Devotion from Yohanes 9:1-17
Sering kali penyakit dianggap sebagai hukuman atas dosa. Bahkan dalam Yohanes 5:14 Yesus mengingatkan orang lumpuh yang telah Dia sembuhkan untuk berhenti berbuat dosa supaya dia tidak mengalami sakit yang lebih buruk lagi. Tetapi jika seseorang dilahirkan dengan penyakit, seperti orang buta di dalam bacaan hari ini, apakah ini berarti akibat dosa? Bagaimana mungkin dia dihukum jika kebutaan itu dialami sejak lahir? Apakah berarti orang buta ini terkena hukuman karena dosa orang tuanya? Di dalam ayat tiga Yesus memberikan penjelasan yang berbeda. Orang buta ini tidak sedang mengalami hukuman dosa, baik itu dosanya sendiri ataupun dosa orang tuanya. Tidak semua penyakit terjadi karena hukuman Tuhan. Demikian juga kebutaan orang dalam pembahasan ini. Dia buta karena Tuhan mau menyatakan pekerjaan-Nya di dalam Dia. Apakah yang Tuhan kerjakan? Tuhan menciptakan seluruh alam semesta ini. Dia juga menopang ciptaan-Nya ini. Dia memanggil umat-Nya dan memelihara seluruh ciptaan-Nya ini sampai kehendak-Nya jadi. Di dalam pembahasan ini, Tuhan Yesus memberikan penekanan pada pekerjaan Allah memanggil umat-Nya.
Ayat 4 mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan Tuhan harus dilakukan selama masih siang. Yang Yesus maksudkan di dalam ayat ini adalah bahwa tidak seorang pun dapat mengerjakan pekerjaan ini tanpa Dia. Dia adalah terang dunia. Dialah yang memberikan cahaya bagi dunia ini sehingga pekerjaan Tuhan memanggil umat-Nya dapat dikerjakan. Tanpa terang, maka kegelapan menguasai dunia. Yesus adalah terang dunia. Melalui Dialah Allah melakukan pekerjaan memanggil umat-Nya. Dari manakah umat-Nya dipanggil? Dari dunia yang gelap. Dunia gelap yang tidak mengenal Allah. Demikian juga umat-Nya dahulu adalah orang-orang yang dikuasai kegelapan. Kita adalah orang-orang yang buta, tidak mengenal Tuhan, tidak melihat Dia di dalam seluruh ciptaan-Nya. Kita hidup di tengah-tengah kegelapan. Tetapi, walaupun kita buta dan hidup di dalam kegelapan, Tuhan mau memanggil kita. Dia memberikan terang-Nya dengan datang ke dunia yang gelap (Yoh. 1:4, 5, 7). Dia bukan saja memberikan terang, Dia juga mencelikkan mata kita yang buta. Tadinya kita lebih suka kegelapan, tetapi Dia membuat mata kita terang, sehingga kita melihat Dia yang jauh lebih mulia daripada dunia ini. Siapakah yang dapat memanggil orang-orang di dalam kegelapan untuk berpindah dari dalam gelap ke dalam hidup? Tidak ada yang dapat kecuali Sang Terang itu sendiri, yaitu Yesus. Hanya Yesus yang dapat melakukan pekerjaan memanggil umat Tuhan dari dalam kegelapan. Hanya Yesus terang yang sesungguhnya, yang dapat memberikan penglihatan kepada orang-orang buta. Dan Yesus sedang mengerjakan hal ini dengan memanggil orang buta yang mereka temui ketika sedang lewat.
Dalam ayat 6 dikatakan bahwa Yesus meludah ke tanah dan membuat adukan dari ludah dan tanah itu. Orang-orang Yahudi percaya bahwa ludah dan darah adalah hal-hal yang najis jika dikeluarkan dari tubuh manusia. Tetapi Yesus justru menggunakan ludah-Nya untuk membuat adukan dari tanah. Ini merupakan suatu simbol penciptaan kembali. Hal yang dianggap najis dijadikan sesuatu yang memberikan penglihatan kepada orang buta itu. Yesus sedang menyatakan bahwa Dialah yang memanggil umat-Nya dengan menjadikan mereka ciptaan yang baru. Demikian juga mata orang buta ini, yang sejak lahir tidak pernah berfungsi sama sekali. Mata orang buta ini perlu diciptakan kembali. Dia tidak bisa disembuhkan karena belum pernah berfungsi. Demikian juga kita perlu diciptakan kembali karena kita belum pernah berfungsi sebagaimana seharusnya. Hal yang dianggap najis oleh orang banyak justru menjadi tanda yang sangat mulia. Yesus mengerjakan penciptaan kembali. Penciptaan yang terjadi dari tengah-tengah kematian dan kenajisan untuk memanggil umat-Nya.
