perpisahan yang berat

Devotion from Kisah Rasul 20:36-21:14
Perpisahan dengan Penatua Efesus
Setelah menyelesaikan pidatonya, Paulus segera berdoa dengan seluruh penatua Efesus. Mereka tahu bahwa ini adalah kali terakhir mereka akan bertemu lagi. Paulus kemungkinan besar akan ditangkap dan, di dalam pikiran mereka, kemungkinan tidak akan lagi diizinkan bertemu mereka. Bisa jadi dia akan dibunuh, atau dipenjara dan dianiaya, atau apa pun yang membuat Paulus tidak lagi bisa mengunjungi Efesus. Ini membuat mereka demikian sedih. Mengabarkan Injil dan menyampaikan firman Tuhan tidak mungkin dilepas dari mengikat relasi kasih. Tidak seorang hamba Tuhan pun boleh menjadi pemberita firman tanpa menjadi bagian dari keluarga di tengah-tengah jemaat yang dilayani. Tidak mungkin pengabaran firman Tuhan yang bersifat Pribadi tidak dilakukan dengan adanya relasi pribadi. Paulus memiliki hubungan yang penuh kasih Kristus dengan orang-orang Efesus dan ini tercermin dari dukacita mendalam yang mereka rasakan sewaktu harus berpisah dengan dia. Pelayanan yang murni yang dikerjakan Paulus di sana dirasakan sebagai pernyataan kasih dan kemurnian Kristus bagi jemaat Efesus. Inilah yang membuat mereka begitu berat berpisah dengan dia, apalagi jika itu merupakan perpisahan yang seterusnya, hingga saatnya Kristus datang kembali. Sangat sulit membayangkan beratnya perpisahan itu jika kita tidak pernah sungguh-sungguh merasakan relasi persekutuan di dalam Kristus. Tetapi perpisahan ini adalah sesuatu yang harus terjadi di dalam rangka menggenapi rencana Tuhan. Tuhan tidak memberikan Paulus hanya bagi orang Efesus saja. Dia harus menjalani tugas yang Tuhan percayakan untuk kota-kota lain juga. Paulus akan segera pergi ke Yerusalem, ditangkap, dan akhirnya diadili di Roma. Roma adalah tujuan terakhir Paulus di dalam catatan Kisah Rasul ini. Efesus harus melepaskan dia pergi agar rencana Tuhan bagi seluruh tempat yang akan dipanggil-Nya dapat terlaksana.
Perpisahan dengan jemaat Tirus
Setelah perpisahan itu, Paulus dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan dengan kapal menuju ke pulau Kos (Kis. 21:1), sekitar 75 km dari Miletus. Bukan hal yang mudah pada zaman itu untuk mendapatkan kapal. Terkadang harus menunggu hingga berhari-hari sebelum ada kapal yang lewat ke tempat tujuan dan mau menampung penumpang. Dari Kos mereka berlayar lagi ke Rodos, yang berjarak 75 km dari Kos. Dari situ mereka berlayar kembali hingga tiba di Patara, di Turki, yang berjarak 75 km dari Rodos. Kapal ini menjelajahi pulau-pulau di daerah Turki sebelum berakhir di Patara. Satu ayat singkat ini (ay. 1) merangkum perjalanan laut sejauh total 225 km. Dari Patara mereka harus kembali mencari kapal ke daerah Siria untuk bisa tiba di daerah Israel. Ayat 2 mengatakan bahwa mereka mendapatkan kapal yang akan berangkat ke Tirus untuk membongkar muatannya di sana. Mereka segera naik kapal itu dan tiba di Tirus. Di Tirus mereka mengunjungi jemaat di sana sekaligus mengatakan maksud perjalanan mereka ke Yerusalem. Selain untuk membawa persembahan ke Yerusalem, Paulus juga merasa bahwa inilah kesempatan terakhir orang Yerusalem bertobat mendengar Injil, sebab dia adalah rasul yang terakhir (Rm. 15:28-32). Jika rasul yang terakhir juga tidak didengar, maka pasti Tuhan akan buang mereka. Tetapi ayat 4 mengatakan bahwa Roh Kudus telah memberitahukan kepada mereka bahwa bahaya dan penjara telah menanti Paulus di Yerusalem. Ayat 4 sama sekali tidak berarti Roh Kudus membisikkan kepada para murid di Tirus untuk melarang Paulus pergi ke Yerusalem, sebab ini akan bertentangan dengan Kisah Rasul 20:22-23. Ayat 4 berarti bahwa Roh Kudus memberitahukan kepada jemaat di Tirus bahwa Paulus akan mengalami aniaya dan dipenjarakan di Yerusalem. Roh Kudus menyatakan ini agar seluruh jemaat Tirus bergumul bersama-sama dengan Paulus yang akan mengalami aniaya dan penjara. Berdoa, menghibur, bergumul bersama-sama adalah bagian dari bersekutu di dalam Kristus. Paulus mengasihi, memberitakan Injil, menggembalakan, dan berbagian di dalam kesulitan jemaat Tuhan; dan begitu juga sebaliknya, jemaat Tuhan mengasihi, mendengar dan menaati Injil, saling memerhatikan, dan juga berbagian di dalam kesulitan gembalanya. Inilah persekutuan yang indah di dalam Tuhan. Maka Roh Kudus pun menyatakan kepada jemaat Tirus bahwa hamba Tuhan ini akan mengalami kesulitan yang amat besar. Mereka begitu memedulikan Paulus sehingga mereka meminta dia untuk mempertimbangkan rencana ke Yerusalem. Tetapi Paulus menolak untuk meragukan dan mempertimbangkan kembali apa yang dia tahu sebagai kehendak Tuhan.
