Devotion from 2 Samuel 7:18-29
Setelah menerima janji Tuhan, Daud segera memanjatkan doanya kepada Tuhan. Doa yang begitu agung dan indah ini perlu kita pelajari dengan lebih teliti. Mari kita perhatikan bersama-sama ayat 18. Pada bagian ini Daud menekankan ketidaklayakannya untuk datang kepada Tuhan. Daud merasa tidak layak untuk mendapatkan apa pun dari Tuhan tetapi Tuhan terus memberikan berkatnya secara berkelimpahan. Daud bukan saja merasa cukup diberkati oleh Tuhan, tetapi dia bahkan merasa Tuhan sudah terlalu banyak memberkati dia. Inilah doa yang sejati, yang dipanjatkan oleh orang yang selalu merasa tidak layak di hadapan Tuhan.
Refleksi:
Kita perlu belajar memiliki hati seperti ini ketika berdoa. Kita tidak menuntut Tuhan, merasa layak meminta, merasa sewajarnya diberkati. Semua ini hanya akan membuat kita makin jauh dari kerohanian sejati. Jika kita berani menganggap bahwa sudah sewajarnya Tuhan memberkati, maka tidak mungkin ucapan syukur yang sejati akan kita panjatkan. Mengapa bersyukur? Bukankah memang seharusnya Tuhan memberkati? Inilah kerohanian palsu yang sempit, yang salah menempatkan diri di hadapan Tuhan. Mari kita belajar untuk sujud kepada Allah sambil mengatakan apa yang Daud juga katakan, yaitu: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?” Mari Renungkan hal-hal yang sudah Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita. Apakah kita layak mendapatkan itu semua? Bukankah kita semua lebih layak menerima murka Tuhan karena pemberontakan kita? Kita adalah orang-orang yang telah memberontak kepada Raja di atas segala raja, tetapi Sang Raja semesta alam masih mau mengampuni kita.
Berikutnya kita lihat ayat 19-22. Ucapan syukur Daud sekarang dipanjatkan karena Allah adalah yang mengatur seluruh peristiwa sejarah. Daud melihat Allah sebagai yang merancang masa depan. Allah yang memegang masa depan. Dia menyatakan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang karena Dialah yang menetapkannya demikian. Betapa agungnya Tuhan! Sekarang kita tahu mengapa Daud merasa tidak layak dalam kalimat-kalimat ayat 18 tadi. Dia tahu betapa agungnya Tuhan. Dia yang hanya akan hidup beberapa puluh tahun saja di bumi sekarang menghadapi Allah yang kekal dan yang mengatur seluruh sejarah! Mengapa kita sulit merendahkan diri di hadapan Tuhan? Karena kita salah mengenal Tuhan. Doktrin Allah kita masih belum benar. Sedangkan orang yang studi tentang Allah tetapi tidak punya hati yang takut akan Allah akan menganggap bahwa doktrin kedaulatan Allah dalam sejarah hanyalah bagian dari perdebatan akademis.
Refleksi:
Jikalau kita ingin berdoa dengan hati yang takut akan Allah, biarlah kita memulai dengan mengenal siapakah Allah. Biarlah kita belajar untuk mempunyai hati yang gentar karena pekerjaan-pekerjaan dahsyat yang telah Allah lakukan bagi Israel. Biarlah kita sadar bahwa Tuhan begitu menakutkan jika Dia murka. Mari kita menyadari bahwa bangsa-bangsa besar dapat bangkit dan hancur adalah karena ketetapan Allah atas mereka. Allah yang mengangkat pemimpin, Allah juga yang menurunkan mereka. Takut akan Tuhan adalah permulaan dari hikmat (Ams. 9:10). Dengan menyadari keagungan Allah dan karya-Nya dalam seluruh alam semesta dari dahulu hingga akhir zaman, kita akan belajar untuk sujud menyembah Dia dengan hati yang sungguh-sungguh rela.