Tetapi di ayat 7 dikatakan bahwa orang buta itu tidak langsung melihat setelah Yesus mengoleskan adukan tanah dan ludah. Dia harus membasuh diri di kolam Siloam. Pembasuhan ini menjadi lambang pengudusan, sekaligus menunjukkan iman dari orang buta yang disembuhkan itu. Dia tidak langsung mendapatkan penglihatannya, tetapi dia harus berjalan ke kolam Siloam. Jika dia percaya, maka dia akan pergi ke kolam itu dan membasuh dirinya, lalu memperoleh penglihatan yang seumur hidup belum pernah dia miliki. Tetapi jika dia tidak percaya, dia akan mengabaikan perintah itu. Dia akan lebih memilih dapat sedekah sekadarnya daripada disuruh berjalan ke Siloam. Bukankah tidak ada bukti bahwa adukan tanah dan ludah itu memberikan kesembuhan? Bukankah setelah dioleskan di mata seolah tidak terjadi apa-apa? Tetapi orang buta itu percaya. Dia pergi dan melakukan tepat seperti yang Yesus perintahkan. Setelah membasuh dirinya di kolam tersebut, orang buta itupun memperoleh penglihatan.
Bacaan hari ini menunjukkan bahwa orang itu bukan hanya memperoleh penglihatan saja. Orang itu juga memperoleh iman. Dia benar-benar menjadi umat Tuhan yang percaya kepada Terang dunia, yaitu Yesus Kristus. Dia benar-benar mendapatkan penglihatan pada mata dan pada hatinya. Penglihatan orang buta ini membuat orang-orang terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama takjub dan percaya bahwa Yesus adalah Sang Mesias karena mukjizat yang Dia kerjakan ini. Yesus bukan hanya menyembuhkan mata yang sakit, tetapi Dia memberikan penglihatan kepada mata yang tidak pernah berfungsi. Tetapi sebagian lagi menolak Dia karena Yesus mengerjakan pekerjaan ini di hari Sabat. Yesus dengan sengaja menekankan “pekerjaan-pekerjaan Allah” yang harus segera Dia lakukan (ay. 4), walaupun di hari Sabat. Bagi Yesus Sabat itu akan tiba setelah Dia menebus kaum pilihan-Nya hingga genap jumlahnya sebagaimana ditentukan oleh Allah. Sebelum itu terjadi, Dia bekerja memanggil kaum pilihan Bapa. Ini ternyata sangat menyinggung orang-orang Yahudi. Mereka membenci Dia karena Dia melanggar Sabat. Tidak peduli betapa besar mukjizat yang telah Dia lakukan, tidak peduli betapa besar cinta kasih-Nya bagi orang-orang yang menderita, jika Dia melanggar Sabat, Dia harus dihukum. Inilah kelompok kedua, yaitu kelompok yang membenci Yesus dan ingin menghukum Dia untuk hal-hal yang Dia kerjakan. Tidak peduli betapa besar, baik, dan mulianya pekerjaan itu, selama hari Sabat dilanggar, mereka akan menghukum Yesus. Mengapa mereka sangat teliti di dalam memelihara Sabat? Karena mereka percaya Sabat sejati, yaitu ketika Tuhan memulihkan bumi ini melalui Israel, hanya akan tiba jika mereka setia kepada Sabat setiap minggu. Jika mereka mengabaikan Sabat mingguan, maka Sabat sejati tidak akan datang. Tetapi Yesus mengajarkan hal yang lain. Sabat sejati justru tiba setelah semua pekerjaan selesai dilakukan. Justru dengan bekerja hingga genap, barulah Sabat akan datang (Yoh. 5:17-18).
Tetapi orang buta yang telah diberikan penglihatan oleh Yesus, dialah yang membela Yesus (ay. 17). Dia terus menekankan kuasa yang Yesus telah kerjakan pada dirinya. Benarkah Yesus pelanggar Sabat? Benarkan Dia tidak diperkenan oleh Allah? Tetapi Dia telah melakukan hal-hal yang penuh kuasa ini. Bisakah orang yang tidak diperkenan Allah mengerjakan hal-hal besar ini? Orang buta itu sekarang telah melihat dan beriman. Inilah cara Tuhan memanggil umat-Nya. Kita mungkin tidak buta secara fisik, tetapi kita semua tadinya buta secara hati. Hati kita melihat apa yang diinginkan dunia ini, tetapi kita mengabaikan Sang Pencipta dan Pemelihara dunia ini. Hati kita mengenal dosa dan segala bentuk kecemaran, tetapi tidak mengenal damai sejahtera Allah. Hati kita terpikat oleh tawaran dunia ini, tetapi tertidur ketika diperhadapkan pada kebenaran firman Allah. Hati kita buta. Hati kita tidak pernah bisa melihat kemuliaan Kristus. Tetapi belas kasihan Kristus membuat kita memiliki hati yang baru. Hati yang baru ini adalah hati yang melihat kemuliaan Allah. Hati yang melihat apa yang Allah lakukan. Hati yang menginginkan Allah lebih daripada apa pun. Hati yang dimiliki oleh umat-Nya yang sejati.