Devotion from Yohanes 18:1-9
Yohanes mencatat bagian yang sangat penting dari peristiwa penangkapan Yesus Kristus. Yesus Kristus ditangkap karena waktunya sudah tiba dan dengan segenap hati Dia menjalankan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya. Dia tidak melarikan diri, dan Dia juga tidak menggunakan apa yang Dia miliki untuk lepas dari pergumulan menjalankan kehendak Bapa. Yesus Kristus sekarang berhadapan dengan para penguasa dunia ini (Yoh. 14:30-31), tetapi penguasa dunia ini tidak memiliki kuasa apa pun atas diri-Nya. Penguasa dunia ini menjalankan kuasanya dengan penuh kebobrokan. Dosa-dosa seperti kepentingan diri, keserakahan, kebencian, kekuatan, kesombongan, pembunuhan, kelicikan, fitnah, dan segala hal yang dilakukan atas nama kekuasaan menjadi lumrah di dalam menjalankan kuasa. Dunia dicengkram dengan kuasa yang dijalankan dengan cara-cara itu, dan kekuasaan dicengkram oleh dosa-dosa tersebut dengan sangat kuat. Sepertinya tidak ada jalan keluar. Ketika penguasa dunia ini menunjukkan diri, segala kebobrokan dosa yang menyertainya muncul dan tidak ada yang dapat membebaskan diri dari kuasanya.
Tetapi kekuasaan diberikan oleh Tuhan. Penguasa diangkat oleh Tuhan. Tuhan memberikan otoritas dan kedudukan-Nya untuk memerintah demi menjalankan kasih setia, kebenaran, dan keadilan-Nya atas bumi ini. Dia mengangkat manusia untuk memerintah atas bumi. Dia juga mengangkat raja-raja untuk menyatakan kebenaran dan Dia akan menghakimi raja-raja berdasarkan tugas yang Dia berikan kepada mereka untuk menyatakan kebenaran, kesetiaan, dan keadilan-Nya (Mzm. 2; Mzm. 82). Tuhanlah Raja yang sejati. Dialah yang memerintah di atas bumi. Dialah yang berkendaraan di atas kerub memimpin pasukan malaikat yang tidak terhitung banyaknya. Dialah yang bertakhta atas langit, dan milik Dialah bumi. Dialah yang mengangkat para raja dan yang akan mendudukkan Sang Raja pilihan-Nya di atas takhta-Nya.
Meskipun para raja diangkat oleh Tuhan, dan pemerintah dipilih-Nya untuk menjadi alat-Nya menjalankan keadilan (Rm. 13:1-4), tetapi Tuhan telah menetapkan seorang Raja, yaitu Anak-Nya yang tunggal, untuk mengambil alih pemerintahan di bumi. Semua pemerintah bersifat sementara. Hanya Sang Anak yang akan kekal selamanya. Sang Anak ini disebut dengan Anak Daud, Anak Allah, yang takhta-Nya tidak berkesudahan. Inilah Allah yang menjadi manusia itu, Firman yang menjadi daging, berdiam bersama dengan manusia dan menjadi wakil Allah yang sejati untuk memimpin manusia ke dalam kasih setia, kebenaran, dan keadilan Allah. Allah akan menghakimi para raja melalui Dia. Allah akan menyatakan kuasa-Nya melalui Dia. Allah juga akan mengumpulkan kembali umat-Nya untuk dikasihi dan digembalai oleh-Nya. Jika demikian, Kristus – yang adalah Raja yang telah dipilih Allah itu – hadir di dunia ini untuk menjadi Raja (Yoh. 18:37). Dialah yang akan membatalkan semua kekuasaan yang korup, menghakimi mereka, dan menggantikan mereka memerintah demi kasih setia, kebenaran, dan keadilan Allah. Dia tidak tunduk kepada pemerintahan mana pun, sebab seluruh pemerintah seharusnya tunduk kepada Dia. Dia tidak berada di bawah kuasa siapa pun, sebab segala kuasa ada di bawah kaki-Nya. Dia bukanlah manusia yang ada di dunia untuk tunduk kepada manusia lain. Dialah Sang Anak Manusia yang menerima takhta-Nya dari Allah di surga. Kebertundukan-Nya hanya diberikan kepada Allah, Bapa-Nya, dan tidak kepada yang lain. Dia tidak pernah akan menundukkan diri-Nya kecuali kepada Bapa dan kehendak-Nya. Dan sekarang telah tiba saatnya untuk Dia menggenapi kehendak Bapa-Nya di surga dan ditundukkan ke kuasa dunia ini untuk menebus umat-Nya. Umat-Nya sementara ini sedang dibelenggu oleh kuasa dunia ini, dan Dia datang untuk menjadi kepala atas mereka, mewakili mereka, mengambi posisi mereka, dan ditundukkan kepada kuasa dunia ini atas kehendak Bapa demi menebus mereka.
