Devotion from Yohanes 2:12-22
Bagian ini dimulai dengan pemberitahuan bahwa Yesus, ibu-Nya, saudara-saudara-Nya, dan murid-murid-Nya pindah ke Kapernaum. Kapernaum adalah sebuah kota kecil yang juga tidak berarti. Yesus memulai pelayanan-Nya melalui tempat-tempat yang tidak penting secara agama dan politik. Bagian selanjutnya menunjukkan kesetiaan mereka kepada tradisi Yahudi. Mereka pergi ke Yerusalem untuk merayakan Paskah.
Di Yerusalem inilah terjadi peristiwa Yesus mengusir para pedagang di dalam kompleks Bait Suci. Mereka ini menjual binatang-binatang untuk dibawa menjadi korban, sehingga orang Israel yang datang dari jauh tidak perlu membawa korban dari tempat mereka. Cukup membeli di dalam kompleks Bait Suci dari pedagang yang menjual binatang itu. Penjualan binatang untuk korban tentu sangat banyak di Yerusalem. Bahkan setiap kali ada perayaan yang mengharuskan orang Israel membawa korban, para pedagang boleh mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit dari mereka yang membeli binatang-binatang itu. Tetapi mereka yang berjualan di dalam kompleks Bait Suci mendapatkan keuntungan lebih besar daripada pedagang-pedagang lain. Seolah-olah binatang yang mereka jual di dalam kompleks Bait Suci lebih suci daripada binatang yang di luar. Apalagi tentu jauh lebih praktis bagi orang-orang membeli di dalam kompleks. Tinggal membawa binatang itu melangkah dengan jarak yang sangat dekat untuk dikorbankan melalui pelayanan para Imam. Lalu siapakah yang boleh berdagang di dalam kompleks Bait? Bisa dibayangkan pengaturan mengenai siapa yang boleh berdagang di dalam yang tentunya disusun dengan banyak meminta suap dan membutuhkan koneksi dengan otoritas Bait Suci. Siapa yang kenal orang penting, atau siapa menyuap dia yang punya otoritas, dialah yang boleh membuka tempat berdagangnya di dalam Bait Suci. Didukung secara diam-diam oleh para pemimpin korup inilah para pedagang di dalam Bait Suci bisa bebas dari rongrongan pedagang lainnya yang juga ingin berdagang di dalam kompleks tersebut.
Karena kebobrokan yang sudah umum dan diterima masyarakat inilah Yesus marah. Dia membuat cambuk, mengusir para pedagang, dan menghamburkan meja-meja penukar uang mereka. Yesus marah, dan amarahnya menjadi lambang dari kehancuran yang akan Tuhan timpakan ke Bait Suci. Inilah tindakan Yesus yang juga menjadi nubuat kehancuran Bait Suci. Kemarahan Yesus yang mencerminkan kemarahan Tuhan atas kebobrokan di dalam sistem ibadah orang Yahudi. Kebobrokan yang terjadi karena orang-orang fasik yang mengurus ibadah menjalankan tugas mereka dengan mencari keuntungan dan melakukan kecemaran. Yesus mengusir mereka karena mereka menjadikan rumah Bapa-Nya yang di surga sebagai tempat berjualan. Kemarahan karena Bait Allah tidak dianggap. Kemarahan karena kekudusan Allah sudah dipermain-mainkan sedemikian parahnya. Kemarahan inilah yang juga dirasakan oleh para nabi di dalam Perjanjian Lama. Mereka berteriak menegur para pemimpin agama dan para raja yang sudah memberontak kepada Allah. Hati mereka tidak tahan melihat nama Tuhan dihina dan dianggap kecil. Di manakah penghormatan kepada Allah? Di manakah kegentaran untuk berada di hadapan-Nya? Di manakah perasaan sujud ketika berada di tempat kudus-Nya? Semua ini tidak ada pada orang Israel. Mereka sudah sedemikian keras hati sehingga mereka sudah kehilangan rasa takut akan Tuhan.
Hati yang tidak takut akan Tuhan akan tercermin dari sikap beribadah seseorang. Seseorang yang tidak pernah melatih dirinya di dalam doa yang penuh hormat kepada Tuhan dan di dalam ibadah yang sujud kepada kehadiran Tuhan tidak mungkin takut akan Tuhan. Siapa pun yang menghina ibadah kepada Tuhan sedang menunjukkan bahwa dia tidak takut akan Tuhan. Israel telah kehilangan hal ini. Kesabaran Tuhan pun mereka permain-mainkan dengan perasaan aman yang diciptakan sendiri dari hati nurani yang penuh kebusukan. Bagaimanakah Tuhan harus bersikap kepada orang-orang yang menyebut diri umat-Nya ini? Haruskah Tuhan terus bersabar? Tidak. Tuhan murka dan menghancurkan umat-Nya. Ketika kesabaran-Nya dihina dan kemuliaan-Nya diabaikan, Tuhan pun menarik diri-Nya dari Israel. Dan karena Tuhan menarik diri-Nya dari Israel, maka Israel pun harus mengalami pembuangan.
