Devotion from Yohanes 4:16-26
Perempuan Samaria itu sangat tertarik untuk menerima air hidup yang akan Yesus janjikan. Tetapi Tuhan Yesus tidak berniat untuk memanggil satu orang saja. Dia ingin memanggil banyak orang untuk datang kepada-Nya, sebanyak yang telah disiapkan Bapa-Nya di surga. Bagaimanakan cara-Nya memanggil orang banyak itu? Dengan memakai perempuan ini menjadi saksi-Nya. Tetapi sebelum perempuan ini menjadi saksi-Nya, dia harus terlebih dahulu mengenal Yesus dengan benar. Sampai sejauh ini perempuan ini hanya mengenal Yesus sebagai “orang Yahudi”. Maka Yesus menyatakan kepada dia apa yang telah dia lakukan. Yesus meminta dia memanggil suaminya dan menyatakan bahwa Dia tahu keadaan perempuan ini yang sudah memiliki 5 suami dan sekarang tinggal dengan seorang yang bukan suaminya. 5 Suami! Dia adalah seorang perempuan yang berkali-kali ganti suami. Apakah alasannya? Cerai dan menikah kembali dengan orang lain? Ataukah suami-suaminya yang terdahulu telah meninggal semua? Yang mana pun itu, keadaan dia yang telah menikah 5 kali membuat dia tidak lagi dapat menemukan seorang suami. Laki-laki yang mau tinggal bersama dengan dia tidak mau diikat oleh pernikahan. Mengapa tidak? Mungkin karena dia sudah mulai berusia. Mungkin karena sejarah masa lalunya yang telah mempunyai lima suami. Yesus ternyata mengetahui semua ini. Ketika Yesus membongkar keadaan hidupnya, segera perempuan ini menyadari bahwa Yesus bukan sekadar seorang Yahudi biasa. Perempuan ini tentu berpikir bahwa karena Dia mengetahui apa yang terjadi di dalam hidupnya, meskipun baru kali ini Dia bertemu dengannya, maka pastilah Dia seorang nabi.
Di dalam ayat 19 dan 20 perempuan ini segera menanyakan pertanyaan sangat penting mengenai ibadah, melanjutkan tema sebelumnya. Perempuan ini tidak tertarik untuk meminta pertolongan Sang Nabi ini untuk membereskan masalah dia. Dia tidak meminta agar Yesus berbicara dengan laki-laki yang tinggal dengan dia untuk meresmikan hubungan dan menikahi dia, sehingga mencabut aib ini dari hidupnya. Dia tidak meminta agar Yesus memberikan dia nama yang dipulihkan. Dia sangat ingin tahu bagaimana beribadah kepada Allah dengan benar. Perempuan ini telah disiapkan hatinya oleh Tuhan. Tuhan sudah menggerakkan seorang perempuan dengan reputasi buruk di masyarakatnya, sehingga perempuan ini memiliki hati yang rindu beribadah dengan benar. Tidak banyak orang Kristen yang benar-benar rindu ingin beribadah dengan benar. Banyak yang ingin dihibur ketika beribadah. Banyak yang ingin disembuhkan pada waktu ibadah. Banyak yang ingin keluarganya dipulihkan dan karena motivasi itulah ia datang beribadah, tetapi perempuan ini tidak. Dia bertemu seorang nabi yang tahu kejadian-kejadian yang mempermalukan dia di dalam masyarakat, tetapi hal yang ingin diketahuinya adalah beribadah! Orang Samaria ini berhati lebih mulia daripada banyak orang penting di gereja yang punya nama baik tetapi yang hatinya terikat oleh hal-hal lain selain Tuhan! Masih adakah di antara kita orang-orang Kristen yang bergumul untuk hal ini? Bergumul untuk mencari jawaban tentang ibadah? Apakah ibadah saya diperkenan Tuhan? Apakah saya dengan sepenuh hati telah mencari Tuhan? Apakah saya mencari Tuhan di tempat yang benar? Ini pertanyaan yang agung, tetapi jarang ditanyakan di dalam gereja Tuhan. Sekarang yang ditanya adalah, “kalau saya suka musik ini, kenapa tidak boleh dimasukkan di dalam ibadah?” “Kalau saya kebiasaannya beribadah seperti ini, saya tidak nyaman kalau kebiasaan ini diubah.” “Saya ngantuk kalau beribadah dengan musik yang berbeda dengan musik-musik di chart tangga nada populer musik-musik komersial.” “Saya tidak suka kalau khotbahnya terlalu panjang.” Dan ratusan kalimat lain yang memuakkan hati! Di mana orang yang bertanya seperti ini? “Tuhan, apakah ibadahku sudah benar?” “Apakah Tuhan berkenan kalau kami melakukan ini? Jika tidak, mohon nyatakan agar kami mengubahnya.” Pertanyaan-pertanyaan agung yang harus kita pelajari dari perempuan buangan di kota kecil dari daerah Samaria ini!
