Devotion from Kisah Rasul 20:22-35
Kita masih melanjutkan pembahasan khotbah perpisahan Paulus kepada jemaat Efesus. Di dalam kalimat-kalimat yang Paulus ucapkan ini ada beberapa hal yang telah kita lihat sebagai ciri dari pelayanan Paulus yang sangat diberkati Tuhan. Pada hari ini kita akan melanjutkan membahas beberapa hal lagi mengenai pelayanan yang diberkati Tuhan.
5. Menjadi Tawanan Roh
Istilah yang dipakai Paulus di dalam ayat 22 terdengar begitu menakutkan. Menjadi tawanan Roh? Apakah maksudnya? Apakah Paulus sedang menyatakan bahwa dia terpaksa mengerjakan pelayanan yang diperintahkan oleh Tuhan ini? Apakah selama ini dia bepergian dan bertindak di dalam kekangan yang membelenggu kebebasannya? Tidak. Menjadi tawanan Roh berarti Paulus dengan penuh kesadaran dan sukacita memberi dirinya untuk menaati Roh Kudus dengan mutlak dan setia. Di dalam ketaatannya itu seolah-olah dia tidak mempunyai kehendak apa pun. Semuanya diatur dan ditentukan oleh Roh Kudus. Bukankah ini berarti Paulus kehilangan kebebasannya? Memang benar Paulus bukan orang bebas. Tetapi dia menjadi tawanan di dalam kerelaan untuk menjadi tawanan. Dia merelakan diri untuk kehilangan kebebasan. Tetapi justru ketika seseorang merelakan diri untuk tunduk mutlak kepada Roh Kudus, pada saat yang sama dia terbebas dari roh hawa nafsu dan kecemaran. Roh Kudus memimpin dengan arah hidup yang seturut rancangan Tuhan, dan karena itulah kebebasan sejati justru tercapai di dalam ketaatan kepada rancangan Tuhan.
Demikian juga Paulus sadar bahwa meskipun sepertinya Roh Kudus “menawan” dia masuk ke Yerusalem dengan ancaman kematian dari orang-orang yang membenci dia di sana, tetapi rancangan besar dari Roh Kudus pasti pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan bagi umat Tuhan (Kej. 50:19-20). Inilah sebabnya di dalam Kisah Rasul 21:13 Paulus mengatakan bahwa dia “rela” untuk “diikat” di dalam rancangan Allah. Ini merupakan sesuatu yang harus kita teladani dengan sebaik-baiknya. Kerelaan untuk taat kepada Allah adalah kebebasan teragung bagi umat manusia, karena di dalam ketaatan kepada Allah itulah manusia dapat menjadi sebagaimana dia seharusnya. Di manakah kesadaran ini di dalam hati kita? Kita mempunyai hati dan pikiran yang jauh dari hati dan pikiran orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan. Iman yang sejati menyadari bahwa menaati Tuhan dan merelakan kebebasan diri hilang demi melayani Tuhan bukanlah suatu kerugian, melainkan suatu keuntungan. Jim Elliot, seorang misionaris, pernah berkata bahwa orang yang melepaskan segala hal – yang memang tidak bisa dia pertahankan – demi mendapatkan hal yang tidak akan mungkin hilang, orang itu adalah orang yang sangat berbijaksana.
Sukacita yang besar di dalam mengikuti pimpinan Roh Kudus bukanlah sukacita karena jalan yang lapang dan nikmat. Paulus mengatakan bahwa di dalam mengikuti Roh Kudus terkadang yang menanti di depan adalah sengsara dan penjara (ay. 23). Penjara dan sengsara? Mengapa Paulus masih rela mengikuti pimpinan Roh Kudus? Sebab bagi Paulus sukacita besar dari pimpinan Roh Kudus jauh lebih memberi ketentraman ketimbang hidup di luar pimpinan Roh. Masuk ke dalam sengsara dan bahkan penjara bersama dengan Tuhan jauh lebih memberikan ketenangan bagi Paulus ketimbang hidup penuh dengan kenyamanan dunia tetapi tidak disertai oleh Tuhan. Inilah salah satu kekuatan Paulus untuk terus bertahan di dalam mengabarkan Injil, yaitu penyertaan Tuhan. Akankah penyertaan Tuhan gagal? Tidak. Bahkan di dalam sengsara dan penjara? Terutama di dalam sengsara dan penjara! Tuhan tidak akan pernah membiarkan dan tidak akan pernah mengabaikan. Penyertaan Tuhan akan terus menjadi kekuatan terpenting dan satu-satunya yang diandalkan Paulus. Tetapi penyertaan Tuhan tidak identik dengan kenyamanan duniawi. Itulah sebabnya Paulus dengan berani mengatakan bahwa dia rela berada di dalam sengsara dan penjara demi mengikuti pimpinan Roh Kudus.
