Devotion from Yohanes 13:1-11
Injil Yohanes tidak mencatat perumpamaan-perumpamaan yang Yesus ceritakan seperti di dalam Injil sinoptik (Matius, Markus, Lukas), tetapi Injil Yohanes mencatat peristiwa-peristiwa di dalam hidup Yesus yang memiliki pengertian simbolik seperti sebuah perumpamaan. Peristiwa di dalam bacaan hari ini adalah salah satunya. Apa sajakah yang perlu diperhatikan untuk menafsirkan peristiwa Yesus membasuh kaki para murid ini? Yang pertama adalah kalimat di dalam ayat satu: Yesus tahu bahwa saat kematian-Nya sudah dekat. Tetapi Dia tidak melihat saat kematian itu sebagai saat yang suram dan gelap. Injil Yohanes memberikan pengertian yang bersifat paradoksikal tentang salib dan kematian Kristus. Kata-kata seperti “dimuliakan” (Yoh. 12:23), atau “ditinggikan” (Yoh. 3:14; 12:32) dipakai untuk menggambarkan salib dan kematian Kristus. Apakah Kristus tidak menderita? Dia menderita. Apakah Kristus tidak bergumul dan merasa sulit? Dia bergumul dan merasa sulit. Tetapi Yohanes mengingatkan kita akan aspek paradoks dari kesulitan, penderitaan, dan kengerian salib Kristus, yaitu kemuliaan Allah dan peninggian Sang Mesias terjadi karena genapnya pekerjaan Kristus di atas kayu salib. Demikian juga dalam ayat satu ini. Yesus melihat salib dan kematian-Nya sebagai jalan untuk kembali kepada Bapa-Nya di surga. Kematian-Nya adalah jalan bagi-Nya untuk kembali bersekutu dengan Bapa di surga setelah pekerjaan-Nya selesai.
Hal kedua yang perlu kita ketahui untuk menafsirkan bagian ini adalah kalimat berikutnya di dalam ayat satu: “Sama seperti Dia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya, demikian Dia mengasihi mereka sekarang dan seterusnya.” Yesus Kristus senantiasa mengasihi murid-murid-Nya. Dia mengasihi Bapa-Nya di surga dan Dia mengasihi murid-murid-Nya di bumi ini. Dua pihak yang bermusuhan namun keduanya dikasihi oleh Kristus. Manusia adalah seteru Allah oleh karena dosa-dosa mereka. Allah dimusuhi oleh manusia karena kejahatan hati manusia. Namun kasih Allah tetap lebih besar daripada kerusakan akibat dosa. Allah mengutus Kristus untuk menjadi Pengantara yang menyatakan dengan sempurna kasih Allah. Kasih-Nya kepada Allah membuat Dia ingin segera kembali kepada Allah, Bapa-Nya di surga. Kasih-Nya kepada manusia membuat Dia tidak ingin meninggalkan manusia. Dia akan menarik mereka kembali kepada Bapa sehingga baik Dia, maupun Bapa-Nya di surga, dan juga manusia yang dikasihi-Nya, semuanya menjadi satu oleh karena pekerjaan-Nya yang genap di bumi ini.
Hal ketiga yang perlu diketahui adalah pengkhianatan Yudas. Satu dari orang-orang yang dikasihi-Nya ternyata adalah pengkhianat. Yudas tidak pernah percaya kepada Yesus. Dia hanyalah seorang pengikut yang masuk komunitas murid, bertindak seperti murid-murid yang lain, mendengar apa yang didengar oleh murid-murid yang lain, dekat dengan Yesus secara fisik, tetapi tidak secara iman. Dialah orang penuh kepalsuan yang mendapat bahagia besar, namun karena kebodohannya menolak semua bahagia ini demi uang. Uang yang dicurinya dari kas ternyata tidak cukup (Yoh. 12:6) sehingga dia perlu tambahan uang. Muncullah ide jahat di dalam pikiran Yudas. Kalau uang kas yang dicuri tidak cukup, mengapa tidak dicukupkan dengan tambahan uang dari menjual Yesus?
Hal keempat yang perlu diketahui adalah bahwa Allah Bapa telah menyerahkan kerajaan-Nya ke dalam tangan-Nya. Dialah pemilik langit dan bumi. Dialah Sang Manusia yang menaklukkan bumi dan yang dihormati surga. Allah Bapa-Nya telah mengangkat-Nya sedemikian tinggi sehingga di dalam Dia segala yang ada di langit dan bumi sujud menyembah, dan segala yang ada di langit dan di bumi menjadi milik-Nya selama-lamanya. Yesus mengetahui hal ini. Dia tahu betapa pentingnya Dia. Dia tahu tidak ada yang diberikan kemuliaan oleh Bapa di surga lebih daripada Dia. Allah telah memutuskan bahwa di langit dan di bumi tidak ada nama lain yang lebih agung. Nama-Nya adalah yang termulia.
