melanjutkan kisah perjalanannya dan dia mengisahkan bagaimana bangsa-bangsa lain menerima berita Injil itu dengan penuh sukacita. Tuhan telah membukakan jalan hingga ke Makedonia untuk Injil-Nya boleh disebarkan dan diterima. Kisah perjalanan yang sangat menggugah itu membuat para rasul di Yerusalem harus memikirkan kembali mengenai peraturan hidup bagi orang-orang percaya dari bangsa-bangsa lain. Apakah mereka harus mengikuti peraturan-peraturan Yahudi sebagaimana ditulis di dalam Taurat? Ataukah mereka harus mengikuti suatu aturan yang berbeda? Tentu tidak mungkin berpaling kepada peraturan lain selain peraturan Kitab Suci. Tetapi bagaimana mengenai sunat dan tradisi Yahudi yang selama ini dijalankan oleh orang Yahudi? Haruskah bangsa-bangsa lain juga mengikutinya? Ini merupakan pertanyaan yang sulit jika kita gagal mengetahui apa gunanya Taurat diberikan. Paulus mengatakan bahwa Taurat diberikan untuk menyadarkan manusia akan dosa dan menuntun kita sampai Kristus datang (Gal. 3:19-24). Ini berarti Israel dituntun oleh hukum Taurat hingga Kristus datang, dan pengikut Kristus dituntun oleh hukum Taurat hingga Kristus datang kedua kalinya nanti. Taurat berbicara untuk mempersiapkan Israel menyambut kedatangan Kristus pertama kali, tetapi Taurat juga berbicara untuk mempersiapkan kita menyambut kedatangan Kristus kedua kalinya nanti. Oleh sebab itu, penantian untuk kedatangan Kristus yang pertama tidak lagi perlu dilakukan untuk kita yang menantikan kedatangan kedua Kristus nanti. Pengertian Taurat di dalam menyambut kedatangan Kristus yang pertama inilah yang membentuk budaya Yahudi secara seremonial. Peraturan tentang korban, tanda sunat, pembagian haram dan halal secara makanan, semua ini menjadi bagian dari budaya Israel yang terus dipertahankan. Tetapi Taurat tidak hanya bicara tentang hal-hal ini. Taurat juga berbicara tentang kehidupan yang kudus, kasih kepada Allah dan sesama, dan sebagainya. Hal-hal inilah yang seharusnya menjadi tuntunan hidup semua orang, baik Yahudi ataupun non Yahudi. Tetapi hal-hal yang berkait dengan persiapan kedatangan pertama Kristus, seperti tanda sunat, membawa korban persembahan, dan upacara-upacara seremonial lain, tidak lagi mengikat umat Kristus setelah Kristus datang. Semua itu adalah bayang-bayang yang berakhir ketika Kristus datang (Ibr. 10:1). Kini setelah Kristus datang, penggenapan janji Tuhan bagi bangsa-bangsa pun tiba. Dan karena Tuhan Yesus telah menggenapi segala hal yang berkait dengan bayang-bayang kedatangan-Nya di dalam Taurat, maka bangsa-bangsa lain tidak lagi melakukan aturan-aturan tersebut.

Selain Petrus, Yakobus memberikan pendapatnya untuk dipertimbangkan oleh semua yang hadir pada waktu itu. Yakobus, walaupun termasuk salah satu pemimpin gereja (Gal. 2:9), tidak ingin memakai otoritas untuk mengambil keputusan, melainkan mendorong setiap orang lain untuk mencari tahu apa yang tepat sesuai dengan Kitab Suci. Yakobus menunjukkan bahwa sejak semula Allah berencana memanggil bangsa-bangsa lain juga. Di dalam ayat 16 dan 17 Yakobus mengutip dari Amos 9:11-12 bahwa Sang Mesias, yaitu Anak Daud, akan dibangkitkan oleh Allah supaya bangsa-bangsa lain bisa disebut sebagai “milik Allah”. Yakobus tidak memakai otoritas organisasi, tetapi dia memakai otoritas firman Tuhan. Seluruh pemimpin gereja pada waktu itu hanya mau menaati otoritas firman Tuhan. Itulah sebabnya Yakobus memakai Kitab Amos untuk menunjukkan bahwa Allah tidak membedakan bangsa-bangsa setelah Dia membangkitkan Sang Mesias. Amos 9:11-12 mengatakan bahwa Allah mau bangsa-bangsa yang disebut milik-Nya dikuasai oleh Anak Daud. Ini merupakan bagian yang sangat jelas menyatakan maksud Allah bagi bangsa-bangsa lain. Tuhan tidak hanya akan menyelamatkan Israel. Tuhan akan memanggil bangsa-bangsa lain melalui Israel sebab Tuhan ingin memberikan bangsa-bangsa di dunia ini untuk ditundukkan kepada Kristus Yesus, Sang Anak Allah (Mzm. 2:8). Kapankah ini terjadi? Kisah Rasul 15:16 mengatakan bahwa ini terjadi setelah Allah membangunkan kembali pondok Daud yang roboh. Apakah yang dimaksud dengan pondok Daud? Pondok Daud berarti dinasti Daud. Ini adalah dinasti Daud yang duduk di takhta di Yerusalem untuk menjadi raja. Dinasti ini telah berhenti bertakhta sejak Israel dan Yehuda dibuang oleh Tuhan. Selama dalam pembuangan ke Babel hingga zaman intertestamental (periode antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru), tidak seorang pun keturunan Daud duduk di takhta kerajaan. Pemulihan pondok Daud tidak juga terjadi. Tetapi Yesus Kristus, Anak Daud, datang. Yesuslah yang akan memulihkan pondok Daud yang telah hancur itu. Tetapi Dia ternyata dibunuh di atas kayu salib. Kematian Yesus sepertinya membatalkan takhta bagi-Nya. Namun ternyata benar bahwa Dialah Sang Anak Daud yang akan membangun kembali pondok Daud yang telah roboh itu, sebab ternyata Dia bangkit dari antara orang mati. Kebangkitan-Nya inilah yang menjadi tanda dibangunnya kembali pondok Daud. Pondok yang berarti takhta kerajaan Daud yang akan dipegang oleh Yesus selama-lamanya, maupun pondok yang menjadi simbol tubuh Yesus yang mati, namun dibangkitkan lagi oleh Allah. Setelah kebangkitan Yesus itulah berita keselamatan akan sampai ke seluruh bumi dan banyak bangsa-bangsa akan berbagian menjadi umat Tuhan tanpa dibedakan dari Israel.

