Devotion from Yohanes 19:12-22
Setelah mendengar jawaban Yesus tentang siapa diri-Nya, Pilatus semakin terdesak untuk membebaskan Dia. Dia didesak untuk membebaskan Yesus oleh hati nuraninya dan rasa takut kepada surga dan siapa pun yang bertakhta di sana. Pilatus tahu bahwa Yesus tidak bersalah, dan dia mulai berpikir bahwa Yesus kemungkinan adalah Raja yang datang dari surga. Tetapi dia juga didesak oleh suara massa yang keras dari luar tempat pengadilan. Massa yang semakin banyak berkumpul dan berteriak mendesak Pilatus untuk menyalibkan Yesus. Satu kalimat saja dari Pilatus untuk menyetujui keinginan orang banyak, maka Yesus akan mati. Siapakah yang akan tanggung kematian seorang yang kemungkinan besar adalah utusan surgawi untuk menjadi raja orang Yahudi? Siapa sanggup tanggung dosa sedemikian besar? Semua pikiran ini membuat dia terdesak. Di dalam keterdesakan ini akhirnya dia menyerah kepada massa. Orang banyak terus berteriak mendesak dia, bahkan mengancam karier politiknya (ay. 12). Mendengar perkataan orang banyak itu Pilatus menghadapkan Yesus ke luar kepada mereka. Sang Raja yang menggenapi Mazmur 2 sekarang diperkenalkan kepada umat Tuhan. Tetapi narasi ini sangat bersifat sindiran. Sindiran yang menunjukkan betapa jauhnya Israel telah menolak Tuhan. Mereka menggenapi Mazmur 2 sebagai kelompok orang yang ingin memberontak melawan Tuhan dan Raja yang diurapi-Nya! Sang Raja dihadapkan kepada mereka, dan mereka berseru sekuat-kuatnya: “Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” Inikah seruan untuk menyambut Raja yang dikirim Tuhan untuk pemulihan Israel? Betapa gelap dan rusaknya hati umat Tuhan! Dia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya (Yoh. 1:11). Israel menolak Tuhan dan menyembah berhala. Itu membuat mereka dibuang ke Babel. Sekarang mereka akan dipulihkan oleh Tuhan, dan Tuhan mengirim Raja mereka bagi mereka. Kembali mereka menolak Tuhan dengan membenci dan ingin membunuh Sang Raja yang ditentukan bagi mereka. Kisah ini bertambah ironis karena ada pemerintah bangsa asing yang tetap berkeras menyatakan Yesus sebagai Raja. Pilatus membela Yesus, tetapi tetap dengan hati yang berpaut pada karier politiknya. Dia ingin membebaskan Yesus, tetapi rakyat banyak mendesak dia untuk menyalibkan Yesus. Sekarang dia ingin lari dari semua ini, menyerahkan Yesus ke orang banyak dan membebankan tanggung jawab sebagai hakim kepada rakyat banyak.
Maka Pilatus pun duduk di kursi pengadilannya. Ini adalah tanda bahwa keputusan sudah dibuat dan akan diumumkan kepada rakyat banyak. Pilatus duduk dan dia menyuruh membawa Yesus keluar. Tetapi di saat Pilatus seharusnya mengumumkan keputusannya, dia malah mengumumkan Yesus sebagai Raja Israel. Betapa ironisnya perkenalan ini! Pemimpin asing yang menjajah Israel memperkenalkan Raja Israel kepada Israel di tempat pengadilan, di mana Sang Raja Israel dituduh pengkhianat dan rakyat Israel berteriak meminta supaya Dia dihukum mati. Apakah Pilatus memperkenalkan Yesus dengan maksud mempermain-mainkan Dia? Tidak. Bagian selanjutnya mencatat Pilatus tetap berkeras memperkenalkan Yesus sebagai Raja orang Yahudi. Ayat 8 dan 12 menunjukkan perasaan takut yang dimiliki Pilatus kepada Yesus. Mungkin Pilatus mendengar tentang pengharapan Israel bahwa Raja mereka, Sang Mesias, akan dikirim Allah dari surga. Dan mungkin ini juga yang menyebabkan dia takut kepada Yesus. Tanpa komentar Yohanes di ayat 8 dan 12 tentu kita melihat Pilatus sedang mempermain-mainkan orang-orang Yahudi dan membuat mereka menerima otoritas Romawi yang sedang menyalibkan Raja orang Yahudi. Tetapi ayat 8 dan 12 membuat kita mengerti bahwa Pilatus sedang dipakai Tuhan untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi tanpa disadari oleh Pilatus sendiri. Haruskah Rajamu disalibkan? Tidakkah kamu mau menerima Rajamu? Kesalahan apa yang ada pada Dia sehingga Dia harus kamu matikan? Semua ini menjadi seruan Tuhan melalui mulut perwakilan penguasa Romawi itu. Penguasa dunia ini menjadi tanda penghakiman bagi seluruh Israel. Jika orang Romawi saja segan dan gentar kepada Raja orang Yahudi, mengapa orang Yahudi sehati berteriak menolak Dia?
