Devotion from Yohanes 21:1-14
Orang Yahudi memiliki pengertian eskatologis, atau akhir zaman, yang berkait dengan makan bersama. Tuhan mengundang makan umat pilihan-Nya, menikmati perjamuan bersama dengan Dia, para nabi, Abraham, Ishak, Yakub, dan Sang Mesias. Kitab 2 Makabe mengatakan bahwa di zaman akhir Israel – yang dipulihkan Tuhan – akan diberi makan roti dari surga. Roti Surga ini adalah makanan surgawi. Yesus Kristus memakai pengertian ini untuk menyatakan bahwa Dialah Roti Surga yang memberi hidup yang kekal. Makanan kekal untuk orang-orang yang memperoleh hidup kekal. Pada waktu Allah memulihkan seluruh bumi bagi kerajaan-Nya, pada waktu itulah Israel akan menikmati perjamuan bersama dengan Tuhan, memakan manna surgawi yang akan Tuhan berikan. Pada waktu itu seluruh janji Tuhan menjadi genap dengan sempurna. Tuhan Yesus juga mengajarkan bahwa pada zaman akkhir, bangsa-bangsa lain akan duduk makan bersama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub (Mat. 8:11). Makan bersama menandakan persekutuan yang sangat erat, keakraban, dan memiliki simbol akhir zaman yang sangat penting bagi Israel. Itulah sebabnya ada larangan keras bagi orang Israel untuk makan bersama-sama dengan bangsa lain. Persekutuan di meja makan menjadi sesuatu yang bersifat eskatologis, berkait dengan akhir zaman.
Jika direnungkan, pengertian akhir zaman yang berkait dengan jamuan makan, pesta pernikahan, perayaan, sangat menekankan relasi. Kerajaan Allah tidak berisi orang-orang yang berkumpul tetapi tidak berkomunitas di dalamnya. Perkumpulan tidak tentu menjadi persekutuan yang penuh kasih. Kerajaan Allah terdiri dari orang-orang yang dikasihi Allah, mengasihi Allah, dan saling mengasihi. Ada keakraban, menikmati kehadiran satu dengan lain, dan berbagi berkat dengan penuh sukacita. Inilah gambaran akhir zaman dari orang Israel. Akhir zaman bukanlah masa penghukuman besar bagi mereka. Akhir zaman bukanlah hal yang perlu ditakuti bagi umat Tuhan, sebab justru pada waktu itulah Tuhan membagikan meja perjamuan-Nya untuk umat-Nya. Semua yang mendapat bagian di dalam Allah akan menikmati kehadiran Allah di tengah-tengah jamuan makan mereka.
Demikian juga ketika Yesus Kristus bangkit dan berjumpa kembali dengan murid-murid-Nya di dalam pasal 21 ini. Dia menantikan para murid pulang dari menjala ikan. Mereka adalah para nelayan yang kembali melanjutkan rutinitas yang mereka miliki sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus. Mereka menangkap ikan, tetapi setelah berusaha semalam-malaman, mereka tidak mendapatkan apa pun. Ketika siang hari, Yesus berdiri di tepi danau dan memerintahkan mereka untuk menebar jala ke arah yang Dia tentukan. Para murid mendengar dan mereka menangkap banyak ikan, begitu banyak tetapi jala mereka tidak robek. Ini mengingatkan mereka dengan peristiwa ketika mereka pertama kali dipanggil untuk mengikut Yesus (Luk. 5). Tuhan Yesus menyediakan ikan bagi mereka. Tuhan Yesus menyediakan segala keperluan murid-murid-Nya. Dahulu demikian, sekarang pun demikian. Tuhan Yesus mengasihi mereka dan memberikan kepada mereka apa pun yang mereka perlukan sehingga mereka tidak kekurangan. Tuhan menyediakan makanan untuk mengundang mereka masuk ke dalam perjamuan-Nya.
Petrus segera terjun untuk menjumpai Yesus. Para murid yang lain pun menyusul dia untuk berjumpa Yesus sambil membawa hasil tangkapan yang luar biasa. Mereka tahu bahwa orang yang mengundang mereka untuk makan bersama itu adalah Yesus. Di tengah-tengah perasaan kagum, takut, sukacita, dan takjub, mereka sekarang dibawa masuk ke dalam suatu keadaan yang penuh makna simbolik. Makan bersama-sama dengan Sang Mesias! Kerajaan Allah sudah dinyatakan, siap untuk memulihkan bumi. Sang Raja sudah bangkit, sudah menang, dan sekarang mengundang para murid masuk ke dalam sukacita perjamuan bersama dengan Allah dan Mesias-Nya.
Mereka menikmati makan bersama dengan Yesus. Yesuslah yang menyediakan makanan mereka, menyediakan roti dan ikan untuk dimakan bersama dengan mereka. Peristiwa ini menjadi pernyataan yang sangat indah bahwa kita selamanya berada di dalam perjamuan bersama Yesus. Kita senantiasa berada di dalam kemenangan, dan pengharapan akhir zaman di mana akan ada komunitas yang penuh kasih berkumpul, dengan Sang Mesias hadir di tengah-tengah mereka merupakan pengharapan yang pasti. Bukan saja pasti karena Allah telah menjanjikan-Nya, tetapi pasti karena Allah sudah menggenapinya dan akan membawanya kepada kesempurnaan ketika Yesus Kristus datang kedua kalinya nanti. Inilah yang kita rayakan di dalam Perjamuan Kudus. Kita sedang bersama dengan Tuhan menikmati jamuan yang menjadi simbol persekutuan kita dengan Yesus Kristus. Persekutuan yang senantiasa kita nikmati, bukan hanya di dalam sisi rohani, tetapi juga secara fisik. Namun, selain persekutuan dengan Kristus, kita pun senantiasa diingatkan tentang kehadiran umat tebusan Allah yang lain, yang juga menikmati makan bersama dengan Sang Mesias, bersama-sama dengan kita. Inilah berkat yang Tuhan bagikan kepada umat-Nya. Persekutuan yang indah dengan Kristus Sang kepala, dan bersama dengan orang-orang percaya, sebagai tubuh Kristus. Kenikmatan berada di dalam persekutuan inilah yang senantiasa menjadi berkat Tuhan bagi gereja-Nya. Saling mengasihi, menikmati keakraban berbagi meja perjamuan, menikmati mengagumi Kristus, menikmati firman-Nya, menikmati saling menguatkan dan dikuatkan untuk menjalankan panggilan di dalam Kerajaan-Nya, semua ini adalah berkat yang sangat indah. Bukan tanpa alasan Yohanes mencatat peristiwa ini sebagai bagian yang sangat penting dari akhir Injil-Nya. Injil-Nya diakhiri dengan “perjamuan eskatologis”, makan bersama yang melambangkan kedatangan akhir zaman. Dan sambil menantikan akhir, yaitu ketika Yesus Kristus datang kembali kedua kalinya, kita semua diberikan anugerah yang limpah, yaitu persekutuan dengan Yesus Kristus melalui Roh Kudus-Nya, dan persekutuan yang penuh damai sejahtera dengan tubuh Kristus, yaitu orang-orang percaya.