Sebagai orang-orang yang berasal dari bangsa lain, mereka tidak perlu mengikuti identitas Israel sebagai bangsa. Tetapi ini bukan berarti ajaran Taurat tentang hidup kudus tidak perlu mereka jalani. Oleh sebab itu Yakobus dengan bijaksana memberikan pengertian dalam ayat 20 dan 21 bahwa orang-orang Kristen dari bangsa-bangsa lain itu harus tetap menjalankan hidup yang berbeda, yaitu yang jauh dari penyembahan berhala. Mereka harus benar-benar menunjukkan hidup yang terpisah dari kehidupan seorang penyembah berhala, sehingga orang yang melihat hidup mereka tahu bahwa mereka sudah menjadi milik Kristus. Itulah sebabnya meskipun mereka tidak diatur oleh tradisi-tradisi Yahudi, mereka tetap harus hidup dengan tradisi-tradisi yang benar, yaitu yang membedakan mereka dari agama-agama kafir di sekeliling mereka. Maka mereka dilarang untuk berbagian di dalam makanan penyembahan berhala, dari ibadah penyembahan yang disertai percabulan, dan dari binatang yang mati dicekik, juga dari darah. Orang-orang yang menyembah berhala sering melakukan penyembahan dengan melakukan hal-hal itu, maka orang-orang Kristen harus menjauhkan diri dari hal-hal tersebut. Maka, hukum Taurat yang memerintahkan hidup kudus dan perintah-perintah moral dari Kitab Suci harus menjadi pegangan hidup orang-orang Kristen. Tetapi ciri dan identitas Kristen mereka tidak dinyatakan melalui sunat dan upacara-upacara yang ditujukan kepada Israel, melainkan ada di dalam hidup yang secara aktif meninggalkan cara hidup yang lama dan menjalankan dengan tekun apa pun yang Roh Kudus ingin nyatakan untuk menunjukkan bahwa mereka bukan lagi penyembah berhala-berhala palsu itu, melainkan mereka takut akan Tuhan.

Di dalam Kisah Rasul 15:21 Yakobus mengatakan bahwa Kitab Musa dan hukum Taurat sudah sering dibacakan di tiap-tiap kota. Ini berarti orang-orang Kristen seharusnya bisa mengerti peraturan moral yang masih harus dilakukan oleh mereka melalui pembacaan Kitab-kitab Suci di tempat ibadah. Tidak perlu ditekankan lagi secara detail mengenai cara hidup yang benar dengan menulis surat yang menggantikan pembacaan Kitab Suci di tempat orang-orang Kristen itu berada. Yakobus hanya ingin menekankan adanya kehidupan yang terpisah dari para penyembah berhala. Hal-hal tadi, makanan persembahan kepada berhala, amoralitas seksual dalam menyembah berhala, binatang yang mati dicekik, dan darah, adalah hal-hal yang berkait erat dengan penyembahan berhala. Jika orang-orang Kristen telah memisahkan diri dengan menyatakan bahwa Allah dan Juruselamat mereka berbeda dengan berhala yang disembah oleh orang-orang lain sekitar mereka, maka mereka tidak perlu khawatir lagi tentang keadaan bersunat atau tidak. Demikianlah apa yang dibahas oleh Yakobus.