Devotion from Yohanes 13:1-11
Hal kedua yang mendorong Yesus membasuh kaki para murid adalah karena kasih-Nya. Dia senantiasa mengasihi mereka. Dia mengasihi mereka sebelumnya, Dia mengasihi mereka saat itu, dan Dia akan senantiasa mengasihi mereka. Kasihlah yang menggerakkan Allah mengutus Kristus (Yoh. 3:16), dan kasihlah yang menggerakkan Kristus untuk menebus murid-murid-Nya. Kasih bukanlah konsep abstrak yang bisa dipisahkan dengan relasi. Kasih berarti yang mengasihi menginginkan pihak lain untuk menjadi satu di dalam relasi dengan yang mengasihi. Tidak ada kasih yang tidak melibatkan seluruh perasaan untuk menjadi satu dengan yang dikasihi. Kasih yang palsu menginginkan kebaikan orang lain, tetapi tidak terlalu menginginkan berada di dalam relasi dengan orang lain. Kita tidak mengasihi orang-orang yang tidak kita kenal. Jikalau kita mengasihi orang-orang tersebut, kita ingin segera mengenal mereka. Kita ingin mereka menjadi bagian penting di dalam hidup kita. Tidak ada kasih yang tidak menginginkan relasi dan tidak menginginkan kesatuan. Kasih yang sejati mendorong seseorang untuk bertindak demi kebaikan mereka yang dikasihi sehingga kesatuan di dalam pengenalan, relasi, dan hidup bisa terjadi. Kasih Allah memanggil orang-orang pilihan-Nya untuk mengenal Dia dan mengasihi Dia. Allah menginginkan orang-orang yang dikasihi-Nya ini, dan orang-orang yang dikasihi-Nya ini menginginkan Dia.
Yesus Kristus mengasihi para murid. Kasih yang Dia miliki merupakan kasih yang sama dengan keberadaan diri-Nya yang kekal. Yesus Kristus adalah yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang (demikian nama Tuhan di dalam Wahyu 1:4, 8), dan karena itu kasih-Nya pun diberikan secara kekal. Yesus mengasihi semua murid-Nya, baik yang hadir bersama dengan Dia ketika Dia melayani di bumi, maupun mereka yang percaya kepada Dia setelahnya (Yoh. 10:16; 20:29). Untuk mereka inilah Dia rela melakukan tindakan penuh kasih, yaitu merendahkan diri, mengorbankan diri, dan membasuh para murid agar mereka berbagian di dalam Dia. Karena kasih-Nya Yesus Kristus menebus orang-orang yang diberikan Bapa menjadi milik-Nya. Kasih mengikat Dia untuk berkorban dan merendahkan diri-Nya. Semua tindakan ini, yaitu merendahkan diri dan berkorban bukan tanpa dorongan kasih, dan bukan tanpa tujuan relasi dan kesatuan. Kristus didorong oleh kasih untuk memiliki relasi dan kesatuan dengan Bapa-Nya di surga dan dengan umat-Nya di bumi, dan karena itulah Dia mengorbankan diri-Nya. Ini jugalah yang mendorong Dia untuk memberikan simbol dan membasuh kaki para murid. Ini bukan hanya sekadar tindakan pragmatis yang dikerjakan karena tidak ada yang mau mengalah dan menjadi pelayan yang membasuh kaki. Ini Dia kerjakan sebagai tindakan simbolik. Selain dengan perkataan, Yesus menyatakan siapa diri-Nya melalui tindakan, baik mukjizat, maupun tindakan perendahan diri seperti ini. Mukjizat menyatakan tanda kuasa perubahan yang Kristus akan lakukan, dan membasuh kaki para murid menunjukkan kerelaan-Nya untuk berkorban demi perubahan yang akan Dia kerjakan. Penebusan Kristus dikerjakan melalui tindakan berkorban. Menjalin relasi dikerjakan Kristus melalui tindakan berkorban.
Pembasuhan kaki para murid menunjukkan kita beberapa hal tentang pengorbanan dan kasih yang dikerjakan oleh Kristus. Yang pertama, Kristus berinisiatif merendahkan diri-Nya demi kasih, keselamatan, dan kesatuan relasi dengan murid-murid-Nya. Dia tidak diperintah oleh orang lain untuk melakukan tindakan yang rendah. Orang-orang rendah melakukan pekerjaan rendah karena diperintah orang lain. Orang-orang berkedudukan memerintah orang lain dan enggan merendahkan diri. Tetapi Yesus bukanlah orang rendah. Dia tidak menerima perintah dari manusia. Dialah Raja yang dilantik Allah di gunung-Nya yang kudus. Tetapi dengan inisiatif dan kerelaan, Dia merendahkan diri. Tindakan perendahan diri dilakukan oleh Sang Pemimpin sejati demi kebutuhan orang-orang yang dipimpin-Nya. Kristus, Sang Raja sejati, tidak menerima perintah dari siapa pun, tetapi dengan penuh kerelaan merendahkan diri-Nya demi kebaikan para murid-Nya. Yang kedua, dengan tindakan ini, Yesus menunjukkan bahwa harga paling mahal yang perlu dibayar demi relasi kasih antara kita dan Kristus dibayar oleh Kristus sendiri. Dialah yang menjadi inisiator, dan Dialah yang membayar harga demi terjadinya pemulihan relasi antara kita dengan Dia. Ini teladan yang sangat penting bagi kita sekalian. Siapakah yang menjadi paling besar? Hendaklah dia menjadi pelayan (Mat. 23:11).
