kelahiran hakim terakhir

Devotion from 1 Samuel 1:1-28
Kitab Samuel adalah catatan yang mengisahkan tentang bagaimana Tuhan memimpin umat-Nya dan memberikan seorang raja kepada mereka. Seorang yang akan menggembalakan mereka dan yang akan menjadi gambaran dari Sang Raja yang akan datang nanti, yaitu Kristus sendiri. Catatan yang mengisahkan tentang peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Israel dan mencatat nama-nama besar seperti Samuel, Saul, dan Daud. Tetapi catatan ini dimulai dengan kisah keluarga seseorang yang bernama Elkana. Nama yang tidak pernah muncul lagi setelah pasal 2. Nama yang tidak penting seandainya seorang nabi besar tidak muncul dari keluarga orang ini.
Kisah Elkana pun diwarnai dengan permasalahan kecil, yaitu persaingan antara dua istri Elkana: Hana dan Penina. Mengapa catatan agung mengenai dua raja besar Israel harus dibuka dengan permasalahan kecil dari keluarga kecil ini? Mereka bukan petinggi Israel dan permasalahan mereka pun bukan permasalahan hidup matinya bangsa Israel. Tetapi melalui permasalahan kecil dari keluarga kecil inilah Tuhan memberikan bagi Israel seorang hakim terakhir dan seorang nabi besar: Samuel. Dia adalah hakim yang akan menggantikan Eli memimpin Israel dan nabi yang akan mengurapi dua raja Israel.
Dimulai dengan kisah bahwa Hana mempunyai pergumulan berat karena dia tidak mempunyai anak. Sakit hati yang dirasakannya bertambah parah dengan tekanan kata-kata hinaan dari Penina yang membenci dia. Sampai bagian ini kita tidak melihat ada hal yang berkaitan dengan rencana Tuhan bagi Israel. Tetapi doa yang dipanjatkan Hana kepada Tuhan memberikan kaitan itu. Perhatikan ayat 11. Betapa agungnya doa perempuan ini! Dia membuka permohonannya dengan mengatakan, “YHWH Tsevaoth…” TUHAN semesta alam, atau lebih tepat: TUHAN yang memimpin pasukan besar tentara. Tuhan yang memimpin pasukan besar malaikat di surga yang tidak terhitung banyaknya. Puluhan ribu kali puluhan ribu pasukan malaikat ada di bawah perintah-Nya. Bagaimana mungkin seorang perempuan sederhana ini boleh meminta Tuhan mendengarkan keluhannya? Kadang-kadang kita lupa kalau kita sedang berdoa kepada Tuhan sang pemimpin pasukan besar malaikat. Kita berkata, “Tuhan lebih besar dari masalahku…” sambil tetap menganggap diri lebih besar dari Tuhan sehingga Tuhan dituntut untuk menyelesaikan masalah kita seperti hamba dituntut untuk menaati tuannya. Di manakah kerendahan hati kita waktu meminta? Hana tahu kepada Siapa dia berdoa, maka dia sadar bahwa dirinya tidak layak untuk datang kepada Tuhan. Itu sebabnya ketika dia memanjatkan doanya, dia meminta dengan penuh perasaan tidak layak yang digambarkan dengan kata-kata, “YHWH Tsevaoth…”
Lalu Hana memanjatkan permohonan dari pergumulan yang dia hadapi. Dengan jujur dia menyatakan semua sakit hatinya, dengan pengharapan dia memanjatkan permintaannya, dan dengan rela dia mengikat janji nazarnya kepada Tuhan. Kitab ini dengan unik memaparkan kemiripan antara kisah Hana dengan kisah Abraham. Abraham diberikan janji seorang anak dan dituntut untuk memberikannya kepada Tuhan. Hana meminta seorang anak dan berjanji akan memberikannya kepada Tuhan.i Abraham berespons dengan iman dan ketaatan, dan Hana memanjatkan doa juga dengan iman dan ketaatan. Abraham menerima apa yang dijanjikan Tuhan dan menjalankan ketika Tuhan menuntut dia mengorbankan Ishak. Hana menerima apa yang dia minta dan menjalankan apa yang dia janjikan dengan memberikan anaknya kepada Tuhan (lihat ayat 28). Kita tahu pada akhirnya bahwa Tuhan memakai anak ini menjadi seorang hakim yang besar di Israel. Kita juga tahu bahwa Tuhan memakai anak ini untuk mengurapi raja Daud, yang akan menurunkan dinasti kerajaan di mana Sang Mesias akan datang untuk memerintah di bumi. Hana memanjatkan doanya dengan iman, perasaan tidak layak, dan kerelaan untuk taat, dan Tuhan mendengar doanya.