Perempuan ini menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi dari orang Yahudi, tetapi mau berbicara dengan Dia dan mampu berdiskusi dengan mengakui dia, seorang perempuan Samaria, sebagai bagian dari umat Tuhan. Ini yang menyebabkan dia mau memercayai Yesus dan meminta pendapatnya tentang perdebatan tempat ibadah. Orang Yahudi percaya, sesuai Kitab Suci, bahwa ibadah harus dilakukan di Yerusalem. Tetapi ibadah di Yerusalem ditetapkan pada zaman Raja Daud, dan orang-orang Samaria tidak percaya bahwa Raja Daud adalah nabi yang menyatakan firman Tuhan. Itu sebabnya mereka hanya mengakui Taurat Musa, dan menganggap bahwa tempat ibadah adalah di gunung Gerizim, sesuai perinta Musa di Ulangan 11:29. Yesus menjawab dia dengan tegas di ayat 22 bahwa ibadah sejati bukan di gunung di Samaria, yaitu gunung Gerizim, tetapi bukan juga di Yerusalem. Ibadah kepada Allah bukan ditentukan oleh tempat, tetapi oleh air. Air? Ya. Air, yaitu Roh Kudus yang akan Tuhan Yesus berikan. Itu sebabnya di awal Yesus telah mengatakan bahwa hanya Dialah yang sanggup memberikan air yang melimpah menjadi sumber air hingga hidup yang kekal. Roh Kudus, yang disimbolkan oleh air, adalah yang memampukan orang untuk beribadah kepada Allah. Tetapi Tuhan Yesus menyatakan kesalahan doktrin orang Samaria. Keselamatan datang dari orang Yahudi, demikian dikatakan-Nya di dalam ayat 22. Keselamatan yang dimaksud adalah janji Mesias akan datang yang Tuhan nyatakan melalui Daud, dan juga simbol kedatangan Allah di dalam bentuk Bait Suci di Yerusalem. Dua hal ini ditolak oleh orang Samaria. Yesus menegur kesalahan mereka, tetapi juga mengingatkan bahwa Bait Suci di Yerusalem akan digenapi. Akan datang saatnya orang menyembah Allah di dalam Roh dan kebenaran.
Ternyata perempuan Samaria ini mengerti banyak hal, termasuk pengharapan akan datangnya Sang Nabi, yang dipercaya sebagai Mesias oleh orang-orang Samaria dan juga orang-orang Yahudi. Jadi, meskipun memiliki perbedaan doktrin yang sangat mendasar, kedua kelompok ini masih memercayai pengharapan yang sama, yaitu kedatangan Sang Mesias. Yesus segera menyatakan klaim bahwa Dialah Mesias itu. Dialah yang memberikan ibadah yang sejati, bukan simbolik. Ibadah dari hati, bukan dari kebiasaan. Ibadah dengan pimpinan Roh Kudus dan kebenaran-Nya, bukan dengan emosi dan tradisi. Apakah beribadah di dalam Roh? Ibadah di dalam Roh berarti ibadah yang mengagungkan Allah melalui kedatangan Sang Mesias. Sang Mesias yang memampukan umat Tuhan beribadah kepada Allah dengan segenap hati melalui Roh Kudus yang memimpin. Apakah beribadah di dalam kebenaran? Ibadah di dalam kebenaran berarti ibadah yang mengakui Kristus sebagai Sang Raja, Sang Mesias, Sang Juru Selamat yang menanggung dosa manusia di kayu salib.
Apakah Tuhan Yesus telah menyatakan segala yang perlu diketahui perempuan ini? Belum. Tetapi yang Yesus katakan telah membuat perempuan ini rela tunduk dan menjadi pengikut Yesus dengan mengajak orang-orang sekotanya untuk bertemu Yesus. Dia dimenangkan oleh Tuhan berdasarkan berita Injil yang Tuhan bagikan sesuai dengan pergumulan rohani perempuan ini. Siapa pun yang di dalam hatinya mencari Tuhan, pasti akan Tuhan gerakkan untuk datang menemui Dia. Tidak seorang pun yang dengan tulus mencari Tuhan akan Tuhan buang. Setiap hati yang mencari Dia akan ditemui oleh Dia di dalam kasih dan kebenaran. Tetapi apakah hati yang mencari Tuhan, merindukan Tuhan, menginginkan untuk mengenal Dia dengan segenap jiwa ada di dalam diri umat Tuhan? Apakah hati yang seperti ini ada di dalam diri kita?