Devotion from Yohanes 12:34-43
Sangat sulit mengenal siapa Allah jika kita menolak untuk memahami Dia berdasarkan firman-Nya. Orang Yahudi mendapatkan kesulitan untuk memahami Yesus Kristus karena mereka menolak untuk memahami Allah menurut Kristus, Sang Firman. Pemahaman mereka terkurung di dalam kisah kemenangan Israel yang menjadi tujuan utama mereka mengenal Allah. Israel yang bebas karena dibebaskan oleh Sang Raja, inilah yang menjadi tujuan mereka bertheologi. Semua hal yang berkait dengan kemenangan Israel akan cocok dan masuk dengan tepat di dalam kerangka theologi mereka. Allah adalah yang membebaskan mereka dari Mesir. Allah adalah yang menjanjikan Tanah Perjanjian, menggenapi perjanjian dengan nenek moyang bangsa Israel, membuktikan janji-Nya demi kejayaan Israel, dan banyak hal-hal lain yang berkait dengan ini. Tentu saja theologi seperti ini tidak salah. Alkitab memang berbicara tentang hal-hal seperti ini. Tetapi theologi ini tidak bisa dijadikan bagian paling besar, apalagi dijadikan sebagai tujuan dari kerangka theologi Perjanjian Lama dibangun. Theologi apa pun yang diberikan porsi lebih besar daripada yang seharusnya akan mengorbankan pengertian lain yang penting. Banyak contoh dapat kita ambil mengenai hal ini. Selain, tentu saja, contoh Israel dan theologi kemenangan Israel, masih banyak contoh lain yang menguatkan pengertian ini. Theologi sukses adalah salah satu contohnya. Pengertian yang sangat populer di gereja-gereja pada tahun 80-an sampai 90-an (dan, herannya, masih dianut juga saat ini oleh gereja-gereja yang terlalu bodoh untuk belajar melihat kerusakan pemikiran ini selama belasan bahkan puluhan tahun bercokol di dalam gereja) ini menempatkan berkat yang diberikan Tuhan sebagai tujuan. Tujuan beriman adalah berkat. Tujuan ke gereja adalah berkat. Tidak salah menginginkan berkat. Tetapi memberikan tempat terlalu besar, bahkan sebagai tujuan kita mengenal Tuhan akan menjadikan berkat itu berhala dan kita menjadi penyembah-penyembah berhala.
Gambaran tentang Mesias di dalam kerangka theologi kemenangan Israel ini sangat bersifat zaman akhir, tetapi melalui jalan pintas. Melihat kemenangan final terlalu cepat, sehingga gagal memahami pergumulan-pergumulan Israel untuk menuju kemenangan final tersebut. Kegagalan ini membuat mereka menerima bagian apa pun yang berbicara tentang kemenangan Israel, tetapi sulit memahami banyak bagian lain yang berbicara tentang pergumulan dan jalan panjang menuju kemenangan final itu. Mereka ingin tiba di Mesir tanpa padang gurun. Itu sebabnya perjalanan di padang gurun menjadi begitu sulit dan berat, menyebabkan begitu banyak keluh kesah, sungut-sungut, bahkan pemberontakan kepada Allah. Padang gurun tidak ada tempat di dalam theologi kemenangan Israel. Tujuan Allah memanggil mereka adalah Tanah Perjanjian, bukan tanah gersang. Maka fakta tanah gersang membuat mereka sulit menerima theologi yang benar. Theologi yang benar menampung pengertian tentang tanah gersang di padang gurun dan juga Tanah Perjanjian yang permai. Ada tempat bagi keduanya.
Demikian juga dengan orang-orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus. Mereka melihat theologi kemenangan Israel dengan membawa zaman akhir terlalu cepat ke depan. Mesias mereka adalah Mesias yang tidak mungkin mati. Apakah ini benar? Tentu saja ini benar. Kita bisa lihat hal ini di dalam Mazmur 16:10 misalnya. Tetapi bagaimana dengan ayat-ayat seperti Mazmur 22 atau Yesaya 52 dan 53? Adakah tempat? Seharusnya ada. Lalu theologi apakah yang dapat menampung dua hal ini dengan baik? Yohanes mengajarkan tema lain, yaitu theologi penyertaan Allah. Allah menyertai umat-Nya, inilah poin penting dari Injil Yohanes. Dari pasal satu hal ini konsisten dinyatakan. Firman itu menjadi manusia dan berdiam di antara kita (Yoh. 1:14). Ini adalah gambaran yang lebih cocok dijadikan gambaran besar dari theologi. Kehadiran Kristus sebenarnya menggenapi pekerjaan Tuhan yang disimbolkan oleh pendirian kemah suci atau Bait Allah. Kristuslah kemah suci yang sejati, seperti dinyatakan di dalam 1:14, dan Kristuslah Bait Allah sejati (Yoh. 2:19-22). Apa pentingnya memahami Kristus sebagai Kemah Suci atau Bait Allah? Sangat penting, karena ini mengajarkan tentang kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Kehadiran inilah yang digambarkan sebagai “terang” oleh Tuhan Yesus (Yoh. 12:35), dan sebagai kemuliaan (Yoh. 12:41). Kehadiran inilah yang membuat pengalaman padang gurun memilik tempat di dalam keseluruhan theologi orang Israel. Mengapa padang gurun penting? Karena di situ Tuhan sedang menyatakan kehadiran-Nya yang khusus. Tiang awan, tiang api, kemah perjanjian, kemuliaan Allah yang turun untuk menyertai umat-Nya, semua ini berkait dengan pengalaman padang gurun mereka. Tidak relevan kalau mereka berusaha memahami Allah yang mulia di tengah-tengah padang gurun kalau theologi yang mereka anut adalah theologi “jalan tol menuju Kanaan”. Mengapa musti ada pengalaman padang gurun?