6. Menyelesaikan Pelayanan
Hal berikutnya yang membuat pelayanan Paulus layak diteladani adalah kerinduannya untuk menyelesaikan yang Tuhan percayakan kepada dia. Paulus tahu apa yang harus dia kerjakan dan dia berusaha mengejar garis akhir pelayanan yang Tuhan percayakan. Seperti seorang pelari jarak jauh yang sudah mulai melihat garis finis telah semakin dekat, demikian yang Paulus rasakan pada saat ini. Dia sekarang melihat garis akhir pelayanan yang Tuhan percayakan dan ini justru menguatkan dia. Dia rindu untuk mempunyai kesetiaan dan kegigihan dalam memberitakan Injil sampai akhir pelayanan yang Tuhan bukakan bagi dia. Maka setelah dia melihat garis akhir pelayanan itu, dia makin dikuatkan untuk mengumpulkan segenap kekuatannya untuk mengakhiri pelayanan itu. Tinggal sedikit waktu lagi dia sudah akan bertemu dengan Tuhan yang memercayakan pengabaran Injil ini kepadanya dan memperoleh bagiannya di dalam kesetiaan. Tidak ada yang lebih memberikan sukacita kepada seorang hamba Tuhan selain mengerjakan apa yang Tuhan percayakan dengan sesetia mungkin. Sebaliknya, tidak ada yang lebih menghancurkan hati seorang hamba Tuhan ketimbang menyadari bahwa sudah terlalu banyak kesempatan dan kepercayaan yang Tuhan berikan dibuang begitu saja. Paulus mengalami sukacita yang besar karena penyertaan Tuhan yang setia telah dia alami di dalam hidupnya hingga saatnya pelayanannya mencapai garis akhir.
7. Tidak Pernah Cinta Uang
Paulus menyatakan bahwa dia tidak lalai memberitakan firman Allah kepada jemaat Efesus. Paulus tidak pernah kehilangan fokus menaati Allah demi jiwa-jiwa yang dicintai Allah. Jiwa-jiwa manusia yang dipilih Allah selalu menjadi fokus cinta kasih Paulus sehingga dia tidak mungkin pernah menukarkannya dengan uang. Paulus akan memakai uang untuk melayani jemaat Tuhan, tetapi dia tidak pernah melayani jemaat Tuhan karena menginginkan uang mereka (ay. 33-35). Cinta uang dan menjadikan uang alasan untuk melayani Tuhan akan membuat seorang pelayan Tuhan kehilangan fokus dan menjadi serakah. Serakah adalah sifat yang selalu menyusul masuk ke dalam hati yang mencintai uang. Paulus sendiri mengingatkan Timotius untuk menjadi hamba Tuhan yang tidak cinta uang, karena cinta uang adalah akar segala kejahatan (1Tim. 6:10). Paulus mengatakan bahwa dia rela berkorban harta sekalipun demi jemaat Korintus yang dia anggap seperti anak sendiri (2Kor. 12:14), dan ini menjadi sifat pelayanan Paulus di mana pun dia melayani. Betapa besar kuasa keserakahan dapat merasuk jiwa manusia. Betapa banyak contoh orang-orang yang kehilangan segala sesuatu demi mencari kekayaan dengan serakah. Berapa banyak orang yang menyengsarakan orang lain karena ingin kaya. Mengapa kita begitu picik dan sempit? Mengapa kita melihat kesenangan sendiri dengan cemar dan mencari jalan mencapai kesenangan itu dengan serakah meraup uang sebanyak mungkin. Betapa bodohnya orang-orang yang ilahnya adalah mamon (Mat. 6:19-24).
Kecintaan kepada jemaat Tuhan, ketaatan mengikuti pimpinan Roh Kudus, keberanian dan kesetiaan menyampaikan firman Tuhan, dan segala hal yang telah kita bahas membuktikan bagaimana karya Roh Kudus merupakan sesuatu yang nyata di dalam hidup Paulus. Tidak pernah Roh Kudus memenuhi seseorang dan memberikan hanya satu tanda saja. Roh Kudus memenuhi seseorang dan menjadikan seluruh aspek hidup orang itu dipakai untuk menyatakan kemuliaan Allah. Baik hati, keinginan, ketaatan, tanggung jawab, tujuan, dan ketekunan, semua dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam diri seseorang secara utuh dan total. Mari minta kuasa Roh Kudus memenuhi kita di dalam seluruh keberadaan dan hidup kita.
