Kelahiran Yesus Kristus

Devotion from Lukas 2:1-7

Seluruh nubuat yang Tuhan berikan melalui para nabi, nubuat mengenai keturunan perempuan (Kej. 3:15), nubuat mengenai keturunan Abraham (Kej. 12:7; Gal. 3:16), nubuat mengenai seorang nabi (Ul. 18:18), nubuat mengenai Anak Daud (2Sam. 7:12-13), nubuat mengenai hamba yang menderita (Yes. 53:5-6), hingga nubuat mengenai Anak Manusia yang akan memimpin kerajaan Allah (Dan. 7:13-14), dan nubuat-nubuat yang begitu banyak di dalam Perjanjian Lama, sekarang menjadi genap perwujudannya. Inilah kelahiran paling agung sepanjang sejarah, tetapi juga paling tidak diketahui. Yesus Kristus lahir di Betlehem menggenapi semua nubuat mengenai Dia di sepanjang sejarah Perjanjian Lama. Narasi kelahiran Kristus mengandung begitu banyak pesan bagi kita semua. Ini menunjukkan betapa penuh maknanya kelahiran Bayi Kudus ini di Betlehem. Hal pertama yang dapat kita lihat adalah ayat 1-4. Di dalam ayat 1 dikatakan bahwa Kaisar Agustus menyuruh semua orang melakukan pendaftaran di daerah asal mereka semua. Kaisar dari Kerajaan Romawi yang besar, yang menguasai hampir seluruh dunia maju pada waktu itu, dipakai Tuhan untuk mengeluarkan perintah yang akan membawa Yusuf dan Maria pulang ke Betlehem agar Yesus Kristus bisa lahir di sana. Mengapa harus Betlehem? Karena ini adalah kota asal Daud. Ini jugalah tempat yang oleh Nabi Mikha dikatakan sebagai tempat Sang Mesias akan lahir (Mi. 5:1).

Ayat 1-4 ini menggambarkan dua sejarah yang berjalan secara parallel, yaitu sejarah dunia ini dan sejarah keselamatan. Sejarah keselamatan berjalan bersamaan dengan sejarah dunia ini, tetapi dalam sudut pandang dunia hanyalah bagian kecil dari pada sejarah dunia. Bukankah raja-raja Romawi lebih agung daripada seorang sederhana bernama Yusuf dari Betlehem? Bukankah intrik-intrik politik di Roma memengaruhi dunia ini lebih dari pada peristiwa-peristiwa kecil di seputar Betlehem? Tetapi yang tidak disadari oleh dunia ini adalah bahwa Tuhan memakai wadah sejarah dunia untuk menyatakan rencana keselamatan-Nya yang telah ditetapkan-Nya secara kekal (Ef. 1:4). Rencana keselamatan-Nya ini bersifat kekal, sejarah dunia tidak. Raja-raja dunia, setelah mereka mati, menjadi nama-nama yang tidak lagi memiliki pengaruh apa pun. Tetapi orang-orang yang berada di dalam Kristus mempunyai hidup yang kekal. Bukan hanya nama yang kekal, tetapi hidup yang kekal. Sejarah keselamatan sebenarnya jauh lebih superior dan jauh lebih bermakna karena seluruh peristiwa yang terjadi di dalam dunia ini terjadi untuk menggenapi apa yang Tuhan telah tetapkan di dalam kekekalan. Ayat 1 adalah contoh untuk hal ini. Tuhan menggerakkan Kaisar Agustus untuk menggenapi nubuat-Nya tentang Betlehem. Sang Mesias harus lahir di sana. Ibu yang tengah mengandung Sang Mesias harus berada di Betlehem. Maka sejarah dunia berjalan untuk menggenapi sejarah keselamatan.

Ayat 4 dan 5 mengembalikan fokus kepada dua orang biasa bernama Yusuf dan Maria. Walaupun hanya orang sederhana bagi dunia ini, tetapi di dalam sejarah keselamatan mereka adalah dua orang yang jauh lebih penting dari pada Kaisar Agustus. Yusuf adalah pemilik nama Daud karena dia keturunan Daud. Melalui statusnya sebagai keturunan Daud inilah Sang Mesias secara sah disebut Anak Daud. Maria adalah seorang perempuan yang tengah mengandung Sang Mesias. Dialah yang akan melahirkan Yesus Kristus, merawat Dia, dan memelihara Dia. Maka, baik Yusuf maupun Maria adalah dua orang yang sangat penting di dalam sejarah keselamatan. Tetapi dunia tidak mengenal mereka. Maka perjalanan mereka ke Betlehem tidak disertai oleh pasukan yang besar, bahkan tidak disertai pasukan sama sekali, dan setelah tiba di Betlehem, satu kamar pun tidak tersedia untuk mereka. Ayah dan ibu Sang Mesias harus menginap di kandang karena tidak ada tempat bagi mereka.

