10 april 2018
Reflection on Hymn : Have I done my best for Jesus – Ensign Edwin Youn
Ada masa ketika berita tentang penganiayaan terhadap sesama, atau biasa disebut dengan bullying marak di berbagai berita maupun media sosial. Akibatnya beragam: dari luka, tekanan mental, sampai ada yang meregang nyawa akibat penganiayaan tersebut. Saat itu berbagai tanggapan dari masyarakat yang mendengar berita itu pun bermunculan. Ada yang marah, sedih, maupun tidak peduli. Sampai-sampai banyak gerakan yang memunculkan slogan seperti: “Stop bullying”, “Buddies Not Bullies”, dan masih banyak lagi. Apa pun responnya, pasti tidak ada yang setuju atau bahkan senang dengan adanya bullying. Semua menentang dan tidak suka dengan itu. Bahkan jika kita mengabaikan dan pura-pura tidak tahu padahal kita melihat suatu bullying, saat itu kita mendukung kegiatan tersebut. Dan menjadi sama jahatnya dengan pelakunya.
Sebagai orang Kristen, kita juga pasti tahu bahwa bullying adalah dosa. Namun, sadarkah kita bahwa orang-orang yang berdosa sebenarnya sedang di-bully (red: dikerjain) iblis habis-habisan? Mereka hidup dalam kematian mereka, dan itu adalah sisi lebih parahnya. Karena orang yang hidup akan dapat mampu menolong dirinya sendiri, tetapi orang yang mati, tidak akan mampu. Maka kalau kita tidak memberitakan kepada mereka Injil yang dapat menolong mereka dari penganiayaan iblis, bukankah kita mirip seperti orang-orang yang tidak peduli dengan bullying itu. Betapa jahatnya kita! Dengan kita tidak menginjili mereka, mereka sedang kita biarkan dikerjain iblis.
Sudah begitu banyak khotbah yang kita dengar, sudah begitu banyak berkat yang kita terima dari gereja. Mari kita bagikan semua berkat yang sudah kita terima dan tidak menjadi egois. Dunia ini sedang sekarat menanti orang-orang yang memberitahukan kepada mereka tentang cinta kasih Juruselamat kita. Sudahkah kita cukup mengasihi sesama kita? Atau kita membiarkan mereka mati sendirian? Walaupun sangat mungkin kita akan ditolak, kita akan dicaci, atau bahkan kita dipandang bersalah, mari kita tetap menyatakan cinta kasih kita kepada mereka. Bukankah lebih baik dipandang bersalah oleh manusia daripada dipandang bersalah oleh Tuhan?