Daud menaklukkan orang filistin

Devotion from 2 Samuel 5:17-25
Alkitab sungguh-sungguh adalah catatan yang sangat akurat tentang sifat manusia berdosa. Misalnya dalam bagian ini dikisahkan bagaimana orang-orang Filistin mencari Daud untuk memerangi dia setelah mendengar bahwa dia menjadi raja atas Israel. Ketika Daud masih menjadi pelarian, mereka menerima dia karena merasa bahwa dia adalah musuh Saul. Dan seperti dikatakan oleh peribahasa, “musuh dari musuhku adalah temanku”, maka orang Filistin tidak menganggap Daud sebagai ancaman. Bahkan ketika Daud diangkat menjadi raja atas Yehuda pun mereka tidak bereaksi apa-apa. Mungkin karena mereka berpikir bahwa Yehuda akan segera pecah dari Israel dan perang saudara akan segera terjadi. Mereka mungkin berencana mengikat perjanjian dengan Yehuda untuk memerangi Israel. Tetapi ketika Daud ternyata malah diangkat menjadi raja atas Israel, mereka segera menggabungkan kekuatan dan maju menyerang Daud. Inilah peperangan pertama dari pemimpin Israel yang baru melawan orang Filistin. Kita bisa melihat dalam narasi Kitab Samuel bahwa Tuhan selalu memberikan kemenangan spektakuler dari pemimpin Israel yang baru diangkat-Nya ketika berperang melawan Filistin. Samuel memimpin Israel menang dalam 1 Samuel 7:10-14. Kemudian Saul, walaupun tidak taat kepada perintah Samuel, juga memimpin Israel menang karena jasa Yonatan dalam 1 Samuel 14:13-23. Tetapi, berbeda dengan kemenangan Samuel, kemenangan Saul tidaklah besar (1Sam. 14:29-30) karena ketidaktaatannya. Tuhan melakukan hal yang sama kepada Daud, yaitu memberikan dia kemenangan pertamanya atas Filistin setelah dia menjadi raja Israel.
Beberapa hal yang terjadi dalam kisah ini memberikan penekanan terhadap penyertaan Tuhan atas Israel karena Daud. Misalnya dalam ayat 19 dikatakan bahwa Daud bertanya kepada Tuhan sebelum memutuskan apa pun. Dia meminta pimpinan Tuhan bukan karena mau dapat konfirmasi, tetapi karena dia benar-benar mau taat perintah Tuhan. Jika Tuhan tidak memerintahkan dia maju maka dia tidak akan maju. Jika Tuhan memerintahkan dia maju maka dia akan maju melawan Filistin. Ini berbeda jauh dengan Saul di dalam 1 Samuel 13:11-14. Saul diperintahkan untuk menunggu Samuel karena Tuhan membawa perintah bagi raja Israel yang baru diangkat ini. Saul seharusnya menunggu Samuel karena Samuellah yang nanti akan memohonkan doa kepada Tuhan dan menerima perintah dari Tuhan tentang langkah selanjutnya yang harus dilakukan Saul. Tetapi Saul segera bertindak sendiri karena takut melihat banyaknya rakyat yang mulai meninggalkan dia. Alangkah bodohnya tindakan ini. Andaikata Saul tetap beriman kepada Tuhan maka dia akan menyaksikan kemenangan Allah, dan bukan Israel. Walaupun tentaranya makin sedikit karena rakyat yang sudah mulai tercerai berai, Tuhan tetap akan memberikan kemenangan. Tidaklah sulit bagi Tuhan untuk mengalahkan orang Filistin baik dengan orang banyak maupun dengan sedikit orang (1Sam. 14:6). Tetapi karena ketidakpercayaannya, maka Saul bertindak sendiri. Tindakan yang membuat Tuhan tidak lagi pernah memberikan kesempatan yang sama kepada Saul. Setelah itu Tuhan semakin menarik diri-Nya dari Saul dan tidak lagi menjawab dia (1Sam. 28:6). Tetapi tidak demikian dengan Daud. Daud bertanya kepada Tuhan dan Tuhan menjawab dia. Lalu setelah mendapatkan jawaban dari Tuhan Daud pun pergi menjalankan perintah Tuhan.