Pada ayat 22-24 Daud memuji Tuhan untuk kebaikan-Nya bagi Israel. Siapakah Allah yang menyatakan pekerjaan-pekerjaan-Nya membebaskan Israel dari Mesir. Tuhan menyiapkan segala sesuatu demi kebaikan umat-Nya. Kita tidak memuji Tuhan hanya kalau kebaikan-Nya langsung kita rasakan saja. Kita juga harus bersyukur kepada Tuhan kalau Dia menyatakan kebaikan-Nya bagi orang lain. Bahkan pada bagian ini Daud bersyukur karena Tuhan begitu baik kepada orang-orang Israel sehingga mereka dapat dibebaskan dari Mesir. Daud begitu kagum karena Tuhan sendiri turun untuk memimpin Israel keluar dari Mesir. Tuhan menyediakan diri-Nya sendiri untuk memimpin Israel keluar dari Mesir. Daud bersyukur untuk janji Tuhan bagi dirinya tanpa melepaskan janji itu dengan sifat Tuhan dan kebaikan Tuhan bagi seluruh Israel.
Refleksi:
Ini perlu kita pelajari. Ucapan syukur kita dan pujian kita tidak boleh terkurung hanya pada kebaikan Tuhan pada kita saja. Kebaikan Tuhan pada kita pasti berkait juga dengan sifat-Nya yang memang adalah kasih. Kebaikan Tuhan juga harus bisa mengalir terus kepada seluruh jemaat-Nya. Kebaikan Tuhan yang kita rasakan tetapi tidak dirasakan oleh jemaat lain adalah kebaikan Tuhan yang telah kita terima dengan rakus. Itu tidak akan membuat kita bertumbuh secara rohani.
Ayat 25-28 adalah permintaan Daud. Mungkin kita merasa ada yang berkontradiksi di sini. Kalau Daud merasa tidak layak, mengapa pada ayat-ayat ini dia berani meminta kepada Allah? Dia berani meminta kepada Allah karena permintaannya adalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah. Apa yang dia panjatkan kepada Tuhan adalah sesuatu yang memang Tuhan telah janjikan kepada dia. Apa gunanya meminta sesuatu yang telah Tuhan janjikan? Meminta sesuai janji Tuhan adalah tanda kedewasaan rohani. Jika keinginan kita, hal yang kita sangat idam-idamkan adalah sesuatu yang Tuhan tidak suka, maka itu tandanya kita hanyalah orang-orang yang masih kanak-kanak secara rohani. Tetapi jika keinginan kita selaras dengan kehendak Tuhan, itu tandanya kita adalah orang yang lebih dewasa secara rohani. Tetapi Daud bukan saja meminta sesuai dengan kehendak Tuhan. Dia juga meminta dengan waktu yang tepat. Permintaan ini adalah respons Daud untuk memohon Tuhan mengabulkan janji-Nya setelah Tuhan menyatakan janji-Nya. Permintaan ini pun muncul karena pemahaman Daud bahwa Tuhan pasti mengabulkan janji-Nya. Permintaan ini juga bukanlah permintaan yang berfokus pada kemuliaan diri Daud sendiri, karena permintaan ini adalah supaya nama besar Tuhan terus dinyatakan sampai selama-lamanya.
Refleksi:
Biarlah ini juga menjadi latihan kita dalam berdoa. Mendoakan perkabaran Injil atau mendoakan supaya orang-orang yang belum percaya bisa bertobat adalah hal yang pasti seturut dengan kehendak Tuhan, tetapi mungkin tidak benar-benar seturut dengan keinginan hati kita yang paling dalam. Mari berdoa meminta hati yang mendoakan hal yang tepat kepada Tuhan. Jika permintaan kita selaras dengan kehendak dan waktu Tuhan, alangkah bahagianya! Kiranya Tuhan mengajarkan kita berdoa dan memberikan kita hati yang senantiasa rindu mendoakan hal-hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam ayat 29 Daud menutup dengan memohonkan berkat Tuhan bagi keluarganya. Dia tahu bahwa dia dan keluarganya adalah orang-orang berdosa yang sangat mudah menjauhi Tuhan. Itu sebabnya dia meminta kekuatan dan berkat Tuhan. Daud mengingat Saul, yang telah kehilangan kesetiaan kepada Tuhan sehingga Tuhan menyingkirkan dia dan seluruh keluarganya dari takhta Israel. Daud tidak merasa dia dan kaum keluarganya lebih baik dari Saul. Itulah sebabnya doanya ini ditutup dengan permohonan agar Tuhan memberikan anugerah agar keluarganya boleh terus setia dan tidak dibuang oleh Tuhan.