Tuhan akan menjalankan rencana agung-Nya dengan mengangkat Daud menjadi raja. Sebelum itu terjadi, Dia mempersiapkan dahulu seorang nabi yang akan mengurapi sang raja. Nabi yang juga akan menjadi salah satu hakim besar dalam sejarah Israel. Dan nabi ini akan mengurapi raja Daud, raja yang akan memulai suatu dinasti kerajaan yang akan melahirkan Sang Raja seluruh dunia, yaitu Kristus. Mari renungkan betapa besarnya rencana Tuhan ini! Tetapi ayat 19 mengatakan Tuhan ingat kepada Hana. Tuhan memberikan Samuel sebagai respons kepada doa Hana! Sama seperti ketika Tuhan akan membebaskan Israel dari Mesir. Tuhan sudah menjanjikan rencana pembebasan ini kepada Abraham (Kej. 15:13, 14), tetapi Tuhan juga membebaskan Israel karena belas kasihan-Nya (Kel. 3:7, 8). Demikian juga dalam Kitab Samuel. Tuhan memberikan Samuel karena rencana besar-Nya untuk mendirikan suatu kerajaan bagi diri-Nya, tetapi Tuhan juga memberikan Samuel karena Dia mengingat kesusahan seorang perempuan sederhana seperti Hana. Allah bertindak sesuai dengan rencana kekal-Nya, tetapi Dia juga bertindak karena kasih sayang-Nya kepada umat-Nya.
Mari kita terus memperbarui hati kita dengan firman Tuhan dan mengingat ketiga hal di bawah ini:
1. Allah yang besar dan berkuasa tetap rela memandang kepada kehidupan umat-Nya secara individu dan memperhatikan mereka. Bahkan seluruh rencana Allah dijalankan oleh-Nya di dalam sejarah karena belas kasihan-Nya kepada umat-Nya. Renungkanlah hal ini! Tuhan tidak pernah menihilkan kehidupan pribadi dari anak-anak-Nya meskipun kita hanya satu dari milyaran orang di dunia ini dan meskipun kita begitu kecil dibandingkan dengan segala hal besar yang Tuhan telah kerjakan, dan begitu remeh dibandingkan dengan semua orang besar yang Tuhan telah munculkan.
2. Tuhan mengingat kita, maka biarlah kita pun mengingat siapa Tuhan. Dia menguasai seluruh alam semesta. Seluruh pasukan malaikat senantiasa sujud menyembah pada-Nya. Seluruh bumi akan sujud kepada Dia. Siapakah kita? Mari dengan rendah hati datang kepada Tuhan. Mari dengan rendah hati menjalani hidup di hadapan Tuhan. Mari berjanji mulai hari ini untuk senantiasa bersyukur untuk Tuhan yang rela memperhatikan kita yang tidak berarti ini. Mari juga belajar untuk hormat kepada Dia, takut akan Dia, dan tidak lagi sembarangan dalam berelasi dengan Dia, baik dalam perkataan, perbuatan, dan seluruh hal yang kita jalani pada hari ini dan seterusnya.
3. Menjalankan janji kepada Tuhan yang ada di surga. Seorang anak yang telah lama didambakan pasti mendapatkan tempat sangat istimewa di hati ibunya. Tetapi janji kepada Tuhan tetap lebih utama. Hana taat menjalankan janjinya, maka anaknya pun diberikan kepada Tuhan dan seumur hidupnya menjadi milik Tuhan. Kitab Pengkhotbah mengajarkan keharusan untuk melaksanakan janji sebagai syarat takut akan Allah (Pkh. 5:1-6). Ingatlah untuk mempersembahkan kepada Tuhan apa yang memang harus dipersembahkan kepada Dia. Yang pernah berjanji kepada Tuhan, di manakah kesetiaanmu menjalankan yang engkau janjikan itu? Yang ingin berjanji kepada Tuhan, tahukah engkau bahwa pada saat engkau mengucapkan janji kepada Tuhan, apa yang engkau janjikan sudah tidak lagi menjadi milikmu? Entah itu uang, waktu, pekerjaan, pelayanan, maupun seluruh hidupmu. Jika engkau sungguh-sungguh, nyatakanlah janjimu kepada Allah dan taat kepada apa yang telah engkau janjikan!