Hal berikutnya menyatakan penyertaan Tuhan. Israel menghantam pasukan Filistin seperti sumber air besar menembus bukit batu dan tercurah dengan dahsyatnya. Melalui kalimat ini kita dapat menyimpulkan bahwa Tuhan memimpin Daud untuk membuat Filistin kocar-kacir melalui serangan mendadak dari satu jurusan. Padahal dalam ayat 17 dikatakan bahwa Daud bergerak mundur untuk menghindari orang Filistin, tetapi pada ayat 20 menjadi terlihat betapa besarnya kuasa penyertaan Tuhan bagi Israel. Begitu cepat dan kuatnya hantaman orang Israel dalam serangan mendadak ini sehingga orang Filistin melarikan diri dan meninggalkan patung-patung berhala mereka. Daud mengambil berhala-berhala orang Filistin itu, kemungkinan untuk menunjukkan betapa tidak berdayanya kekuatan dewa-dewa itu dibandingkan dengan kekuatan Allah. Bandingkan dengan 1 Samuel 4:10-11 di mana orang Israel yang lari dan Tabut Perjanjian direbut oleh orang Filistin.
Penyertaan Tuhan mencapai puncaknya ketika pertempuran kedua terjadi. Ayat 22 mengatakan bahwa orang Filistin menyusun kekuatan yang, menurut sejarawan Yahudi Josephus, jauh lebih besar dari pasukan yang telah ditaklukkan sebelumnya, untuk membalas kekalahan mereka di pertempuran yang pertama. Ayat 23 menyatakan bahwa kemenangan dalam pertempuran pertama tidak membuat Daud menjadi sombong. Selain karena besarnya pasukan Filistin dalam serangan kedua mereka ini, Daud juga tahu bahwa kemenangan adalah karena tangan Tuhan. Dia tetap bertanya kepada Tuhan untuk langkah selanjutnya. Maka Tuhan memberikan pimpinan yang berbeda dari pertempuran pertama. Tuhan memerintahkan Daud untuk memutar dan menyerang orang Filistin dari jurusan pohon-pohon kertau. Unsur kejutan yang sangat jelas ini menjadi strategi yang sangat tepat untuk mengalahkan pasukan besar Filistin. Tetapi strategi berikutnya terdengar sangat aneh. Ayat 24 mengatakan bahwa aba-aba untuk mulai menyerang adalah dari bunyi derap langkah di atas. Mungkin ini untuk menggambarkan pasukan malaikat yang berperang bersama dengan Daud. Tetapi Daud tetap taat dan menantikan waktu Tuhan. Ayat 25 mengatakan bahwa Daud menaklukkan orang Filistin dari Geba sampai dekat Gezer. Ini merupakan daerah melintang antara Israel utara dengan Yehuda. Daud ingin menaklukkan penguasaan Filistin yang membagi dua Israel. Karena Geba hingga Gezer telah ditaklukkan maka daerah Israel tidak lagi dibagi oleh daerah yang dikuasai orang Filistin.
  1. Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel
    Keunikan Kitab 2 Samuel adalah semakin sedikitnya kisah perang melawan Filistin dan semakin banyaknya kisah kerajaan dan rumah tangga Daud yang berpusat pada janji Allah akan memberikan keturunan kepada Daud (2Sam. 7:12-16). Bagian ini pun menjelaskan peperangan yang sebenarnya sangat krusial hanya dalam 9 ayat. Bandingkan dengan peperangan Saul dengan Filistin dalam 1 Samuel 13:1-14:46. Dua pasal panjang untuk menjelaskan pertempuran itu! Bagian ini pun tidak memberikan tekanan pada kepahlawanan siapa pun, termasuk Daud. Daud hanya bertanya, Tuhan menjawab, dan Daud melaksanakan. Dia tidak digambarkan sebagai sang pahlawan hebat yang sanggup mengalahkan siapa saja. Dia digambarkan sebagai alat untuk menunjukkan kehebatan Sang Pahlawan sejati, yaitu Tuhan. Tuhanlah yang berperang bagi Israel. Tuhanlah yang menyatakan kemenangan bagi Israel. Kitab 2 Samuel mulai bergerak dari cerita heroik ke cerita janji Allah akan keturunan Daud. Kemenangan Israel atas Filistin dalam Kitab 2 Samuel jauh lebih banyak dari pada kemenangan-kemenangan dalam 1 Samuel, tetapi kisah kemenangan atas Filistin tersebut tidak disorot dan dikisahkan dengan panjang. Sang pahlawan sekarang beralih. Bukan lagi Daud, tetapi Sang Anak Daud. Jika dalam Kitab 1 Samuel Daud disorot sebagai calon raja, maka dalam Kitab 2 Samuel kisah pelantikan Daud dan perannya sebagai raja malah tidak terlalu diberikan tekanan. Sorotan kitab ini tetap berada pada janji Allah yang akan datang mengenai keturunan Daud. Maka bagian ini memegang peran penting untuk mengalihkan pembaca kepada janji kekal Allah. Kisah perang yang seharusnya menjadi klimaks, yaitu kisah kemenangan Israel atas Filistin, justru dikisahkan dengan singkat. Bukankah raja Israel diangkat untuk menaklukkan Filistin? Mengapa kisah peperangan yang merupakan kehancuran Filistin secara total dikisahkan sedemikian pendek? Karena janji akan adanya Sang Anak Daud jauh lebih penting dari pada kemenangan atas Filistin. Setelah pertempuran ini Filistin takluk kepada Israel dan harus membayar upeti kepada Israel (2Sam. 8:12), tetapi fokus cerita ada pada hal yang jauh lebih penting, yaitu sang Anak Daud.