Kita akan mulai tafsirkan bagian ini dari sudut pandang pertama, yaitu Yesus tahu bahwa saat Dia kembali kepada Bapa sudah tiba. Yesus Kristus datang dari Allah dan Dia kembali kepada Allah. Dia akan kembali kepada Bapa yang sangat dikasihi-Nya dan Dia akan kembali kepada kemuliaan surga yang memang menjadi milik-Nya dari kekal sampai kekal. Tetapi Dia tidak pernah melupakan tugas yang diberikan kepada Bapa untuk dikerjakan di dunia ini. Dia harus menebus dan memelihara mereka yang Bapa-Nya pilih untuk menjadi milik Kristus sampai selama-lamanya. Itulah sebabnya, ketika telah dekat saat kematian-Nya, Kristus melakukan tindakan membasuh kaki murid-murid-Nya. Dia menanggalkan jubah-Nya, yang menjadi simbol perendahan diri yang Dia kerjakan dengan rela, demi menaati Bapa-Nya. Dia datang ke bumi dengan kerelaan merendahkan diri. Bahkan perendahan diri sampai mati di kayu salib! Dia melepaskan jubah-Nya, menyatakan kerelaan-Nya untuk menanggalkan kemuliaan surgawi yang Dia miliki, lalu mengambil posisi seorang hamba. Dia mencuci kaki para murid. Bahkan budak Yahudi pun enggan melakukan ini. Budak kafir yang boleh melakukan pekerjaan sangat hina seperti mencuci kaki. Tetapi Yesus membungkuk dan mulai membasuh kaki para murid yang sedang membaringkan diri bersiap menikmati perjamuan makan bersama. Untuk siapa Yesus melakukan tindakan ini? Untuk manusia dan untuk Bapa-Nya di surga. Yesus menunjukkan ketaatan-Nya menggenapi tugas yang diberikan untuk merendahkan diri sampai mati bagi Kerajaan Allah. Tindakan simbolik ini menyatakan kerelaan-Nya untuk memikul salib demi menggenapi tugas yang diberikan Bapa-Nya kepada-Nya.
Dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, Yesus menyatakan kerelaan-Nya untuk memikul apa pun tugas yang Sang Bapa berikan kepada Dia. Keinginan-Nya untuk diperkenan oleh Bapa lebih besar daripada keinginan-Nya untuk memperoleh kehormatan dan kemuliaan. Di manakah kehormatan dan kemuliaan Yesus jika Dia membungkuk dan membasuh kaki para murid? Tetapi Yesus tidak memedulikan hal itu. Dia lebih ingin diperkenan oleh Allah. Dia ingin menyatakan kepada Bapa bahwa kerinduan Dia untuk menyelesaikan pekerjaan dari Bapa lebih besar daripada kerinduan-Nya untuk kemuliaan dan hormat. Dia ingin diperkenan Allah. Dia membasuh kaki para murid dan menyatakan kepada surga kerinduan Dia untuk datang kepada Allah dan diperkenan oleh Dia.
Saatnya bagi Kristus telah tiba untuk kembali kepada Bapa, dan tindakan membasuh kaki memberikan pernyataan bahwa Kristus akan kembali dengan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Bapa di surga. Kiranya kita semua dipakai oleh Kristus untuk memiliki hati seperti hati Sang Juru Selamat kita. Hati yang menyadari bahwa ada hal sangat penting yang harus dikejar di dalam hidup ini, yaitu menaati Tuhan dan menjalankan hidup dengan penuh tanggung jawab untuk melaksanakan apa pun yang Tuhan percayakan. Jangan sampai kita menjadi orang Kristen yang sibuk menjalankan hidup demi mengejar kefanaan, kemuliaan palsu yang penuh kekosongan, dan kebanggaan yang akan binasa oleh api penghakiman. Mengapa sibuk kejar hal-hal itu? Kita yang menghabiskan hari-hari hidup kita untuk memperjuangkan hal yang tidak berkait dengan Allah, kita akan menghabiskan hidup, pengharapan, dan sukacita ketika mendekati saat akan mati. Semakin dekat kematian semakin takut. Mengapa takut? Karena sudah terlalu banyak buang waktu, sudah buang hidup yang Tuhan berikan untuk menjalankan kehendak-Nya. Kristus tidak seperti itu. Mendekat hari kematian-Nya, Dia menyatakan bahwa Dia dengan setia telah menjalankan tugas yang dipercayakan. Meninggalkan kemuliaan, merendahkan diri, melayani, dan membasuh dosa dari umat pilihan Allah. Kiranya Tuhan berkati kita semua dengan hati yang sedemikian, dan hari-hari hidup kita dijalankan dengan kerelaan dan perjuangan menaati Tuhan, sehingga saat kematian menjadi saat kita kembali kepada Bapa dengan penuh pengharapan dan sukacita karena telah menjalankan hidup dengan menaati apa yang Allah inginkan di dalam hidup kita.