Ini jugalah yang dirasakan oleh orang-orang Yahudi. Mesias mati? Mengapa harus ada pengalaman mati? Bagaimana bisa hal ini masuk ke dalam skema kemenangan Israel? Bagaimana Israel bisa menang kalau Mesiasnya mati? Tetapi mereka lupa menjawab satu pertanyaan penting, yaitu kematian itu fakta yang harus dijawab atau dijelaskan berdasarkan theologi mereka. Dan jika mereka berkeras memakai kerangka kemenangan Israel, maka mustahil memahami pentingnya kematian Sang Mesias. Tetapi jika mereka memahami bahwa Allah adalah Pencipta mereka, yang ingin berdiam bersama-sama dengan mereka, dan berpartisipasi mengalami apa pun yang mereka alami, maka kematian mempunyai tempat yang sangat tepat. Mengapa Yesus Kristus harus mati? Karena Dia mengambil posisi umat Tuhan yang sudah memberontak. Dia berpartisipasi di dalam hukuman kita, meskipun Dia sama sekali tidak berpartisipasi di dalam dosa kita.
Penyertaan Allah menjadi genap dengan datangnya Sang Terang yaitu Kristus. Penyertaan Allah menjadi sempurna di dalam kelimpahannya karena kemuliaan Allah dengan indah dinyatakan. Allah yang menyertai adalah Allah yang berbagian di dalam keadaan kita, bahkan mengambil alih apa yang kita tidak mampu bereskan, tetapi tetap ada tempat bagi kemenangan final yang akan menyusul kemudian. Di dalam padang gurun penyertaan Allah menjadi relevan. Di Tanah Perjanjian pun penyertaan Allah menjadi relevan. Allah ingin berdiam bersama-sama dengan kita. Dia ingin kita semua menikmati bahwa Dia hadir. Kehadiran-Nya itu sendiri menjadi tujuan penting dari theologi Injil Yohanes. Kehadiran-Nya tidak bisa digantikan oleh kedamaian dan ketentraman. Kehadiran-Nya tidak bisa digantikan oleh siapa pun dan apa pun. Kehadiran-Nya membuat kita menyadari betapa besar kasih-Nya kepada kita. Kasih yang sejati bukan hanya mendorong untuk berpartisipasi. Kasih yang sejati menginginkan untuk bersama-sama mengalami. Tuhan Yesus sangat mengasihi kita, maka Dia datang, dan kita boleh menikmati kehadiran-Nya di tengah-tengah kita. Kemuliaan yang agung itu bahkan mencakup kerelaan untuk berbagian di dalam kematian kita! Kematian-Nya adalah kematian yang membebaskan kita semua. Dialah kepala dari umat yang baru dan di dalam Dialah kita memiliki pengharapan yang sejati. Di dalam Dia ada penebusan, dan penebusan itu hanya mungkin terjadi jika Dia rela menjadi wakil kita untuk menanggung bersama-sama segala hukuman kita di hadapan Allah.
Kristus menyertai kita melalui Roh Kudus yang dikirimkan-Nya. Tetapi sudahkah kita sadar bahwa kerelaan Tuhan untuk berdiam di dalam gereja kita merupakan hal yang sangat besar. Dia meneruskan janji-Nya untuk berdiam bersama dengan umat-Nya. Di padang gurun Dia ada. Di tempat indah Dia ada. Di dalam senang ataupun sulit Dia juga akan ada. Dan penyertaan-Nya bukanlah penyertaan kosong. Penyertaan Kristus bukan sekadar kehadiran Kristus yang tidak tersentuh kehidupan kita. Kristus mengambil bagian dari apa yang kita alami, karena inilah pengertian kehadiran yang sejati. Tetapi Kristus juga akan memimpin kita di dalam kehidupan ibadah kita untuk merasakan bahwa kehadiran-Nya lebih penting daripada apa pun yang mungkin hadir menggantikan Dia . Hidup, pergumulan, interaksi, sakit hati, penderitaan, bahkan kematian, tidak ada satu pun yang Dia kecualikan pada waktu Dia berkemah di tengah-tengah kita, hadir bersama dengan umat-Nya, dan memberikan penyertaan-Nya dengan limpah.