Devotion from Yohanes 19:23-30
Karya Yesus Kristus di bumi mencapai puncaknya pada peristiwa penyaliban-Nya. Yohanes menegaskan ini dengan memberikan catatan mengenai genapnya dua bagian dari Kitab Suci yang menubuatkan kematian Yesus Kristus. Bagian pertama adalah Mazmur 22:17-19. Tentara Romawi menusuk tangan dan kaki Yesus, dan mereka mengambil pakaian Dia dan mengundi siapa yang akan membawa pulang jubah-Nya. Yesus mengalami penderitaan yang dialami oleh Pemazmur. Pemazmur mengalami penderitaan yang sangat oleh karena musuh-musuhnya. Dia dibuat tidak berdaya dengan kaki dan tangan yang ditusuk. Dia juga dibuat habis dengan tidak lagi memiliki apa pun. Bahkan pakaian yang melekat di tubuhnya pun diambil semua. Mazmur 22 bercerita tentang orang yang menderita walaupun dia berserah kepada Tuhan. Dia dikalahkan musuh-musuhnya, dihina, dibuat menjadi bahan tertawaan, ditelanjangi, disiksa. Di tengah segala keadaan ini, Pemazmur tetap berserah kepada Allah, percaya kepada Allah, dan berseru kepada Allah. Dan pada waktu yang tepat, Allah mendengar seruannya. Ini membuat dia menyerukan kemuliaan Tuhan sehingga seluruh bumi meninggikan nama Tuhan. Kematian Yesus diparalelkan dengan Mazmur 22 karena tidak ada yang bisa menggambarkan dengan tepat keadaan Mazmur 22 lebih daripada kematian dan kebangkitan Yesus. Dia menjalani segala hal buruk yang dialami Pemazmur, dan melalui Dia juga segenap bumi akan datang menyembah Tuhan. Tetapi, sebelum waktu Tuhan tiba untuk membebaskan Yesus, Dia terlebih dahulu harus mengalami penderitaan yang sangat hebat ini.
Di dalam Mazmur 22:17 Pemazmur mengalami keadaan ditaklukkan oleh musuh-musuhnya. Dia dibuat takluk dan tidak berdaya seperti orang yang ditusuk tangan dan kakinya. Hal ini digenapi oleh penyaliban Yesus Kristus secara literal. Yesus benar-benar ditusuk tangan dan kaki-Nya. Dia juga sepertinya mengalami penaklukkan, dikalahkan oleh musuh-musuh-Nya. Jika Tuhan menyertai orang yang Dia perkenan dan kasihi, apakah mungkin jika Dia membiarkan orang yang Dia kasihi itu ditaklukkan musuh-musuhnya? Inilah pergumulan Pemazmur. Dia menantikan Tuhan, berserah kepada Tuhan. Ketika orang-orang meragukan penyertaan Tuhan baginya, Pemazmur tetap beriman akan penyertaan Tuhan dan memanjatkan doanya hanya kepada Tuhan. Dengan berat dia bergumul karena keadaannya semakin parah, semakin lemah, semakin hancur. Semua yang memusuhinya seperti mendapatkan penyertaan surga dan dia pun ditaklukkan oleh mereka. Tuhan Yesus mengalami semua ini. Dia diserahkan oleh Allah ke dalam tangan bangsa-bangsa asing, dan mereka memaku tangan dan kaki-Nya. Mereka menghancurkan Dia dan membiarkan Dia mati perlahan-lahan dengan luka di tangan dan kaki yang tertusuk paku. Inikah orang yang disertai Tuhan itu? Inikah Dia yang diperkenan dan dikasihi Allah? Inikah orang yang begitu dekat dengan Allah sehingga menyebut Dia Bapa-Nya sendiri? Tetapi Dia dipaku di atas kayu salib di dalam kehendak Allah. Kasih-Nya kepada Bapa-Nya membuat Dia menggenapi kehendak Bapa-Nya dan menantikan waktu ketika Bapa membangkitkan orang-orang di bumi untuk datang dan menyembah Dia.
Selain itu, seperti di dalam Mazmur 22, Yesus Kristus juga dibuat menjadi miskin. Dia yang menciptakan segala sesuatu sekarang rela kehilangan segala sesuatu. Dia tidak datang ke dalam dunia untuk menikmati segala harta duniawi. Dia siap kehilangan segalanya ketika waktunya tiba. Salib telah menjadi kekuatan orang-orang Kristen untuk menang atas ketamakan dan gila harta, sebab Sang Raja yang kita sembah dan teladani menggenapi pekerjaan Allah bukan karena apa yang Dia miliki, tetapi karena apa yang Dia korbankan. Yesus mengorbankan kemuliaan-Nya dan harta-Nya, sampai pada seluruh pakaian-Nya. Tetapi melalui itu justru Dia mendapatkan kemuliaan yang lebih besar, bahkan mendapat jubah yang menyatakan kemuliaan-Nya yang mengatasi segala sesuatu (Why. 19:16). Di salib itulah Dia berserah kepada Bapa-Nya, menantikan waktu Allah untuk menyatakan kemenangan-Nya, dan dengan sabar menjalani segala keadaan, bahkan ketika tangan dan kaki-Nya dipaku dan pakaian-Nya dilucuti. Tanpa kemuliaan dan tanpa harapan. Dan dari tempat tanpa kemuliaan dan tanpa harapan inilah, kemuliaan langit dan bumi yang baru bangkit, dan harapan damai sejahtera sejati muncul. Dari gelap terbitlah terang. Dari salib terbitlah kemuliaan. Dari sengsara menuju kematian bangkitlah hidup baru di dalam damai sejahtera Allah.