Kita masih melanjutkan pembahasan khotbah perpisahan Paulus kepada jemaat Efesus. Di dalam kalimat-kalimat yang Paulus ucapkan ini ada beberapa hal yang telah kita lihat sebagai ciri dari pelayanan Paulus yang sangat diberkati Tuhan. Pada hari ini kita akan melanjutkan membahas beberapa hal lagi mengenai pelayanan yang diberkati Tuhan.
5. Menjadi Tawanan Roh
Istilah yang dipakai Paulus di dalam ayat 22 terdengar begitu menakutkan. Menjadi tawanan Roh? Apakah maksudnya? Apakah Paulus sedang menyatakan bahwa dia terpaksa mengerjakan pelayanan yang diperintahkan oleh Tuhan ini? Apakah selama ini dia bepergian dan bertindak di dalam kekangan yang membelenggu kebebasannya? Tidak. Menjadi tawanan Roh berarti Paulus dengan penuh kesadaran dan sukacita memberi dirinya untuk menaati Roh Kudus dengan mutlak dan setia. Di dalam ketaatannya itu seolah-olah dia tidak mempunyai kehendak apa pun. Semuanya diatur dan ditentukan oleh Roh Kudus. Bukankah ini berarti Paulus kehilangan kebebasannya? Memang benar Paulus bukan orang bebas. Tetapi dia menjadi tawanan di dalam kerelaan untuk menjadi tawanan. Dia merelakan diri untuk kehilangan kebebasan. Tetapi justru ketika seseorang merelakan diri untuk tunduk mutlak kepada Roh Kudus, pada saat yang sama dia terbebas dari roh hawa nafsu dan kecemaran. Roh Kudus memimpin dengan arah hidup yang seturut rancangan Tuhan, dan karena itulah kebebasan sejati justru tercapai di dalam ketaatan kepada rancangan Tuhan.
Demikian juga Paulus sadar bahwa meskipun sepertinya Roh Kudus “menawan” dia masuk ke Yerusalem dengan ancaman kematian dari orang-orang yang membenci dia di sana, tetapi rancangan besar dari Roh Kudus pasti pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan bagi umat Tuhan (Kej. 50:19-20). Inilah sebabnya di dalam Kisah Rasul 21:13 Paulus mengatakan bahwa dia “rela” untuk “diikat” di dalam rancangan Allah. Ini merupakan sesuatu yang harus kita teladani dengan sebaik-baiknya. Kerelaan untuk taat kepada Allah adalah kebebasan teragung bagi umat manusia, karena di dalam ketaatan kepada Allah itulah manusia dapat menjadi sebagaimana dia seharusnya. Di manakah kesadaran ini di dalam hati kita? Kita mempunyai hati dan pikiran yang jauh dari hati dan pikiran orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan. Iman yang sejati menyadari bahwa menaati Tuhan dan merelakan kebebasan diri hilang demi melayani Tuhan bukanlah suatu kerugian, melainkan suatu keuntungan. Jim Elliot, seorang misionaris, pernah berkata bahwa orang yang melepaskan segala hal – yang memang tidak bisa dia pertahankan – demi mendapatkan hal yang tidak akan mungkin hilang, orang itu adalah orang yang sangat berbijaksana.
Sukacita yang besar di dalam mengikuti pimpinan Roh Kudus bukanlah sukacita karena jalan yang lapang dan nikmat. Paulus mengatakan bahwa di dalam mengikuti Roh Kudus terkadang yang menanti di depan adalah sengsara dan penjara (ay. 23). Penjara dan sengsara? Mengapa Paulus masih rela mengikuti pimpinan Roh Kudus? Sebab bagi Paulus sukacita besar dari pimpinan Roh Kudus jauh lebih memberi ketentraman ketimbang hidup di luar pimpinan Roh. Masuk ke dalam sengsara dan bahkan penjara bersama dengan Tuhan jauh lebih memberikan ketenangan bagi Paulus ketimbang hidup penuh dengan kenyamanan dunia tetapi tidak disertai oleh Tuhan. Inilah salah satu kekuatan Paulus untuk terus bertahan di dalam mengabarkan Injil, yaitu penyertaan Tuhan. Akankah penyertaan Tuhan gagal? Tidak. Bahkan di dalam sengsara dan penjara? Terutama di dalam sengsara dan penjara! Tuhan tidak akan pernah membiarkan dan tidak akan pernah mengabaikan. Penyertaan Tuhan akan terus menjadi kekuatan terpenting dan satu-satunya yang diandalkan Paulus. Tetapi penyertaan Tuhan tidak identik dengan kenyamanan duniawi. Itulah sebabnya Paulus dengan berani mengatakan bahwa dia rela berada di dalam sengsara dan penjara demi mengikuti pimpinan Roh Kudus.