Inilah saat dosa menunjukkan taringnya yang kuat menancap pada umat Tuhan. Dosa sudah menaklukkan mereka, membutakan mata mereka, dan membuat hati mereka tertutup untuk Tuhan. Mereka membiarkan benci menguasai hati mereka, dan mereka membiarkan keangkuhan menguasai penafsiran mereka akan firman Tuhan. Cengkraman dosa begitu kuat sehingga mereka tidak bisa melihat kuasa dan kemuliaan Allah di dalam Yesus Kristus. Sang Anak Allah menjadi manusia dan datang untuk menjadi Raja mereka, tetapi mereka terlalu buta untuk melihat Dia. Nabi-nabi telah menubuatkan ini semua di dalam Kitab Suci mereka, tetapi kesombongan menjadi selubung yang menghalangi mata mereka untuk melihat terang dan kebenaran. Bagaimana mungkin ada harapan bagi Israel? Kalau hati mereka telah demikian keras, sehingga anugerah Allah tidak bisa mereka lihat sama sekali. Bahkan Pilatus pun merasakan kegentaran yang besar ketika mendengar kalimat-kalimat Yesus. Mengapa orang-orang Yahudi sama sekali tidak tergerak? Benar-benar tidak ada harapan bagi umat Tuhan. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah memusnahkan mereka dari hadapan Tuhan. Pembuangan Tuhan, yang pernah menimpa mereka sehingga mereka dihancurkan Babel, harus dibawa sampai pada puncak, yaitu mereka harus ditinggalkan Tuhan dengan total. Tuhan seharusnya memalingkan wajah-Nya dari mereka. Tuhan seharusnya membiarkan mereka dipermainkan tentara-tentara asing, seperti dahulu tentara-tentara Babel mempermain-mainkan mereka. Tuhan seharusnya mempermalukan mereka dan mempertontonkan mereka di depan bangsa-bangsa lain, sehingga setiap orang yang lewat puing-puing Yerusalem akan tertegun dan menghina kehancuran Israel. Tuhan seharusnya memalingkan wajah-Nya dari mereka dan mengabaikan seruan mereka. Tuhan seharusnya menyerahkan mereka ke dalam kuasa maut. Dan persis inilah yang Tuhan lakukan. Tetapi Tuhan timpakan hukuman ini kepada Dia yang mengaku sebagai Raja orang Yahudi. Benarkah Yesus Raja orang Israel? Ya. Apakah buktinya? Buktinya ialah Dia mewakili seluruh Israel memikul pembuangan Tuhan yang ditimpakan-Nya kepada Israel. Dia menjadi kepala mereka yang mewakili mereka di dalam kemuliaan mereka, tetapi Dia juga menjadi kepala mereka yang mewakili mereka di dalam kehinaan dan kehancuran mereka. Yesus mengalami pembuangan Allah bagi Israel!
Lihatlah, Allah memalingkan wajah-Nya dari Yesus. Lihatlah, Dia dipermain-mainkan oleh tentara-tentara Romawi, seperti dahulu tentara-tentara Babel mempermain-mainkan umat-Nya. Lihatlah betapa Dia dipermalukan dan menjadi tontonan banyak orang. Setiap orang yang lewat akan tertegun dan menghina Dia. Lihat bagaimana Allah memalingkan wajah-Nya dari Yesus dan mengabaikan seruan-Nya, “Allah-Ku, Allah-Ku! Mengapa Engkau menginggalkan Aku?” Lihatlah bagaimana Dia diserahkan ke dalam kuasa maut dan dibiarkan mati di atas kayu salib! Inilah Israel di pembuangan yang puncak! Inilah puncak penolakan Tuhan bagi umat-Nya, dipikul oleh Sang Raja yang terus menerus mereka tolak! Oh, Israel, lihat keselamatanmu tiba, karena Rajamu telah menanggung semuanya bagimu. Keselamatan yang terjadi, pemulihan umat Tuhan, akhirnya menjadi genap karena pembuangan telah tiba pada titik puncaknya. Ketika umat Tuhan menolak Sang Raja, Sang Raja diam dan menerima semuanya. Ketika mereka berteriak, “tidak ada Tuhan selain Kaisar!” dengan hati yang hancur Dia membiarkannya. Ketika mereka berteriak dengan suara keras dan penuh amarah, “enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!” Dia tetap tenang. Yesus tidak merasakan takut karena suara menggelegar dan penuh kemarahan dari orang banyak. Dia merasa kesedihan yang sangat mendalam karena ditolak oleh umat-Nya. Tetapi Dia tahu satu hal, bahwa semua ini terjadi oleh karena kehendak Bapa-Nya di surga. Bapa-Nya di surga hendak meremukkan Israel dengan kesakitan, dan ini akan ditimpakan-Nya kepada Dia seorang. Ini dilakukan karena kasih. Kasih yang memulihkan. Kasih yang mengumpulkan kembali anak-anak Tuhan yang tercerai-berai. Bukan hanya mengumpulkan Israel dari pembuangan, tetapi juga semua domba-domba Tuhan dari seluruh dunia. Maka, di tengah-tengah teriakan kebencian dari orang banyak, dan seruan putus asa Pilatus yang mencoba membela-Nya, Yesus dengan tenang memanjatkan doa-Nya kepada Allah-Nya, “Jadilah kehendak-Mu.”