Bagian kedua yang digenapi adalah Mazmur 69:9 dan 22. Mazmur 69, sama seperti Mazmur 22, juga berbicara tentang penderitaan orang benar di tangan musuh-musuhnya. Sama seperti Mazmur 22, Mazmur 69 juga bercerita tentang ucapan syukur karena kemenangan yang mengatasi segala penderitaan itu. Ucapan syukur yang akan membawa seluruh bumi menyembah Tuhan. Tetapi di dalam Mazmur 69 ini ada dua jenis sengsara yang tidak terdapat di dalam Mazmur 22, yaitu keadaan terasing dan terpisah dari keluarganya sendiri (ay. 9) dan keadaan dihantam oleh penghibur-penghibur palsu (ay. 22). Yesus terpisah dari keluarga-Nya sendiri. Siapakah keluarga-Nya? Ibu-Nya yang berdiri dekat salib, dan murid yang dikasihi-Nya yang berdiri dekat ibu-Nya. Yesus Kristus menjadi terasing dan terpisah dari mereka. Tentu saja Dia terpisah dari mereka bukan karena mereka membenci Dia. Dia terpisah dari mereka karena Dia sedang menjadi orang yang terhukum demi mereka. Dia menanggung apa yang tidak perlu ditanggung oleh keluarga-Nya, tetapi apa yang Dia tanggung justru menyatukan orang-orang yang mengenal dan percaya kepada-Nya sebagai keluarga. Yesus menyatakan kalimat penting di atas kayu salib, yaitu “hai perempuan, inilah anakmu” kepada ibu-Nya sendiri, dan “inilah ibumu” kepada murid yang dikasihi-Nya. Ini merupakan penggenapan yang indah dari Mazmur 69:9. Jika Mazmur 69:9 berbicara tentang perpisahan yang menyedihkan dan tanpa pengharapan, maka kalimat Yesus menyatakan bahwa ada harapan di dalam ayat itu. Ada harapan akan berkat bagi keluarga-Nya karena keterpisahan-Nya dari mereka. Ketika Dia menyatukan ibu-Nya dengan murid-Nya, Dia sedang menyatakan suatu simbol bahwa semua orang yang percaya kepada-Nya akan disatukan menjadi keluarga karena Dia pernah terpisah dari mereka di atas kayu salib. Yesus memberikan berkat dengan memanggil semua orang menyembah Tuhan sebagai komunitas yang dekat dan saling mengasihi. Komunitas yang berelasi seperti sebuah keluarga, namun mencakup seluruh bumi. Inilah gereja Tuhan. Komunitas besar yang tersebar ke seluruh dunia, namun (seharusnya) mengasihi seperti keluarga yang saling mengasihi. Ini semua bisa terjadi karena Dia yang tersalib pernah menjadi asing bagi keluarga-Nya sendiri. Dia pernah harus terpisah dari saudara-saudara-Nya dan ibu-Nya sendiri.
Hal terakhir yang dicatat di bacaan hari ini adalah penggenapan Mazmur 69:22. Ayat ini bercerita tentang keadaan menderita yang sangat besar, karena di saat Pemazmur kehausan, penolongnya malah memberi anggur asam. Minuman itu hanya akan membuat penderitaannya semakin parah. Dia menjadi begitu kesakitan karena musuh-musuhnya mengambil kesempatan untuk membuat penderitaannya semakin parah dengan berpura-pura menolongnya. Racun dan anggur asam menjadi jalan keluar palsu untuk penderitaan yang sedang ditanggungnya. Ini pun dialami oleh Yesus Kristus. Dia menjadi orang yang kehausan di atas kayu salib, dan orang-orang memberi-Nya anggur asam. Ini juga sebuah simbol yang sangat menggentarkan. Di dalam Kitab Yesaya, anggur asam menjadi gambaran akan ketidaksetiaan Israel kepada Allah. Allah menginginkan anggur yang baik dari kebun anggur-Nya, yaitu Israel, tetapi Israel hanya memberikan anggur asam saja (Yes. 5:2). Kemudian, jika kita melihat istilah theologi Yohanes dalam Kitab Wahyu, anggur sering dipakai sebagai gambaran murka Tuhan. Anggur murka menjadi istilah yang penuh dengan paradoks, karena anggur juga merupakan pernyataan berkat Tuhan bagi umat-Nya. Demikian juga ketika Yesus haus, ini mengingatkan kita akan Mazmur 69:22. Yesus haus, dan cawan anggur asam diberikan kepada-Nya. Kehausan-Nya menjadi simbol akan kesediaan untuk menerima murka Tuhan, dan cawan anggur asam yang diberi untuk diminum-Nya menjadi simbol tentang apa yang sebenarnya sedang Dia lakukan di atas kayu salib. Dia sedang menerima murka Allah oleh karena ketidaksetiaan manusia. Umat Israel yang menghina Tuhan dan memberontak terhadap Taurat, maupun bangsa-bangsa kafir yang menolak Tuhan dan memberontak terhadap hati nurani, sekarang diberikan kesempatan untuk kembali kepada Allah melalui Dia yang memikul pemberontakan mereka dan menanggung hukumannya. Cawan murka Allah karena anggur asam yang dihasilkan Israel diterima oleh Yesus Kristus. Yesus Kristus memberikan segalanya di atas kayu salib. Dia memberikan segala yang Dia miliki, bahkan seluruh pakaian yang masih tersisa pada-Nya. Dia merelakan diri-Nya terpisah dan terasingkan dari keluarga dan saudara-saudara-Nya. Dia memberikan tubuh-Nya untuk dipaku. Dan Dia memberikan semuanya ini sebagai cara untuk meminum cawan murka Allah bagi penebusan dosa umat-Nya.