daud dalam pelarian: absalom merebut yerusalem

Devotion from 2 Samuel 16:1-23
Bagian ini menggambarkan beberapa orang yang bertemu dengan Daud. Herannya setiap orang itu pasti mempunyai kaitan dengan keluarga Saul. Orang pertama yang bertemu dengan Daud adalah Ziba, hamba dari Mefiboset, anak Saul. Yang kedua adalah seorang dari kaum keluarga Saul, yaitu Simei bin Gera. Mari kita lihat yang pertama lebih dulu, yaitu Ziba. Ternyata Ziba adalah orang yang licik. Karena tuannya, Mefiboset, cacat pada kakinya, maka Ziba menggunakan kesempatan ini untuk menyusul Daud, memberikan bahan makanan, dan mengabarkan berita bohong tentang Mefiboset. Benarkah Ziba berbohong? Jika kita melihat 2 Samuel 19:26-28, maka kita akan menemukan cerita versi Mefiboset. Siapakah yang berbohong? Mefiboset? Atau Ziba? Ayat 3 dari bacaan kita ini menunjukkan betapa lemahnya versi cerita Ziba. Bisakah Mefiboset menjadi raja? Tentu tidak. Yang pertama adalah Yerusalem merupakan kota yang direbut Daud. Tidak ada pendukung Saul di daerah itu. Jika masih ada pendukung Saul yang ingin keturunan Saul menjadi raja, maka pastilah mereka ada di daerah Benyamin. Yang kedua, Daud melarikan diri dari anaknya, Absalom, karena Absalom ingin menjadi raja. Tidak ada sama sekali kekuatan dari pihak Mefiboset untuk memberontak melawan Absalom kalau Daud pun merasa harus melarikan diri dari Absalom. Mefiboset tidak punya kekuatan dan kemampuan untuk menghadapi Absalom. Kebohongan Ziba ini dinyatakan supaya Daud membenci Mefiboset. Mungkin Ziba, yang memiliki 20 hamba (2Sam. 9:10), sudah bosan menjadi hamba Mefiboset. Dia ingin menghancurkan tuannya itu dan menguasai milik tuannya. Tetapi mengapa Ziba mendekati Daud? Bukankah Daud sedang melarikan diri dari Absalom? Ya, tetapi Daud melarikan diri bukan karena dia terpukul kalah. Dia masih mempunyai kekuatan yang sangat besar. Mungkin Ziba memperhitungkan bahwa Daud tetap akan kokoh takhtanya sebab kekuatan Absalom belum terbukti dalam pertempuran yang sesungguhnya. Tetapi, berbeda dengan Ziba, Mefiboset tetap tidak punya kesempatan menang entah Daud atau Absalom yang bertakhta. Peluang sukses Mefiboset hampir tidak ada, sedangkan Ziba, dengan memihak Daud, setidaknya memiliki peluang 50% benar. Kelicikan Ziba yang menyediakan makanan bagi Daud dan pasukannya membuat dia menerima tanah milik Mefiboset. Rencana jahatnya berhasil!
Bagian selanjutnya adalah kisah ketika Daud tiba di daerah Bahurim, milik suku Benyamin. Suku dari raja pertama Israel, Saul. Inilah daerah yang masih mendukung raja pertama Israel itu. Ayat 5 mengatakan bahwa Daud bertemu dengan seorang bernama Simei bin Gera. Simei terus mengutuk Daud, bahkan melempari segenap tentara yang menyertai Daud. Reaksi Daud terhadap kejadian ini menunjukkan bahwa keadaan rohani Daud telah makin dipulihkan. Dalam ayat 10 Daud berkata bahwa kalau kutuk itu berasal dari Tuhan, terima saja. Jika Tuhan menghukum Daud dengan membangkitkan anaknya sendiri untuk membunuh dia, maka mungkin saja Dia juga yang membangkitkan Simei untuk mengutuk Daud. Daud membiarkan segala kesulitan ini dijalani dengan harapan bahwa Tuhan akan memberikan belas kasihan untuk segala yang telah dia alami. Dia berharap Tuhan mau melihat sengsaranya dan membalas dengan hal yang baik, jika Tuhan memang berkenan. Ini merupakan reaksi yang sangat baik. Daud menyerahkan ke Allahnya untuk semua yang terjadi padanya. Dia berserah jika memang Tuhan akan membalas, tetapi yang lebih utama lagi adalah dia berserah sambil mengharap Tuhan akan memberikan belas kasihan.
