30 April 2018
Bacaan: 1 Petrus 5:7-8
Siapa sih yang nggak pernah khawatir dalam hidupnya? Apalagi ibu-ibu kalau di rumah, biasanya yang paling khawatir sedunia; apalagi kalau urusan anak perempuannya, naik ojek susah, jalan kaki susah, sampai naik taksi pun susah. Takut anak perempuannya kenapa-kenapa. Hidup manusia setiap hari memang penuh kebahayaan. Jadi, ya sebenarnya wajar juga orang khawatir, karena ke depannya kita gak tahu apa yang akan terjadi. Jadi khawatir itu perlu apa gak sih?
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya hidup orang Kristen itu hidup yang paling nggak mengkhawatirkan di dunia ini. Kita percaya kedaulatan Allah dan pemeliharaan-Nya atas dunia ini termasuk hidup kita masing-masing. Allah sudah memberitahu kita awal dari segala yang ada, bahkan akhir dari seluruh kehidupan di dunia ini. Maka Petrus juga berkata agar kita menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan. Kita tahu pada akhirnya kemenangan ada di pihak kita di dalam Kristus. Kalau begitu, apa lagi yang perlu kita khawatirkan? Khawatirlah kalau-kalau ternyata kita “lelah” dan “mati” di tengah jalan, karena si iblis yang terus berjalan keliling, sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Jangan sampai karena ketidakpercayaan kita pada pemeliharaan Allah akhirnya kita “mati” dalam kekhawatiran. Tetapi juga jangan sampai kita terlena dalam pemikiran kita tentang pemeliharaan Allah sehingga meremehkan jebakan si jahat. Maka, menyerahkan kekhawatiran saja tidak cukup, Petrus juga menyuruh kita untuk sadar dan berjaga-jaga.
Jadi, khawatir atau tidak? Segala yang terjadi di dunia ini adalah rencana Allah yang memang harus digenapi pada waktunya. Jadi apa pun yang terjadi, bahkan yang terburuk yang bisa kita bayangkan sekalipun, seharusnya janganlah kita khawatir. Tetapi, marilah kita boleh tetap senantiasa berjaga-jaga, karena tubuh ini lemah, dan Allah, sumber segala kasih karunia, akan menguatkan kita sampai hari Tuhan tiba.