Devotion from 2 Samuel 15:13-37
Bagian ini mengisahkan bagaimana raja Daud harus kembali hidup dalam pelarian. Jika dahulu dia melarikan diri dari raja Saul, sekarang dia harus melarikan diri dari anaknya sendiri. Absalom telah menjadi kuat dan bersiap untuk masuk ke Yerusalem. Mengapa Daud tidak memerangi Absalom? Ada empat alasan, yang pertama adalah karena Daud mengasihi Absalom dan tidak ingin berperang dengan risiko membunuh dia. Kemudian alasan kedua adalah karena kekuatan Absalom mendapat dukungan dari banyak orang sehingga cukup mampu untuk mengalahkan tentara yang setia kepada Daud. Alasan lain lagi adalah karena Daud sadar kalau ini terjadi akibat hukuman yang Tuhan nyatakan kepada dia dalam 2 Samuel 12:10. Alasan terakhir adalah karena Daud tidak mau ada pertempuran di tengah-tengah Yerusalem. Dia tidak ingin ada peperangan di tengah-tengah kota utama Israel yang di dalamnya ada Tabut Perjanjian Tuhan. Sekali ini pun, kesetiaan orang-orang yang mengikuti Daud terlihat. Mereka lebih suka berada di pelarian bersama Daud dengan status yang tidak jelas dan masa depan yang tidak pasti (ay. 21). Orang-orang yang sebagian telah bergabung bersama dengan Daud di padang gurun ketika dia lari dari Saul, sekarang tetap setia mengikuti Daud ke padang gurun sekali lagi.
Ayat 25 mengatakan bahwa Daud tidak ingin Tabut Perjanjian Tuhan mengikuti dia. Seperti dalam 1 Samuel 22:3 ketika Daud tidak ingin orang tuanya bersama dengan dia menuju tempat yang tidak jelas, demikian juga sekarang dia tidak ingin Tabut Perjanjian dan imam Zadok dan Abyatar mengikuti dirinya yang sedang dihukum Tuhan dan dipaksa pergi ke tempat yang belum jelas. Kalimat Daud sangat menyentuh. Dia mengatakan bahwa dia belum tentu akan selamat kali ini. Tetapi jika Tuhan berbelaskasihan, maka dia pasti akan kembali ke Yerusalem dan melihat kembali Tabut Perjanjian Tuhan. Maka dia meminta supaya Tabut Perjanjian, bersama dengan Zadok dan Abyatar, tetap tinggal di Yerusalem.
Dalam ayat 30 dikatakan bahwa Daud berjalan sambil menangis tanpa mengenakan alas kaki apa pun. Dukacita yang sangat dalam tengah dirasakan oleh Daud. Tetapi walaupun Daud berada dalam pelarian, anak buahnya tetap menyusun strategi sehingga Daud dapat membaca keadaan di Yerusalem setelah dia meninggalkan kota itu. Mereka, yaitu Zadok dan Abyatar, berjanji akan terus memberikan informasi kepada Daud. Juga Husai diminta untuk tetap tinggal untuk memberikan kabar kepada Daud. Hukuman Tuhan makin berat menimpa Daud. Tetapi ingatlah bagaimana kerohanian Daud yang bergantung kepada Tuhan semakin bertumbuh justru di dalam kesulitan dan bahaya. Walaupun larinya Daud dari Yerusalem untuk menghindari anak sendiri adalah hukuman dari Tuhan, tetapi pelarian ini juga akan mengembalikan kerohanian Daud untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah.
Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel.
Bagian ini mengisahkan kehidupan singkat Daud di dalam pelarian. Bagian ini menjadi paralel dari catatan kehidupan Daud dalam pelarian di dalam Kitab 1 Samuel. Dalam Kitab 1 Samuel dan bagian ini, Daud dikejar dan tidak menyerang balik. Kedua bagian juga mencatat tentang orang-orang yang dikumpulkan kepada Daud terus setia mengikuti dia. Tetapi perbedaannya adalah saat ini Daud tidak lagi bertanya-tanya, “mengapa aku harus terus menerus berada dalam pelarian?” Saat ini dia telah mengetahui bahwa inilah harga yang harus dibayar karena dosanya. Demikian juga bagian ini akan diakhiri dengan peperangan antara Daud dan Absalom. Peperangan yang tidak terjadi antara Daud dengan Saul dalam 1 Samuel. Di dalam Kitab 2 Samuel sendiri bagian ini menjelaskan bagaimana Tuhan memulihkan Daud dengan memberikan kepada dia hati yang kembali berfokus kepada Allah. Daud tidak memanfaatkan Tabut Perjanjian dengan cara yang salah. Dia tidak mau tabut itu digunakan untuk menjadi jimat dalam peperangan supaya dia aman. Dia juga tidak mau Yerusalem menjadi tempat pertempuran. Dia lebih memilih untuk melarikan diri. Dia tidak mempertahankan takhtanya dan tidak mengeluh kepada Allah. Dia menangis di hadapan Allah sebagai orang yang sedang menangisi dosanya, bukan sebagai orang yang merasa dirinya sedang menjadi korban.Apakah yang dapat kita pelajari dari bagian ini?