Peristiwa yang dilakukan oleh Yesus ini, sebagaimana dikutip Yohanes di dalam ayat 17, mengakibatkan banyaknya orang yang membenci Yesus. Mengapa Dia dibenci? Karena Dia sudah menghancurkan pendapatan para pedagang (meskipun Yesus tidak merugikan mereka, karena Yesus tidak melepaskan dagangan mereka. Mereka boleh berdagang, hanya tidak di dalam kompleks Bait Suci). Karena Dia juga mengurangi pendapatan para pemimpin Bait Suci. Karena Dia angkuh dan terlalu ekstrem di dalam beragama (bagi orang-orang yang ketekunan beragamanya berada dalam level yang sulit dibedakan dengan orang yang tidak percaya Allah!). Semua orang menentang dan menantang Dia karena perbuatan-Nya ini. Bahkan di dalam serangan orang banyak kepada Yesus pada waktu Dia diadili, perbuatan ini termasuk yang mereka tuduhkan sebagai perbuatan mengundang huru-hara dan mau menghancurkan Bait Suci (Mat. 26:61). Perbuatan ini adalah salah satu yang membuat Yesus dibenci dan difitnah hingga dijatuhi hukuman mati.
Tetapi tindakan Yesus ini sebenarnya menubuatkan kehancuran Bait Suci oleh karena hukuman Bapa-Nya. Bapa-Nya akan menghancurkan seluruh Bait Suci ini karena kejahatan umat-Nya. Jika tindakan Yesus ini mewakili Bapa dan menjadi simbol kemarahan Bapa yang akan melanda bangunan Bait Suci, maka ini adalah peringatan bahwa kehancuran Bait Suci sudah dekat. Tetapi apakah benar kalau Yesus mempunyai otoritas untuk ini semua? Maka orang Farisi pun bertanya kepada Dia, “apakah tandanya bahwa Engkau berhak bertindak demikian?” Yesus segera menjawab dengan pengertian yang sangat penting. Dia mengatakan bahwa tanda yang akan Dia berikan adalah tanda kebangkitan setelah hari ke-3. Dia mengatakan “rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.” Bait Allah yang dimaksud, sebagaimana dijelaskan di dalam ayat 21, adalah tubuh-Nya sendiri. Yesuslah penggenapan dari Bait Suci. Bait Suci adalah simbol kehadiran Allah, dan orang-orang Yahudi menghina simbol itu dengan kecemaran mereka dan dengan hati yang cinta uang. Yesus adalah penggenapan kehadiran Tuhan. Allah benar-benar berdiam secara sempurna bersama dengan manusia dengan menjadi manusia! Dan apakah yang dilakukan orang Yahudi? Mereka merombak Bait Allah itu. Mereka membunuh Yesus! Tetapi Yesus mengatakan bahwa justru tanda itu baru mereka ketahui setelah mereka membunuh Yesus, yaitu dalam tiga hari Dia akan bangkit, dan kehadiran Allah bersama dengan umat-Nya, yaitu Bait Suci yang sejati itu, yaitu Yesus sendiri akan berdiam dengan sempurna dengan umat-Nya selama-lamanya.
Ini berita yang sangat penting. Di dalam Kitab Keluaran kehadiran Allah dinyatakan dengan didirikannya Kemah Suci. Di dalam Kitab Raja-raja, kehadiran Allah dinyatakan dengan didirikannya Bait Suci oleh Salomo. Di dalam Injil Yohanes, kehadiran Allah dinyatakan dengan kedatangan Yesus Kristus menjadi manusia, dan disempurnakan dengan teguh dan tak tergoncangkan oleh kebangkitan dan kedatangan-Nya yang kedua kali nanti. Manusia sangat memerlukan Allah. Betapa bahagianya kita jika Allah rela berdiam bersama dengan kita. Tetapi siapa yang mempermainkan kehadiran Allah pasti akan celaka. Siapa yang tidak memandang hormat kehadiran-Nya, siapa yang tidak memandang hormat kekudusan-Nya, dan siapa yang tidak memandang hormat kerelaan-Nya berdiam bersama dengan manusia adalah orang-orang yang akan binasa. Kehadiran Tuhan memberikan sukacita sempurna bagi kita yang percaya kepada-Nya. Tetapi kehadiran Tuhan hanya akan jadi bahan permainan bagi orang-orang yang tidak percaya kepada-Nya. Ayat 24 mengatakan Yesus tahu siapa yang benar-benar percaya kepada-Nya dan siapa yang hanya bermain-main dengan imannya. Harap kita semua menjadi umat Tuhan yang sungguh-sungguh mengagumi, merindukan, menghormati, dan menikmati kehadiran Tuhan yang selamanya menyatakan kesetiaan, cinta, kekudusan, dan kemuliaan-Nya untuk kita nikmati.