Saul diakui sebagai raja

Devotion from 1 Samuel 10:17-11:15

Samuel mengumpulkan seluruh bangsa Israel di hadapan Tuhan. Mereka meminta seorang raja, dan Tuhanlah yang berkuasa mengabulkannya. Maka sekarang mereka berada di hadapan Tuhan dan menantikan raja yang akan Tuhan pilih. Ini merupakan pelantikan raja yang unik karena dimulai dengan perkataan Samuel yang memperingatkan bangsa Israel bahwa mereka telah menolak Tuhan dengan memilih seorang raja. Tanpa mencatat respons apa pun dari orang Israel, teks kita langsung menulis tentang proses pemilihan. Pemilihan dilakukan dengan undi sebagai cara yang memang berasal dari Tuhan (lihat Bil. 26:55 dan Ams. 16:33). Lalu hal yang mengejutkan bagi orang Israel terjadi karena ternyata yang terpilih adalah suku Benyamin. Dan dari suku ini pun yang terpilih adalah kaum yang paling tidak berarti (1Sam. 9:21). Ditambah lagi dengan peristiwa bersembunyinya Saul, sang raja yang terpilih. Ini membuat sekelompok orang menghina pelantikan ini (1Sam. 10:27). Tetapi Tuhan memang berencana untuk membuat suatu peristiwa lain untuk memperkenalkan raja pilihan-Nya. Tuhan tidak ingin suatu perayaan seremonial membuat orang-orang harus menerima raja pilihan-Nya ini. Tetapi peristiwa berikutnyalah yang akan Tuhan pakai untuk membuat nama Saul dikenal dan diakui sebagai raja. Tuhan memanggil setiap orang untuk pekerjaan-Nya, dan Tuhan akan membuat orang tersebut diakui bukan karena suatu perayaan seremonial, atau pemberian gelar, atau kedudukan. Tetapi Tuhan akan membuat hamba-Nya yang sejati diakui melalui peristiwa sulit yang harus dilalui. Berbahagialah mereka yang diakui karena telah melewati kesulitan dan berhasil mengatasinya.

Peristiwa apakah yang membuat Saul akhirnya diakui seluruh Israel? Peristiwa yang terjadi adalah peperangan dengan orang-orang Amon di bawah pimpinan seorang bernama Nahas. Tetapi peristiwa peperangan itu sendiri tidak akan terlalu signifikan seandainya saja Saul tidak melakukan beberapa tindakan simbolik yang membuat gentar seluruh Israel. Ayat 6 dan 7 dari pasal 11 mengatakan bahwa Saul dikuasai Roh Allah dan dia sangat menyala-nyala dalam amarah. Maka dia memotong-motong sepasang lembu dan mengirimkan potongan itu ke seluruh Israel. Apakah makna tindakan ini? Kita tahu bahwa Saul adalah keturunan Benyamin. Dan orang-orang Benyamin pernah diserang oleh seluruh Israel dalam salah satu perang saudara yang sangat menyedihkan dalam sejarah Israel. Perang saudara ini terjadi karena adanya perbuatan noda yang sangat menjijikkan di Gibea, salah satu daerah Benyamin (Hak. 19:25-30). Seluruh Israel akhirnya menyerang suku Benyamin karena orang-orang Benyamin membela orang-orang Gibea. Akhirnya Israel menghancurkan Benyamin (Hak. 20:44-48). Israel melanjutkan perang saudara itu dengan menyerang Yabesh-Gilead karena orang-orang Yabesh-Gilead tidak ikut bersama dengan orang-orang Israel yang lain ketika mereka menyerang suku Benyamin (Hak. 21:8-12). Siapa yang tidak ikut berperang bersama dengan seluruh Israel yang lain akan dihabisi seperti orang-orang Yabesh-Gilead. Inilah yang Saul kerjakan. Dia mengingatkan kembali bahwa sekarang Yabesh-Gilead terkepung musuh Israel, lalu dia sendiri sebagai orang Benyamin justru yang pertama akan maju berperang, dan ada potongan sapi sebagai peringatan bagi seluruh suku Israel. 1 Samuel 11:7 mencatat bahwa Saul mengancam siapa yang tidak ikut maju berperang sapinya akan dipotong-potong. Sebenarnya ancaman Saul jauh lebih mengerikan daripada sekadar sapi yang terpotong. Ancaman Saul harus dikaitkan dengan peristiwa hancurnya Yabesh-Gilead oleh seluruh Israel karena mereka menolak berperang.