Perendahan diri Kristus tidak berakhir pada peristiwa membasuh kaki para murid. Peristiwa ini adalah simbol yang digenapi oleh seluruh hidup inkarnasi Kristus dan oleh kematian-Nya di atas kayu salib. Kematian Kristus membasuh dosa para murid, seperti air yang dipakai untuk membasuh kaki para murid membersihkan kaki mereka. Kristus merendahkan diri dengan rela mati di atas kayu salib. Tidak ada kasih dan pengorbanan yang lebih besar daripada kasih dan pengorbanan salib. Salib sangat bersifat simbolik. Siapa pun yang tergantung di kayu salib adalah pemberontak gagal yang menyatakan kebertundukan kepada otoritas kerajaan Romawi. Siapa pun yang tergantung di kayu salib adalah orang terkutuk yang ditolak Allah. Tidak ada orang yang tahu bahwa sebenarnya salib menjadi penggenapan kemenangan Sang Raja sejati, dan juga penggenapan penebusan umat Tuhan. Reputasi Kristus sebagai Sang Pemenang dan Sang Penebus menjadi genap di atas kayu salib. Tetapi hanya surga yang mengetahui hal ini. Seluruh bumi menghina Dia sebagai pemberontak gagal dan sebagai yang dikutuk Tuhan. Yesus merendahkan diri di dalam pandangan bumi, tetapi Dia setia menjalankan kehendak Allah di dalam pandangan surga. Dia memilih untuk diperkenan Allah dan membiarkan reputasi-Nya hancur sama sekali di bumi. Tetapi Allah tidak tinggal diam. Allah pada akhirnya akan membuat kehendak-Nya di surga dan di bumi menjadi sama. Kemuliaan Kristus di surga pada akhirnya akan dinyatakan juga di bumi, membungkam setiap musuh dan orang-orang yang menghina Dia. Salib adalah harga yang Yesus rela bayar karena didorong oleh tindakan kasih. Tidak ada yang memaksa Dia untuk mengambil jalan salib. Dia memang menjalankan ini oleh karena ketaatan kepada Allah, tetapi kasih-Nya juga mendorong Dia untuk menjalankannya, dan karena itu, walaupun salib adalah kehendak Bapa di surga, kita tetap dapat mengatakan bahwa salib adalah inisiatif yang Yesus sendiri ambil karena didorong oleh kasih. Kasih dan ketaatan bersatu dengan sempurna di dalam kerelaan Kristus untuk membasuh dosa melalui kematian-Nya.
Biarlah kita senantiasa mengingat hal ini ketika kita merenungkan identitas kita sebagai orang Kristen. Kita adalah umat tebusan Tuhan yang menjadi umat yang dikasihi. Karena kasih itulah Allah rela mengutus Kristus. Karena kasih itulah Kristus rela merendahkan diri dan berkorban. Kasih itu diberikan bukan ketika kita telah kembali kepada Allah. Kasih itu diberikan pada waktu kita masih memberontak. Israel adalah pelanggar Taurat, dan kita adalah orang-orang kafir. Semua adalah seteru Allah. Tetapi Allah mengasihi kita, berinisiatif mengutus Kristus kepada kita. Kristus berinisiatif merendahkan diri dan berkorban bagi kita. Pengorbanan yang diperlukan untuk membawa kita mengasihi Dia. Semua yang Yesus kerjakan adalah demi relasi kasih yang Dia tawarkan untuk kita miliki. Dia mau supaya kita di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Kasih, relasi, kesatuan dengan Allah di dalam kehidupan sehari-hari, untuk ini semualah Kristus membasuh kita. Sudahkah kita sadar akan hal ini? Apakah kita sudah mengasihi Dia? Hidup bersama Dia dengan pengenalan yang akrab dan intim? Sudahkah kita sadar akan kasih-Nya sehingga kita berespons di dalam kasih kepada Dia? Jangan jalani hidup Kristen yang kosong. Terimalah kasih Kristus yang rela berkorban, dan kasihilah Dia.