24 April 2018
Bacaan: Daniel 3:18
Tidak mudah menjalani sebuah kehidupan di mana “Tuhan mengatakan tidak...”. Siapa sih orang tidak ingin hidup di dalam “iya” mereka? Namun bagaimana jika Tuhan tidak mengabulkan doa permohonan kita? Bagaimana jika Tuhan tidak menghadapkan wajah-Nya kepada hasrat kita yang terdalam? Bagaimana jika Tuhan tidak mengizinkan kita berbagian di dalam pembangunan bait-Nya? Bagaimana jika Dia tidak melepaskan “duri yang ada di dalam daging” kita? Masih ada begitu banyak kasus “ketika Tuhan berkata tidak” lainnya yang berakhir tak terjawab begitu saja di dalam perjalanan sejarah, namun apakah itu artinya Tuhan tidak mengasihi kita?
Satu dimensi yang paling sulit dipahami bahkan oleh orang-orang yang belajar theologi sedalam apa pun adalah mengerti kedaulatan Tuhan. Semulia apa pun permohonan kita kepada Tuhan, jika Tuhan tetap menjawab tidak, kita harus belajar hidup dengan jawaban “tidak” itu dan tetap setia kepada Tuhan. Bukankah Tuhan berhak berkata “tidak” atas seluruh hidup kita? Kenapa Tuhan menjawab tidak? Karena “Di dalam tidak-Ku, Aku mau melihat seberapa besar kamu mau tetap menyembah dan melayani Aku.”
Apakah yang menjadi kerinduan hati terdalammu saat ini? Marilah kita belajar untuk siap hati menjalani sebuah kehidupan “jika Dia tidak”. Dan seandainya benar Dia tidak mengabulkan yang kita minta, marilah dengan lantang kita mampu berteriak seperti Sadrakh Mesakh, dan Abednego: “kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”