Perpisahan di Rumah Filipus
Setelah berdoa bersama-sama di pantai, Paulus dan teman-teman seperjalanannya melanjutkan perjalanan ke tanah Yudea. Mereka naik kapal dan tiba di Ptolemais dan dari situ melanjutkan perjalanan sampai ke Kaisarea. Di rumah Filipus di Kaisarea para murid kembali mencoba meyakinkan Paulus untuk tidak pergi ke Yerusalem. Apalagi setelah seorang nabi bernama Agabus menubuatkan bahwa Paulus akan ditangkap dan menjadi tawanan di Yerusalem. Agabus mendapatkan wahyu dari Roh Kudus mengenai apa yang akan terjadi pada Paulus dan ini membuat seluruh murid membujuk Paulus agar tidak usah ikut ke Yerusalem. Untuk apa dia harus pergi ke Yerusalem? Jika hanya untuk menyerahkan bantuan, bukankah teman-teman seperjalanannya bisa melakukan itu tanpa dia? Mengapa Paulus harus ikut? Apalagi Roh Kudus telah menyatakan berkali-kali bahwa Paulus dinantikan oleh sengsara dan aniaya di Yerusalem. Mengapa Roh Kudus harus berkali-kali menyatakan kepada Paulus dan orang-orang lain juga bahwa sengsara dan aniaya akan menanti Paulus di Yerusalem? Karena Tuhan telah mengatakan bahwa Dia akan menunjukkan kepada Paulus penderitaan yang akan Paulus alami oleh karena nama Kristus (Kis. 9:16). Penderitaan ini adalah penderitaan yang perlu Paulus alami karena melalui penderitaan inilah Paulus dapat tiba ke kota Roma. Paulus, sang rasul bagi bangsa-bangsa lain, akan mencapai Roma setelah mendapatkan penganiayaan di Yerusalem ini. Di dalam rancangan yang begitu indah dari Roh Kudus, Paulus akan pergi ke Roma untuk mengabarkan Injil di sana setelah kesempatan Injil bagi Yerusalem ditutup. Mengapa ditutup? Karena Paulus adalah rasul terakhir yang mengabarkan Injil bagi Yerusalem. Penolakan terhadap Paulus akan membuat kesempatan bagi Yerusalem tertutup. Yerusalem telah menganiaya Kristus dan menyalibkan Dia, tetapi Tuhan masih menawarkan pertobatan kepada mereka melalui para rasul. Yerusalem telah menganiaya dan membunuh Stefanus, menganiaya begitu banyak pengikut Kristus setelah penganiayaan Stefanus, tetapi Tuhan masih memberikan kesempatan pertobatan melalui pelayanan para rasul yang tidak juga meninggalkan Yerusalem. Tetapi pelayanan para rasul tidak membuat Yerusalem bertobat, mereka malah menolak para pengikut Kristus dan terus mengeraskan hati terhadap berita Injil. Tuhan masih memberikan kesempatan dengan mengutus Paulus ke sana. Setelah Paulus pun ditolak dan dianiaya mereka, Tuhan pun menutup kesempatan bagi Yerusalem. Tidak sampai 10 tahun setelah Paulus ditangkap, panglima Romawi bernama Titus datang mengepung kota itu dan akhirnya menghancurkannya sama sekali. Bait Suci diruntuhkan dan hingga kini, lebih dari 1.900 tahun kemudian, Bait Suci tidak lagi diizinkan boleh berdiri di kota itu. Paulus tidak tahu bahwa semua ini akan terjadi. Paulus hanya tahu dia tidak boleh membatalkan perjalanannya ke Yerusalem. Maka ketika para murid berusaha mencegah dia ke Yerusalem, memohon, bahkan menangis karena tahu bahaya besar yang menanti Paulus di Yerusalem, Paulus tidak mengubah rencananya pergi ke Yerusalem. Roh Kudus memang menyatakan bahwa penganiayaan dan penjara akan menanti Paulus di Yerusalem. Tetapi jika Kristus saja mati di Yerusalem, di luar tembok kota milik Allah itu, bukankah hal yang sangat mulia jika dia juga boleh mati di Yerusalem? Itu sebabnya Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia adalah tawanan Roh Kudus. Dia pergi kemana pun Roh Kudus menuntun karena rancangan Roh Kudus adalah rancangan yang penuh mulia demi Kristus ditinggikan di seluruh bumi. Rancangan Roh Kudus bagi hamba-hamba-Nya akan membuat pekerjaan-Nya secara total terlaksana. Itulah sebabnya ketaatan menjadi kunci yang penting untuk berbagian di dalam pengabaran Injil dengan pimpinan Roh Kudus. Ketaatan, dan bukan untung rugi sendiri. Ketaatan mengutamakan pimpinan Roh Kudus di atas kebaikan diri sendiri. Ketaatan mengutamakan pimpinan Roh Kudus di atas penerimaan dan kenyamanan berada di dalam komunitas yang mengasihi. Ketaatan mengutamakan pimpinan Roh Kudus bahkan di atas keamanan dan nyawa sendiri. Segala kesulitan dan dukacita yang terpaksa dilalui tidak mungkin akan dilalui dengan sia-sia. Baik dukacita Paulus maupun jemaat yang kehilangan dia, semuanya ini terjadi di dalam penantian kemenangan pekerjaan pengabaran Injil.