  2. Apakah yang dapat kita pelajari?
    Mari kita sama-sama melihat keindahan penuturan kisah perang ini. Daud digambarkan bukan sebagai pahlawan besar. Dia digambarkan sebagai hamba yang taat dan Tuhanlah yang digambarkan sebagai Sang Pahlawan sejati. Tuhanlah yang mempunyai strategi perang yang genius. Tuhan jugalah yang berperang di depan Israel. Tuhanlah yang seharusnya dipuji. Alangkah indahnya kisah ini. Jauh lebih indah dari kisah kepahlawanan yang sering dituturkan dan yang sering ingin kita hidupi dengan diri kita jadi tokoh utamanya. Daud bukanlah tokoh utamanya dan dia sangat sadar akan hal itu. Dalam ayat 20 dia mengatakan bahwa Tuhanlah yang menerobos musuhnya di depan dia. Saya ingin kita semua sama-sama berusaha membuat kisah kehidupan kita sama dengan kisah perang ini. Bukan kita yang menjadi pusat sentral cerita, tetapi Tuhan. Mari kita terapkan ini dalam pelayanan di gereja, dalam kehidupan sosial, dan juga dalam keluarga kita. Jangan ambisi mau jadi orang yang penting. Pengurus gereja tidak boleh menganggap diri penting! Hamba Tuhan tidak boleh lupa kalau dia hanyalah pelayan domba-domba Tuhan! Ketaatan kepada Tuhan yang disertai dengan kesombongan dan motivasi yang palsu akan menghancurkan diri kita sendiri. Bukankah ini juga yang terjadi dengan Saul? Dua ketidaktaatan yang sepertinya kecil tetapi Tuhan buang dia sama sekali. Mengapa demikian? Karena ketidaktaatan itu didorong oleh keinginan untuk menjadi besar dan penting. Bukankah ini juga dosa Iblis? Dia ingin menyamai Allah. Dia ingin menjadi penting. Siapa yang ingin menonjol, dia akan disingkirkan dari kisah pekerjaan Allah di dunia ini. Siapa yang siap menyingkir dan memberikan tempat utama kepada Allah, dia akan bersukacita melihat Kristus ditinggikan oleh pekerjaan Allah di dunia ini.
  3. Bayang-bayang Kristus
    Bagian ini menggambarkan Daud sebagai panglima perang yang taat mutlak kepada Allah Bapa. Ini adalah gambaran yang indah tentang Kristus. Ayat 20 mengatakan bahwa Tuhanlah yang menghancurkan musuh-musuh Daud. Demikian juga dikatakan tentang musuh-musuh Kristus, yaitu bahwa Allah Bapa-Nya yang akan menundukkan semua musuh-musuh-Nya di bawah kaki-Nya (Mzm. 110:1). Ketaatan Daud adalah gambaran Kristus. Bahkan di dalam peperangan pada kedatangan kedua-Nya pun Dia akan berperang sesuai dengan kehendak Allah Bapa. Dia akan menghancurkan semua musuh-musuh-Nya karena itulah kehendak Allah Bapa-Nya. Tetapi Kristus bukanlah Raja lemah yang tidak punya kekuatan. Dia sanggup menghancurkan semua musuh-Nya dengan segera dan dengan kehancuran yang total. Allah Bapa telah memberikan Dia kuasa lebih tinggi dan lebih dahsyat dari apa pun yang pernah ada di langit dan di bumi. Tetapi Kristus memakai kuasa-Nya yang besar di dalam kebertundukan kepada rencana dan kehendak Allah. (JP)