pujian para malaikat

Devotion from Lukas 2:8-20
Yesus lahir di Betlehem pada malam yang begitu sepi. Tidak ada yang tahu kalau Raja segala raja telah datang ke dunia. Tetapi Tuhan tidak ingin kelahiran Anak-Nya tidak diketahui. Maka Dia memilih para gembala untuk menjadi penyambut Sang Gembala Israel yang baru lahir. Para gembala yang termasuk kelompok masyarakat yang hina. Mereka adalah golongan rendah yang tidak berpendidikan. Mereka dibayar untuk menjaga kambing domba karena memang tidak ada pekerjaan lain. Kadang-kadang mereka bahkan mencuri sehingga nama gembala pada waktu itu menjadi sangat buruk. Tetapi Tuhan mau mereka menjadi penyambut kedatangan bayi Yesus di Betlehem. Para gembala itu sedang menjaga kawanan ternak ketika seorang malaikat berdiri dan menyatakan terang kemuliaan sorgawi. Pesan dari malaikat itu begitu indah. Perhatikan yang dikatakan di dalam ayat 11. “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” Ini merupakan pesan natal yang sangat indah. Dimulai dengan perkataan “Hari ini…” Hari yang Tuhan tetapkan untuk menjadi kegenapan waktu-Nya adalah hari ini. Para gembala tidak pernah menantikan “hari ini” tiba. Mereka tidak berpendidikan sedalam para ahli Taurat dan orang Farisi. Tetapi bukan kepada ahli Taurat ataupun orang Farisi Tuhan menyatakan kegenapan waktu ini. Para gembala yang tidak menunggu mendapatkan. Para ahli Taurat yang menanti-nantikannya, justru Tuhan biarkan. Siapa yang terdahulu akan menjadi terkemudian, dan siapa yang menjadi terkemudian menjadi yang terdahulu (Mat. 20:16).
Malaikat meneruskan dengan mengatakan “…telah lahir bagimu Juru Selamat.” Perhatikan keindahan kalimat yang begitu penuh kasih dan sangat dekat. Kristus lahir bagi siapa? Bagi dunia? Bagi Israel? Bagi manusia berdosa? Semua itu benar, tetapi malaikat itu memberikan pesan yang begitu personal bagi para gembala. Telah lahir bagimu… Bagi para gembala Juru Selamat ini lahir. Siapakah para gembala itu? Mereka adalah orang-orang yang untuknya Kristus rela mati di kayu salib. Seberapa hinanya mereka di mata kita, Tuhan Yesus rela mati bagi mereka. Seberapa hinanya kita di mata dunia, faktanya tetap sama, yaitu bahwa Yesus Kristus rela mati bagi kita!
Tetapi Sang Juru Selamat ini bukan hanya korban yang tidak memiliki otoritas apa pun. Dia adalah Anak Allah. Dia adalah Raja segala raja. Dia adalah Anak Daud yang akan bertakhta selama-lamanya. Dia adalah Sang Kristus, Yang Diurapi, dan Dia lahir untuk mengambil takhta Daud yang menjadi hak-Nya. Dialah Sang Raja sejati yang akan menguasai segala sesuatu. Raja atas seluruh Kerajaan Allah, yang akan berkuasa atas langit, bumi, dan dunia orang mati sekalipun. Tetapi Sang Raja segala raja ini sekarang datang menjadi seorang bayi kecil yang dibungkus kain lampin dan terbaring di dalam palungan (ay. 12). Dia yang mulia, menjadi begitu sederhana. Dia yang Mahakuasa, sekarang menjadi begitu lemah terbaring tidak berdaya. Inilah mukjizat paling besar di dalam seluruh Kitab Suci. Allah Pribadi kedua dari Tritunggal sekarang menjadi bayi yang mungil. Pencipta langit dan bumi sekarang menjadi seorang anak yang bergantung pada pemeliharaan ibunya.
Karena kemuliaan dari Anak Allah yang rela menjadi bayi kecil inilah para malaikat memuji Tuhan. Ayat 13 menceritakan bahwa sejumlah besar malaikat yang menutupi seluruh langit menampakkan diri. Ini adalah pasukan yang sangat besar. Pasukan yang menutupi seluruh bentangan langit yang terlihat oleh mata. Di dalam ayat 14 mereka menyatakan kembali pesan agung yang kedua, kali ini bersama-sama dan dalam bentuk nyanyian yang sangat agung: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi…” Pujian yang mengatakan bahwa Allah di tempat yang tertinggi adalah pemilik semua puji-pujian dan hormat. Tidak ada yang lebih agung dari Dia. Semua pernyataan kekaguman, sembah, sujud, dan pujian seluruh makhluk harus dinyatakan bagi Dia dan bagi Dia saja. Tetapi pemilik kemuliaan yang begitu agung dan tinggi itu, yaitu Allah di tempat yang mahatinggi, sekarang rela merendahkan diri-Nya untuk membawa kemuliaan yang begitu agung itu ke bumi. Maka bagian selanjutnya dari pujian para malaikat mengatakan: “…dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” Ketika kemuliaan Tuhan dibawa ke bumi, kemuliaan itu disembunyikan dengan cara yang sangat bersifat paradoks. Kemuliaan ini tersembunyi di dalam kesederhanaan (Yes. 45:15). Kemuliaan yang hanya akan disadari oleh orang-orang yang berkenan kepada Allah. Merekalah yang melihat bayi mungil dan sadar bahwa ini adalah Raja mereka. Merekalah yang akan menikmati kemuliaan Allah di dalam diri Anak-Nya yang datang menjadi manusia. Merekalah yang memahami arti salib, yang walaupun lambang penderitaan dan kematian, telah menjadi lambang pengharapan dan pengampunan Allah. Kemuliaan yang ketika dipahami oleh manusia akan mendatangkan damai sejahtera bagi mereka. Damai sejahtera yang tidak sama dengan damai dunia ini. Damai sejahtera yang dalam, yang membuat kita kembali kepada Allah yang Mahatinggi. Setelah memuji Tuhan para malaikat itu pergi meninggalkan gembala-gembala di padang. Para gembala segera mencari bayi itu dan menemukan-Nya. Mereka segera menceritakan apa yang terjadi kepada Maria dan Yusuf. Bahkan setelah itu mereka memberitakan tentang kelahiran Sang Mesias ini ke semua orang yang mereka kenal.