Bagian terakhir adalah peristiwa di Yerusalem ketika Absalom masuk. Absalom mengambil alih istana. Ayat 16 mengatakan bahwa Husai bertemu Absalom dan menyatakan kesetiaannya kepada Absalom. Sebenarnya Husai tetaplah setia kepada Daud, tetapi dia bergabung dengan Absalom guna memberikan informasi kepada Daud mengenai apa yang terjadi. Setelah tiba di Yerusalem, Ahitofel, penasihat Daud yang kini telah menyeberang ke pihak Absalom, mengusulkan supaya Absalom meniduri gundik-gundik Daud yang ditinggal di istana untuk menunggui istana. Mengapa Ahitofel, seorang penasihat yang sangat cerdik ini, memerintahkan hal seperti itu? Karena Ahitofel tahu bahwa pengikut-pengikut Absalom, yang tadinya mengikuti Daud, belum tenang dengan posisi mereka. Jika Absalom mengakhiri pemberontakannya dan meminta ampun kepada Daud, maka pastilah mereka akan dihukum oleh Daud. Pengikut Absalom harus yakin bahwa Daud dan Absalom tidak mungkin berbaikan kembali. Salah satu cara untuk memastikan bahwa dia tidak akan berdamai dengan Daud adalah dengan meniduri istri-istri dan gundik-gundik Daud dengan dilihat oleh seluruh istana dan seluruh Yerusalem. Tetapi rencana ini pun ternyata terjadi sebagai penggenapan dari apa yang telah disampaikan oleh Allah melalui Nathan dalam 2 Samuel 12:11. Daud tidur dengan istri orang lain dengan sembunyi-sembunyi, maka orang akan tidur dengan istri-istri Daud di tempat terbuka.
  1. Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel.
    Bagian ini menunjukkan perjalanan Daud untuk pergi ke tempat persembunyian. Bagian ini memberikan pengertian kepada kita bagaimana Daud memilih untuk menyingkir dan mempersiapkan untuk membawa perang ini ke luar dari daerah Yerusalem. Pertemuan Daud dengan Ziba dan Simei juga menunjukkan sifat Daud yang unik di dalam Kitab 2 Samuel ini. Pertemuan dengan Ziba menyoroti sifat Daud yang tidak pernah mengecek kebenaran berita dan langsung mengambil keputusan. Ini dilakukan Daud ketika ada yang mengabarkan tentang kematian Saul (2Sam. 1:14-16), atau ketika ada yang mengabarkan tentang kematian seluruh anak-anak raja (2Sam. 13:30-32), atau pada bagian ini ketika Ziba mengunjungi dia. Tetapi pertemuan dengan Simei menunjukkan sifat Daud yang tidak pernah bertindak segera jikalau dirinya sendiri yang dihina. Ini adalah hal yang paradoks, yaitu sepertinya saling bertentangan. Daud bukan orang yang lambat mengambil keputusan apa pun jika itu berkait dengan pelanggaran. Tetapi Daud juga bukan orang yang cepat bertindak kalau pelanggaran itu merugikan dirinya sendiri. Dia menyerahkan kepada Tuhan untuk menangani perkara yang melibatkan dirinya, tetapi sigap mengambil keputusan (bahkan sering kali tanpa mengecek kebenarannya), jika berkait dengan orang lain.
  2. Apa yang dapat kita pelajari?
    Bagian ini memperkenalkan sifat manusia. Ada yang oportunis, siap mengambil keuntungan dengan secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan selagi mungkin. Inilah Ziba. Adakah Ziba-ziba baru berkeliaran sekarang? Ada. Mungkin saja bahkan sedang baca renungan ini. Kalau bisa ambil keuntungan, biarpun orang lain rugi, cepat ambil! Orang-orang seperti ini mengabaikan keagungan hidup. Mereka tidak ada bedanya dengan kucing garong mengais-ngais ikan asin di atas meja makan ketika pemilik rumah sedang sibuk di dapur. Begitu melihat kesempatan, langsung ambil untung. Ketika ditanya apakah cara itu pantas atau tidak, mereka akan segera mengganti pertanyaan itu dengan: “apakah menguntungkan atau tidak?” Ketika ditanya, adakah orang lain dirugikan dengan cara itu? Mereka kembali ganti pertanyaannya dengan pertanyaan satu-satunya yang mereka pedulikan: “apakah menguntungkan atau tidak?”