6. Menyelesaikan Pelayanan
Hal berikutnya yang membuat pelayanan Paulus layak diteladani adalah kerinduannya untuk menyelesaikan yang Tuhan percayakan kepada dia. Paulus tahu apa yang harus dia kerjakan dan dia berusaha mengejar garis akhir pelayanan yang Tuhan percayakan. Seperti seorang pelari jarak jauh yang sudah mulai melihat garis finis telah semakin dekat, demikian yang Paulus rasakan pada saat ini. Dia sekarang melihat garis akhir pelayanan yang Tuhan percayakan dan ini justru menguatkan dia. Dia rindu untuk mempunyai kesetiaan dan kegigihan dalam memberitakan Injil sampai akhir pelayanan yang Tuhan bukakan bagi dia. Maka setelah dia melihat garis akhir pelayanan itu, dia makin dikuatkan untuk mengumpulkan segenap kekuatannya untuk mengakhiri pelayanan itu. Tinggal sedikit waktu lagi dia sudah akan bertemu dengan Tuhan yang memercayakan pengabaran Injil ini kepadanya dan memperoleh bagiannya di dalam kesetiaan. Tidak ada yang lebih memberikan sukacita kepada seorang hamba Tuhan selain mengerjakan apa yang Tuhan percayakan dengan sesetia mungkin. Sebaliknya, tidak ada yang lebih menghancurkan hati seorang hamba Tuhan ketimbang menyadari bahwa sudah terlalu banyak kesempatan dan kepercayaan yang Tuhan berikan dibuang begitu saja. Paulus mengalami sukacita yang besar karena penyertaan Tuhan yang setia telah dia alami di dalam hidupnya hingga saatnya pelayanannya mencapai garis akhir.
7. Tidak Pernah Cinta Uang
Paulus menyatakan bahwa dia tidak lalai memberitakan firman Allah kepada jemaat Efesus. Paulus tidak pernah kehilangan fokus menaati Allah demi jiwa-jiwa yang dicintai Allah. Jiwa-jiwa manusia yang dipilih Allah selalu menjadi fokus cinta kasih Paulus sehingga dia tidak mungkin pernah menukarkannya dengan uang. Paulus akan memakai uang untuk melayani jemaat Tuhan, tetapi dia tidak pernah melayani jemaat Tuhan karena menginginkan uang mereka (ay. 33-35). Cinta uang dan menjadikan uang alasan untuk melayani Tuhan akan membuat seorang pelayan Tuhan kehilangan fokus dan menjadi serakah. Serakah adalah sifat yang selalu menyusul masuk ke dalam hati yang mencintai uang. Paulus sendiri mengingatkan Timotius untuk menjadi hamba Tuhan yang tidak cinta uang, karena cinta uang adalah akar segala kejahatan (1Tim. 6:10). Paulus mengatakan bahwa dia rela berkorban harta sekalipun demi jemaat Korintus yang dia anggap seperti anak sendiri (2Kor. 12:14), dan ini menjadi sifat pelayanan Paulus di mana pun dia melayani. Betapa besar kuasa keserakahan dapat merasuk jiwa manusia. Betapa banyak contoh orang-orang yang kehilangan segala sesuatu demi mencari kekayaan dengan serakah. Berapa banyak orang yang menyengsarakan orang lain karena ingin kaya. Mengapa kita begitu picik dan sempit? Mengapa kita melihat kesenangan sendiri dengan cemar dan mencari jalan mencapai kesenangan itu dengan serakah meraup uang sebanyak mungkin. Betapa bodohnya orang-orang yang ilahnya adalah mamon (Mat. 6:19-24).
Kecintaan kepada jemaat Tuhan, ketaatan mengikuti pimpinan Roh Kudus, keberanian dan kesetiaan menyampaikan firman Tuhan, dan segala hal yang telah kita bahas membuktikan bagaimana karya Roh Kudus merupakan sesuatu yang nyata di dalam hidup Paulus. Tidak pernah Roh Kudus memenuhi seseorang dan memberikan hanya satu tanda saja. Roh Kudus memenuhi seseorang dan menjadikan seluruh aspek hidup orang itu dipakai untuk menyatakan kemuliaan Allah. Baik hati, keinginan, ketaatan, tanggung jawab, tujuan, dan ketekunan, semua dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam diri seseorang secara utuh dan total. Mari minta kuasa Roh Kudus memenuhi kita di dalam seluruh keberadaan dan hidup kita.