Refleksi:
Setiap kali kita mengingat ada orang-orang yang jatuh dalam dosa dan bahkan meninggalkan Tuhan, biarlah kita ingat bahwa kita tidak lebih baik dari mereka. Hanya kalau Tuhan beranugerah maka kita dapat bertahan di dalam kesetiaan kepada Tuhan. Kesetiaan Tuhan dan anugerah-Nyalah yang menolong kita tetap ada dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan. Marilah kita senantiasa ingat untuk mendoakan hal yang sama kepada Tuhan. Doakan supaya Tuhan memberkati kita dengan iman dan ketaatan. Doakan keluarga kita dan gereja kita. kiranya Tuhan mengasihani kita semua.
Setelah menerima janji Tuhan, Daud segera memanjatkan doanya kepada Tuhan. Doa yang begitu agung dan indah ini perlu kita pelajari dengan lebih teliti. Mari kita perhatikan bersama-sama ayat 18. Pada bagian ini Daud menekankan ketidaklayakannya untuk datang kepada Tuhan. Daud merasa tidak layak untuk mendapatkan apa pun dari Tuhan tetapi Tuhan terus memberikan berkatnya secara berkelimpahan. Daud bukan saja merasa cukup diberkati oleh Tuhan, tetapi dia bahkan merasa Tuhan sudah terlalu banyak memberkati dia. Inilah doa yang sejati, yang dipanjatkan oleh orang yang selalu merasa tidak layak di hadapan Tuhan.
Refleksi:
Kita perlu belajar memiliki hati seperti ini ketika berdoa. Kita tidak menuntut Tuhan, merasa layak meminta, merasa sewajarnya diberkati. Semua ini hanya akan membuat kita makin jauh dari kerohanian sejati. Jika kita berani menganggap bahwa sudah sewajarnya Tuhan memberkati, maka tidak mungkin ucapan syukur yang sejati akan kita panjatkan. Mengapa bersyukur? Bukankah memang seharusnya Tuhan memberkati? Inilah kerohanian palsu yang sempit, yang salah menempatkan diri di hadapan Tuhan. Mari kita belajar untuk sujud kepada Allah sambil mengatakan apa yang Daud juga katakan, yaitu: “Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?” Mari Renungkan hal-hal yang sudah Tuhan kerjakan di dalam kehidupan kita. Apakah kita layak mendapatkan itu semua? Bukankah kita semua lebih layak menerima murka Tuhan karena pemberontakan kita? Kita adalah orang-orang yang telah memberontak kepada Raja di atas segala raja, tetapi Sang Raja semesta alam masih mau mengampuni kita.
Berikutnya kita lihat ayat 19-22. Ucapan syukur Daud sekarang dipanjatkan karena Allah adalah yang mengatur seluruh peristiwa sejarah. Daud melihat Allah sebagai yang merancang masa depan. Allah yang memegang masa depan. Dia menyatakan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang karena Dialah yang menetapkannya demikian. Betapa agungnya Tuhan! Sekarang kita tahu mengapa Daud merasa tidak layak dalam kalimat-kalimat ayat 18 tadi. Dia tahu betapa agungnya Tuhan. Dia yang hanya akan hidup beberapa puluh tahun saja di bumi sekarang menghadapi Allah yang kekal dan yang mengatur seluruh sejarah! Mengapa kita sulit merendahkan diri di hadapan Tuhan? Karena kita salah mengenal Tuhan. Doktrin Allah kita masih belum benar. Sedangkan orang yang studi tentang Allah tetapi tidak punya hati yang takut akan Allah akan menganggap bahwa doktrin kedaulatan Allah dalam sejarah hanyalah bagian dari perdebatan akademis.