Benyamin, suku Saul pada zaman Saul hidup, adalah suku yang kecil karena kekalahan yang dahsyat telah mereka alami pada waktu perang saudara dalam Kitab Hakim-hakim. Yabesh-Gilead pun sama-sama lemah dan kecil. Lalu antara suku Benyamin dan Yabesh-Gilead ada relasi yang dekat. Yabesh-Gilead tidak mau ikut menyerang Benyamin, dan setelah itu dalam Hakim-hakim 21 ada pernikahan antara perempuan-perempuan Yabesh-Gilead dengan orang-orang Benyamin untuk mempertahankan kelanjutan suku Benyamin. Dengan demikian banyak orang tua suku Benyamin adalah keturunan Yabesh-Gilead. Inilah yang membuat Saul sangat marah. Tetapi di dalam 1 Samuel 11 ini Saul memberikan perintah bagi segenap Israel untuk membela Yabesh-Gilead meskipun tidak ada satu pun suku Israel yang memiliki kedekatan dengan Yabesh-Gilead selain Benyamin. Dan dengan berani Saul menantang seluruh Israel. Dahulu mereka memerangi Yabesh-Gilead karena Yabesh-Gilead tidak bergabung dengan suku Israel yang lain dalam memerangi suku Benyamin. Sekarang Saul menuntut keadilan. Jika Yabesh-Gilead diperangi sampai habis karena menolak ikut berperang, maka sekarang setiap suku atau kaum di Israel yang tidak mau ikut berperang melawan orang-orang Amon akan diperlakukan sama dengan Yabesh-Gilead dulu. Tindakan ini adalah tindakan yang sangat berani mengingat Saul belum memiliki dukungan seluruh Israel pada waktu itu dan dukungan yang dia pasti dapatkan hanyalah dari sukunya sendiri, Benyamin, yang berjumlah sangat sedikit. Tetapi Saul tidak bertindak hanya bermodalkan keberanian. Dia pun dengan cerdik mengatakan, “Siapa yang tidak maju mengikuti Saul dan mengikuti Samuel, lembu-lembunya akan diperlakukan juga demikian” (ay. 7). Dia sengaja memasukkan nama Samuel karena Samuel masih sangat disegani oleh orang Israel. Ternyata Tuhan sendirilah yang mendatangkan kegentaran dalam diri orang-orang Israel. Mereka tidak berani menolak perintah Saul. Maka terkumpullah tiga ratus ribu orang Israel dan tiga puluh ribu orang Yehuda. Pasukan besar ini menghancurkan Amon sama sekali. Tidak sampai setengah hari peperangan sudah selesai dengan kemenangan pada pihak Israel. Maka Tuhanlah yang sebenarnya menyertai di dalam setiap peristiwa ini untuk memberikan nama yang terhormat bagi Saul di tengah-tengah bangsa Israel.

Kitab Samuel menulis bahwa pada akhirnya pelantikan Saul menjadi sesuatu yang berjalan dengan sangat baik. Seluruh Israel pergi ke Gilgal dan menjadikan Saul raja di hadapan Tuhan. Semua mengakui bahwa dia benar-benar adalah raja pilihan Tuhan. Tuhan mengangkat nama Saul di depan mata seluruh orang Israel sehingga menjadi nyata bahwa Saul sungguh-sungguh layak menjadi raja karena segala hal yang Tuhan telah berikan pada dia.

Kita tahu bahwa Saul adalah raja yang Tuhan pilih. Kita juga tahu bahwa Saul tidak sungguh-sungguh takut akan Tuhan. Tetapi Tuhan tetap menyatakan pekerjaan-Nya untuk membuat Saul dihargai oleh Israel. Tuhan ingin rakyat Israel menghargai apa yang Tuhan berikan melalui Saul. Mari kita belajar melatih hati kita dengan merenungkan dua hal di bawah ini:
1.  Tuhan membangkitkan orang-orang untuk melakukan panggilan mereka masing-masing. Tuhan bahkan mengatur sehingga jalannya sejarah mengonfirmasi panggilan ini. Mari belajar untuk tidak merendahkan orang terlebih dahulu. Kalau kita memandang rendah seseorang, lalu Tuhan ternyata bekerja sehingga ada peristiwa yang meneguhkan panggilan orang itu, maka kita akan menjadi sama dengan orang-orang dursila dalam 1 Samuel 10:27. Mari belajar untuk menghormati orang yang Tuhan ingin untuk dihormati meskipun mungkin saat ini kita belum bisa melihat kualitas unik dari orang tersebut.

2.  Mari kita renungkan kesabaran dan kasih Allah kita. Meskipun Saul bukanlah orang yang takut akan Tuhan karena dia mengabaikan Allah segera setelah menjadi raja, tetapi Allah tidak main-main ketika memanggil dia. Ketika sebagian orang Israel menghina Saul, Tuhan memberikan konfirmasi panggilan-Nya atas Saul dengan memasyhurkan nama Saul. Betapa besar kesabaran Allah! Biarlah kita mengenal kebaikan dan kasih Allah bagi umat-Nya sehingga kita semakin sadar betapa berdosanya umat Tuhan kalau mereka tidak menyembah Allah dengan sepenuh hati. Tuhan menjadi pembela Saul ketika dia dihina! Apakah Saul mengingat kasih dan kesabaran Allah ini? Tidak. Segera dia akan meninggalkan perintah Tuhan dan menganggap sepi firman-Nya.