Bacaan: Yakobus 2:20-24
Kita sering mendengar atau mengatakan, “Orang Kristen mah bisanya cuma iman melulu.” Eits, tunggu dulu, jangan cepat-cepat kita mengucapkan atau termakan kalimat ini. Siapa sih yang hidup tanpa iman? Hidup di dunia ini kalau tidak dimulai dari rasa percaya, dunia ini tidak akan berjalan. Anak kecil yang belum tahu apa-apa, kalau dia tidak beriman pada orang tua yang mengajar dia, bisakah dia bertumbuh dengan baik? Begitu juga waktu kita duduk di bangku sekolah atau kuliah, tidak ada rasa percaya kepada guru/dosen dan buku-buku yang kita baca, mungkinkah proses belajar bisa berjalan? Belum lagi maskapai penerbangan bisa-bisa bangkrut, karena orang-orang tidak mau naik pesawat, tidak percaya kalau pesawat bisa membawa mereka dengan selamat sampai di tujuan. Kalau mau direnungkan lebih lanjut, masih banyak hal lainnya lagi. Maka sebenarnya semua manusia, tanpa pengecualian, tidak bisa hidup tanpa iman. Melainkan justru karena iman, manusia mengerjakan segala yang dia kerjakan. Sekaligus sebaliknya, apa yang manusia perbuat, itulah wujud nyata dari iman di dalam hatinya. Singkatnya, apa yang kita imani dan apa yang kita perbuat itu satu paket sifatnya.
Ketika seseorang yang kelebihan berat badan percaya pada sebuah promosi program di pusat kebugaran yang menjanjikan kelangsingan, maka dia akan mulai berlangganan dan bekerja keras mengikuti program tersebut sampai berhasil. Ada juga mereka yang percaya bahwa uang adalah yang terpenting dan jalan keluar dari segala kesulitan, maka uang mendorong mereka sekolah, kuliah, kerja, dan lain-lain. Ada juga orang yang percaya bahwa LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) merupakan Hak Asasi Manusia dalam memilih jalan hidup, maka mereka mendukung dan memperjuangkan LGBT. Dunia dengan giatnya menyatakan apa yang mereka imani.
Sebagai orang Kristen yang berkata bahwa iman kita ada pada Yesus Kristus yang adalah Sang Jalan, Kebenaran, dan Hidup, apa yang sudah kita nyatakan dan perjuangkan melalui hidup kita di tengah dunia ini? Alkitab berkata bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati adanya. Mustahil bila kita katanya beriman pada Allah yang hidup, tetapi tidak ternyatakan dalam perbuatan-perbuatan kita. Jangan-jangan kita memang tidak sungguh-sungguh beriman pada Allah yang hidup. Karena itu, marilah kita bersama-sama menyatakan iman kita dengan segala perbuatan yang berkenan kepada-Nya, dengan demikian oleh perbuatan-perbuatan itu juga iman kita menjadi sempurna.