Inilah yang sedang digambarkan di dalam peristiwa penangkapan Yesus. Sepasukan tentara dan penjaga Bait Allah telah tiba di tempat Yesus berada. Pasukan dunia ini berjumpa dengan Sang Raja yang diangkat oleh Allah. Ini perjumpaan yang sangat menarik. Dunia ini memutuskan untuk mengangkat senjata dan berperang melawan Sang Raja yang dilantik oleh Allah. Di dalam pandangan surga sejumlah tentara ini terlalu kecil untuk menjadi lawan dari pasukan bala tentara Allah. Pasukan ini bahkan terlalu kecil untuk melawan satu saja dari malaikat di dalam pasukan tentara Allah. Tetapi pemandangan yang terlihat di bumi sangat berbeda. Yesus dan kesebelas murid-Nya terlihat sangat kecil. Mereka hanyalah sekumpulan kecil manusia yang didatangi sekelompok tentara bersenjata. Siapakah yang memiliki kekuatan? Dunia ini? Ataukah Yesus dan murid-murid-Nya? Jawaban atas pertanyaan ini sangat bergantung kepada sudut pandang dari yang akan memberikan jawaban. Jika yang menjawab hanya memiliki sudut pandang dunia, maka dia akan menjawab bahwa dunia inilah yang memiliki kekuatan, sedangkan Yesus dan murid-murid-Nya hanyalah sekelompok kecil orang yang akan dihancurkan oleh kekuatan dunia ini. Tetapi jika yang menjawab mengerti sudut pandang surga, maka dia akan melihat ketenangan, kesetiaan, dan kesabaran Allah yang Mahakuasa menyatakan kekuatan-Nya di dalam kelemahlembutan, kasih, dan pengampunan. Sudut pandang surgawi akan melihat pasukan malaikat dan kekuatan yang luar biasa besar ada di belakang Kristus. Inilah sudut pandang Yohanes. Yohanes melihat dengan jelas hal ini dan mencatatkannya bagi kita agar kita tidak salah mengambil sudut pandang.
Yesus, ketika berhadapan dengan tentara dari dunia ini, langsung mengajukan pertanyaan, “siapakah yang kamu cari?” Pertanyaan sangat menentukan otoritas. Perhatikan bahwa bukan para tentara yang lebih dahulu bertanya, “yang manakah Yesus dari Nazaret?” Yesus yang lebih dahulu bertanya kepada mereka. Di dalam kebudayaan Yahudi, pertanyaan menunjukkan otoritas. Ketika kuasa dunia ini berhadapan dengan Yesus, Yesuslah yang memiliki otoritas atas mereka. Ketika di dalam Pengadilan Agama Yesus diam dan para hakim dan pemimpin agama menanyai Dia, pada waktu itu tersembunyi suatu hikmat yang sangat dalam. Suatu pelajaran penting bahwa Dia yang memiliki otoritas membiarkan diri-Nya ditundukkan kepada otoritas lain demi menebus umat-Nya dan menyatakan otoritas-Nya, yaitu otoritas karena tunduk kepada Allah Bapa. Tetapi gambaran ketika Yesus ditangkap memberikan pengertian yang penting. Yesuslah yang memiliki otoritas atas penguasa dunia ini.
Setelah Yesus bertanya, “siapakah yang kamu cari?” para tentara menjawab “Yesus dari Nazaret.” Yesus berkata kembali untuk menjelaskan bahwa Dialah Yesus dari Nazaret. Yesus mengatakan “Akulah Dia.” Ini adalah cara memperkenalkan diri yang sama dengan cara Allah memperkenalkan diri kepada Musa di dalam Keluaran 3:14. Ini adalah cara Allah menjelaskan identitas diri-Nya. Hanya Allah, dan bukan yang lain. Pernyataan Yesus untuk memperkenalkan diri-Nya ini membuat para tentara terjatuh ke belakang. Mereka mundur dan jatuh karena ada kuasa yang sangat besar berdiri di depan mereka. Mereka ditundukkan oleh Sang Raja sejati. Tentara dunia ini tidak berkutik ketika Sang Raja segala raja berdiri di depan mereka. Tunduk ke depan menunjukkan kesadaran dan kerelaan menyembah. Terjatuh ke belakang menunjukkan keadaan ditaklukkan karena melihat kemuliaan Allah dengan cara yang tidak disangka. Setelah mereka terjatuh, Tuhan Yesus bertanya kembali, “siapakah yang kamu cari”. Dia tidak memakai keadaan terjatuh dari para tentara untuk menaklukkan mereka. Betapa mudahnya Sang Anak Allah menaklukkan semua tentara itu. Tetapi Dia membiarkan diri-Nya ditangkap. Dia menundukkan diri-Nya dengan rela kepada mereka yang tidak punya hak ataupun kekuatan untuk menundukkan Dia. Sang Raja atas langit dan bumi itu sekarang rela menyerahkan diri-Nya untuk dibantai oleh orang-orang dunia ini. Tentara dunia menangkap Yesus, pemimpin dunia akan segera menghakimi Yesus, dan para algojo dunia akan mengeksekusi mati Yesus di atas kayu salib. Mengapa Dia membiarkan diri-Nya ditangkap, dihakimi, dan dieksekusi di atas kayu salib? Supaya tidak satu pun dari umat-Nya binasa. Maka setelah Yesus mengatakan “Akulah Dia,” Dia segera berkata kepada para tentara untuk membiarkan para murid pergi. Para murid dibebaskan dari cengkraman penguasa dunia ini, dan Yesus hadir untuk dengan rela tunduk kepada penguasa dunia ini. Tunduk karena keinginan menggenapi kehendak Bapa. Kehendak Bapa agar tidak seorang pun dari umat-Nya yang akan binasa. Demikianlah kita dibebaskan dari dunia ini, dari kuasa dosa, dari cengkraman maut. Yesus mengatakan, “Akulah Dia” dan Dia mengambil tempat-Nya sebagai Kepala kita, mewakili kita menerima murka Allah bagi kita dengan dibuang ke dalam tangan penguasa dunia ini. Demikianlah Sang Raja Israel diserahkan ke penguasa dunia ini agar umat Israel dibebaskan dari pembuangannya.