Bagian ini memberikan kepada kita sekali lagi gambaran tentang Daud yang dapat diteladani selain pertobatannya setelah ditegur nabi Nathan (2Sam. 12:13). Sejak peristiwa Daud mengikat perjanjian dengan Hanun hingga bagian ini, Daud dinyatakan sebagai seorang yang jauh dari Tuhan dan hidup di dalam begitu banyak kelemahan dan kesalahan. Mengikat perjanjian dengan musuh Israel, berzinah dengan Batsyeba, membunuh Uria, gagal sebagai ayah dan sebagai raja untuk mendisiplin anak-anaknya, gagal bertindak di saat ketegasan diperlukan untuk menyatakan keadilan Allah, semua ini adalah gambaran tentang Daud yang dinyatakan dalam kitab ini. Daud adalah manusia berdosa, sama seperti kita semua. Dia melakukan hal-hal yang tidak bisa dibayangkan akan dilakukan oleh orang-orang seperti Daud. Tetapi inilah faktanya. Tidak ada seorang pun yang sempurna. Hanya Kristus yang sempurna dan karena itulah hanya Dia yang menjadi Juruselamat kita. Tetapi bagian ini membedakan Daud dengan Saul. Saul jatuh ke dalam dosa dan sejak itu dia terus mengalami penurunan rohani. Dia makin sombong, makin aneh, makin gila kekuasaan, dan makin paranoid. Tetapi bagi Daud Tuhan telah menjanjikan bahwa Dia akan menyertai, dan kasih setia Tuhan itu tidak akan dihilangkan-Nya dari rumah tangga Daud selama-lamanya (2Sam. 7:15).
Mari kita renungkan untuk diri kita masing-masing. Setiap kita pasti pernah jatuh ke dalam dosa. Setiap kita pernah mengalami keadaan yang sangat menyedihkan karena hidup di dalam pemberontakan kepada Allah. Tetapi yang membedakan seorang pilihan dengan orang lain yang kerohaniannya palsu adalah responsnya setelah menyadari dosa-dosanya. Respons yang menyadari bahwa kita tidak lebih baik dari orang lain. Adanya pertobatan sejati dan sungguh-sungguh mau hidup suci adalah tandanya orang itu memiliki rohani yang dewasa. Ada yang bangga karena dosa-dosanya dan merasa tidak perlu bertobat. Ini bukanlah seorang dengan kedewasaan rohani. Itulah sebabnya kita tidak pernah diizinkan untuk menghakimi orang lain. Jikalau kita melihat orang di dalam kerohanian yang baik, kita akan memuji, “inilah Kristen sejati.” Dan jika kita melihat orang sedang jatuh di dalam dosa, kita mungkin akan mencela, “inilah Kristen yang palsu!” Tetapi dia yang palsu bisa bertobat dan kembali kepada yang asli. Namun demikian yang kelihatan asli belum tentu akan terus bertahan. Bisa jadi suatu hari dia jatuh ke dalam dosa dan tidak lagi mau kembali kepada Tuhan. Marilah kita belajar untuk hidup di dalam kesungguhan hati mau meninggalkan dosa. Marilah persiapkan hati jika Tuhan memberikan kepada kita orang-orang yang menyusahkan, pekerjaan yang berat, kesulitan dan penderitaan, dan seterusnya sambil mengingat bahwa Tuhan sedang membentuk kita untuk bergantung kepada Dia. Mari juga persiapkan hati kalau kesulitan hidup yang terjadi adalah konsekuensi dari segala dosa yang telah kita lakukan. Mari merelakan hati untuk dengan tenang memikul segala hal yang Tuhan bebaskan, karena dengan kerelaan memikul hukuman dari Tuhan hati kita akan dikembalikan menjadi milik Tuhan.Bayang-bayang Kristus.
Berbeda dengan Daud, Kristus tidak pernah berdosa. Tetapi sama dengan Daud Kristus datang ke dalam dunia. Dia meninggalkan surga dengan segala kemuliaan-Nya untuk tinggal di tengah-tengah dunia ini dan menjadi manusia. Daud menanggung dosanya sendiri, tetapi Kristus menanggung dosa kita. Sama-sama menjadi pelarian, tetapi Daud menjadi pelarian karena dosanya sendiri sedangkan Kristus harus berada dalam “pelarian” karena kitalah yang telah berdosa.