    Selain itu, sifat-sifat manusia di dalam perpolitikan juga dibongkar semua. Coba kita pikirkan sifat Simei. Ketika Daud melarikan diri dia mengutuki Daud habis-habisan. Ketika Daud berhasil mengalahkan Absalom, dalam perjalanan pulang tiba-tiba sikap Simei berubah total dan sujud menyembah Daud (2Sam. 19:118-19). Bagian selanjutnya juga makin membongkar kebobrokan manusia dalam melihat untung rugi pribadi. Mereka tidak peduli lagi benar atau salah. Mereka tidak peduli lagi dosa atau tidak. Mereka hanya tahu kepentingan mereka terjembatani atau tidak. Bagaimana memastikan saya tetap mempunyai pengikut? Bagaimana saya tahu kalau saya mengikuti orang yang lebih kuat dan lebih mampu memberikan keamanan? Tidak ada lagi pertanyaan, apakah ini benar atau tidak? Apakah ini berdosa atau tidak? Lihat tingkah Absalom, memerkosa istri-istri ayahnya sendiri! Tindakan menjijikkan ini dilakukan demi menguatkan kedudukan politiknya. Demikianlah Alkitab membongkar semua sifat rusak manusia. Mari kita renungkan bersama-sama. Saya melakukan yang saya lakukan karena itu benar? Atau karena itu menguntungkan? Kiranya Tuhan menegur dan mengubah cara pikir dan cara hidup kita.

    Mari kita belajar mengutamakan hal yang lebih penting. Ada begitu banyak hal yang jauh lebih penting daripada keuntungan pribadi kita. Ada kebenaran Tuhan, dan itu jauh lebih penting dari pada sekadar mempunyai posisi yang aman di dalam masyarakat. Ada kekudusan Tuhan, dan itu jauh lebih penting daripada sekadar memperoleh keuntungan yang berlimpah. Ada kasih setia Allah, dan itu jauh lebih penting daripada sekadar berelasi untuk menarik keuntungan dari relasi itu. Jikalau kita belajar mengutamakan hal-hal yang utama tentang Allah, kebenaran-Nya, rencana-Nya, kehendak-Nya, dan kerajaan-Nya, maka Tuhan tidak mungkin akan meninggalkan kita. Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang saleh-Nya tanpa penyertaan dan pemeliharaan-Nya. Tuhan tidak akan membiarkan orang-orang kudus-Nya dihina dan ditindas tanpa adanya pengadilan Tuhan untuk memastikan keadilan ditegakkan. Biarlah hati kita sepenuhnya diarahkan kepada Allah dan kepada usaha untuk menyenangkan hati-Nya saja.
  3. Bayang-bayang Kristus.
    Daud melakukan apa yang nanti akan dilakukan juga oleh Kristus, yaitu menanggung segala caci-maki dan kutukan manusia dengan sabar dan penuh keberserahan kepada Allah. Daud menyerahkan kepada Allah segala caci-maki dan kutukan dari Simei. Tuhan Yesus menyerahkan kepada Bapa-Nya segala hal kejam yang dilakukan manusia kepada Dia. Semua yang meludahi wajah-Nya, memukul Dia, memberikan mahkota duri di kepala-Nya, memukul kepala-Nya dengan tongkat, menghina Dia, mempermalukan Dia, menyambuk Dia, memaku Dia di atas kayu salib, mengkhianati Dia, tidak satu pun yang dibalas-Nya dengan kutukan dan amarah. Tuhan Yesus tetap diam. Seperti anak domba yang dibawa ke tempat pembantaian, seperti induk domba yang kelu ketika akan digunting bulunya, Dia tetap diam (Yes. 53:7), tidak membela diri, tidak menghakimi mereka, dan tidak membalas perlakuan mereka. Dia menyerahkan semua kepada Bapa-Nya yang di surga. Apakah Tuhan Yesus bukan Raja di atas segala raja? Jika Dia adalah Raja di atas segala raja, mengapa Dia tidak menghakimi? Karena waktunya belum tiba. Sebelum waktu penghakiman tiba, Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkannya, bukan untuk menghakiminya (Yoh. 3:17). (JP)