Untuk direnungkan:
  1. Di dalam bacaan hari ini kita dapat merenungkan tiga hal penting mengenai Natal. Yang pertama adalah: Natal adalah saat di mana bagi kita dan bagi seluruh dunia Sang Juru Selamat sudah lahir. Natal berarti penginjilan. Juru Selamat itu sudah saya percaya dan sekarang kamu harus percaya kepada Dia juga. Natal mengingatkan kita untuk sepanjang tahun berjanji untuk memberitakan Dia yang sudah lahir. Memahami Kristus sebagai Juru Selamat dunia membuat kita sadar bahwa kuasa, keagungan, dan kemuliaan Kristus adalah bagi seluruh dunia. Dia bukan hanya memimpin gereja Tuhan. Dia juga adalah Raja atas alam semesta. Tetapi mengimani Dia sebagai Raja atas seluruh ciptaan akan menjadi sesuatu yang abstrak dan tidak berkait dengan diri kita. Tetapi mengimani Dia sebagai Juru Selamat kita membuat kita memahami betapa besar kasih-Nya kepada kita. Walaupun Dia adalah Raja segala raja, tetapi Dia rela merendahkan diri-Nya untuk menjadi Juru Selamat kita dan mengangkat kita dari lumpur dosa. Kesadaran akan kebaikan, kasih, dan kerelaan-Nya untuk berkorban bagi kita karena kasih-Nya membuat kita mengimani Kristus sebagai “Juru Selamatku.” Inilah yang mendorong kita untuk mengatakan bahwa Dia adalah Juru Selamat kita karena kita telah mengalami kasih-Nya yang menyelamatkan sehingga kita bisa menyaksikan apa yang sudah Dia perbuat bagi kita.
  2. Hal kedua yang menjadi pesan Natal sejati adalah bahwa kedamaian bagi seluruh dunia hanya bisa dialami oleh orang-orang yang meninggikan Allah dan memuliakan Dia yang bertakhta di tempat yang mahatinggi. Damai sejati tidak bisa dirasakan di dalam pesta. Damai sejati juga tidak bisa dirasakan di dalam ketiadaan konflik. Damai sejati juga bukan sesuatu yang bisa diusahakan oleh hiburan-hiburan yang ditawarkan dunia. Damai sejati adalah ketika manusia menyadari betapa agung dan mulianya Allah itu. Selama kesadaran akan hal ini belum ada, tidak akan ada damai yang sejati di bumi. Tetapi siapakah yang menyadari kemuliaan Allah yang begitu agung? Mereka adalah orang-orang yang diperkenan oleh Allah. Kita semua yang menyembah Allah dan mengakui kedaulatan-Nya atas hidup kita, kitalah yang dapat menyadari damai sejati yang Allah berikan. Damai sejati terjadi karena kemuliaan di tempat yang mahatinggi itu sekarang telah dibawa turun ke bumi melalui kedatangan Kristus.
  3. Natal berarti adanya komitmen yang diperteguh untuk merenungkan dan mengabarkan Kristus. Mengabarkan Kristus tanpa secara terus menerus merenungkan tentang siapa Dia dan apa yang telah Dia lakukan dan akan lakukan adalah tindakan yang akan segera menjadi kering dan kehilangan makna. Pengabaran Injil menjadi rutinitas yang tidak bergairah jika tidak ada pengingat yang konstan tentang kedatangan Kristus. Itu sebabnya Natal adalah momen untuk merenungkan siapa Kristus, momen di mana hati dan pikiran kita dipenuhi kembali dengan ingatan akan Kristus yang membangkitkan kembali kerinduan kita untuk mengabarkan Dia. Merenungkan tentang kemuliaan yang tersembunyi dari Kristus, merenungkan tentang kerelaan-Nya untuk menjadi rendah, merenungkan tentang keadaan hina yang Dia rela alami, merenungkan bahwa Dia yang mengalami semua hal yang rendah dan remeh itu adalah Anak Allah yang Mahamulia, semua hal ini membuat kita tidak bisa diam. Kerinduan untuk mengabarkan siapa Dia terlalu besar sehingga mengabarkan Kristus menjadi suatu sukacita yang tidak tertahankan untuk dilakukan.
Doa:
Tuhan, kami ingin merenungkan tentang siapa Engkau. Kami ingin terus menerus mengagumi-Mu, menikmati kasih dan pengampunan-Mu, dan mengagumi kerelaan-Mu untuk datang menebus kami. Tuhan, bangkitkanlah di dalam diri kami kerinduan untuk menyatakan kemuliaan-Mu ini. Berikan kami mulut yang tidak bisa diam, tetapi yang terus memuji keagungan Tuhan dan mengabarkan keagungan itu setiap saat.