Untuk direnungkan:

Ada dua hal yang menjadi renungan kita hari ini. Yang pertama adalah: kedaulatan Allah di dalam sejarah adalah sesuatu yang nyata, meskipun sering kali kita hidup melewati hari-hari kita tanpa menyadari hal ini. Dari hari demi hari yang kita lewati, berapa banyak yang kita lewati dengan kesadaran penuh bahwa Tuhan mengatur sejarah dan hari-hari kita? Ketika kita membaca surat kabar atau mendengar berita, berapa kalikah kesadaran kita digugah bahwa sebenarnya Tuhan yang mengatur segala sesuatu yang terjadi. Tuhan mengangkat dan menurunkan raja-raja. Tuhan mengatur segala sesuatu demi rencana-Nya tergenapi di dunia ini. Semua hal, entah baik ataupun buruk, semua di dalam tangan Tuhan yang berdaulat. Pengertian akan hal ini tentu membuat kita takut akan Dia sekaligus mengagumi kemahakuasaan Tuhan atas segala sesuatu, dan memercayakan pemeliharaan kita hari demi hari kepada Dia. Tuhan yang akan menentukan hari depan kita. Tuhan menentukan hari depan dari semua orang. Hari-hari hidup kita semua telah ditentukan oleh Tuhan. Biarlah hal ini membuat kita sadar bahwa hari-hari yang kita lewati harus dijalani dengan ketaatan kepada kehendak Tuhan, bukan dengan kekhawatiran akan apa yang harus kita makan atau minum. Hari-hari kita harus dilewati dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin demi kemuliaan nama Tuhan, bukan dengan kekhawatiran akan hari depan.

Tuhan memegang sejarah, bangsa-bangsa, raja-raja, dan memakai segala hal, bahkan peristiwa paling kelam di dalam sejarah sekalipun, untuk menunjukkan rencana keselamatan-Nya yang penuh anugerah dan pengampunan. Jika Dia yang memegang segala sesuatu, maka hal paling buruk yang kita bisa alami pun berada di dalam kuasa dan kontrolnya. Puji Tuhan untuk kedaulatan-Nya atas sejarah. Kita tidak perlu menjadi putus asa untuk keadaan dunia ini karena seburuk apa pun keadaan yang terjadi di dunia ini.Hal kedua yang menjadi bahan renungan adalah: di dalam kedaulatan mutlak dari Bapa di sorga, Anak Allah harus dilahirkan di kandang di Betlehem. Mengapa ini terjadi? Kristus dilahirkan di Betlehem bukan karena Bapa-Nya di sorga tidak sanggup mengaturkan tempat yang lebih baik. Bukankah Dia memegang seluruh sejarah di tangan-Nya? Tetapi Kristus lahir di tempat yang demikian tidak layak untuk menyatakan bahwa Anak Allah datang untuk mengambil alih keadaan sulit manusia. Dia datang untuk memikul segenap akibat dosa dan kecemaran kita walaupun Dia tidak pernah bersalah. Dia tidak berdosa, tetapi menanggung dosa kita di dalam hidup-Nya di bumi ini. Dia mengalami segala hal sulit yang kita alami. Kerelaan-Nya untuk merendahkan diri begitu agung dan mulia. Celakalah orang-orang yang menghina Dia dan menolak pengorbanan-Nya bagi kita sekalian.

Jika kita mengatakan dengan berani bahwa kita mau ikut Yesus, mau hidup berdasarkan teladan-Nya, apakah kita siap untuk direndahkan seperti Dia pernah direndahkan? Dia yang mulia, rela mengalami kehinaan yang besar dari hari lahir-Nya di dunia ini hingga kematian-Nya di kayu salib. Tidak ada orang seagung Kristus, yang walaupun memiliki seluruh kemuliaan sorgawi, rela mengalami kehinaan dan direndahkan sedemikian besar. Tidak ada yang layak mendapatkan kemuliaan lebih dari Kristus. Tetapi justru Dia yang mengambil tempat paling rendah ketika Dia menjadi manusia. Itu sebabnya jika orang Kristen hanya mau ikut kemuliaan Kristus, mau menjadi anak Raja, menjadi kepala dan bukan ekor, menjadi kaya, menjadi sehat dan bebas dari sakit, menjadi pembuat mukjizat, semua ini adalah kekristenan yang palsu! Dia merendahkan diri dan kita meninggikan diri? Dia lahir di palungan dan kita mau takhta di sorga? Pikirkan kembali iman kita jika kekristenan yang kita anut adalah kekristenan liar yang serakah dan berpusat pada diri sendiri! Iman sejati adalah iman yang melihat Kristus dan menjadi malu, Dia rela direndahkan dan menderita, sedangkan kita hanya mencari kenikmatan dan mulia. Betapa berdosanya kita!

Doa:
Tuhan Yesus, kami sungguh memohon kekuatan dari-Mu yang rela menjadi rendah dan menanggung derita bagi kami, supaya kami pun mampu meneladani-Mu. Tuhan, kami sangat meninggikan-Mu, Engkau yang mulia tetapi rela menjadi rendah bagi kami yang hina ini. Betapa besar kasih-Mu kepada kami. Ambil kami untuk melayani-Mu selamanya, ya Tuhan Yesus.