Refleksi:
Jikalau kita ingin berdoa dengan hati yang takut akan Allah, biarlah kita memulai dengan mengenal siapakah Allah. Biarlah kita belajar untuk mempunyai hati yang gentar karena pekerjaan-pekerjaan dahsyat yang telah Allah lakukan bagi Israel. Biarlah kita sadar bahwa Tuhan begitu menakutkan jika Dia murka. Mari kita menyadari bahwa bangsa-bangsa besar dapat bangkit dan hancur adalah karena ketetapan Allah atas mereka. Allah yang mengangkat pemimpin, Allah juga yang menurunkan mereka. Takut akan Tuhan adalah permulaan dari hikmat (Ams. 9:10). Dengan menyadari keagungan Allah dan karya-Nya dalam seluruh alam semesta dari dahulu hingga akhir zaman, kita akan belajar untuk sujud menyembah Dia dengan hati yang sungguh-sungguh rela.
Pada ayat 22-24 Daud memuji Tuhan untuk kebaikan-Nya bagi Israel. Siapakah Allah yang menyatakan pekerjaan-pekerjaan-Nya membebaskan Israel dari Mesir. Tuhan menyiapkan segala sesuatu demi kebaikan umat-Nya. Kita tidak memuji Tuhan hanya kalau kebaikan-Nya langsung kita rasakan saja. Kita juga harus bersyukur kepada Tuhan kalau Dia menyatakan kebaikan-Nya bagi orang lain. Bahkan pada bagian ini Daud bersyukur karena Tuhan begitu baik kepada orang-orang Israel sehingga mereka dapat dibebaskan dari Mesir. Daud begitu kagum karena Tuhan sendiri turun untuk memimpin Israel keluar dari Mesir. Tuhan menyediakan diri-Nya sendiri untuk memimpin Israel keluar dari Mesir. Daud bersyukur untuk janji Tuhan bagi dirinya tanpa melepaskan janji itu dengan sifat Tuhan dan kebaikan Tuhan bagi seluruh Israel.
Refleksi:
Ini perlu kita pelajari. Ucapan syukur kita dan pujian kita tidak boleh terkurung hanya pada kebaikan Tuhan pada kita saja. Kebaikan Tuhan pada kita pasti berkait juga dengan sifat-Nya yang memang adalah kasih. Kebaikan Tuhan juga harus bisa mengalir terus kepada seluruh jemaat-Nya. Kebaikan Tuhan yang kita rasakan tetapi tidak dirasakan oleh jemaat lain adalah kebaikan Tuhan yang telah kita terima dengan rakus. Itu tidak akan membuat kita bertumbuh secara rohani.
Ayat 25-28 adalah permintaan Daud. Mungkin kita merasa ada yang berkontradiksi di sini. Kalau Daud merasa tidak layak, mengapa pada ayat-ayat ini dia berani meminta kepada Allah? Dia berani meminta kepada Allah karena permintaannya adalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah. Apa yang dia panjatkan kepada Tuhan adalah sesuatu yang memang Tuhan telah janjikan kepada dia. Apa gunanya meminta sesuatu yang telah Tuhan janjikan? Meminta sesuai janji Tuhan adalah tanda kedewasaan rohani. Jika keinginan kita, hal yang kita sangat idam-idamkan adalah sesuatu yang Tuhan tidak suka, maka itu tandanya kita hanyalah orang-orang yang masih kanak-kanak secara rohani. Tetapi jika keinginan kita selaras dengan kehendak Tuhan, itu tandanya kita adalah orang yang lebih dewasa secara rohani. Tetapi Daud bukan saja meminta sesuai dengan kehendak Tuhan. Dia juga meminta dengan waktu yang tepat. Permintaan ini adalah respons Daud untuk memohon Tuhan mengabulkan janji-Nya setelah Tuhan menyatakan janji-Nya. Permintaan ini pun muncul karena pemahaman Daud bahwa Tuhan pasti mengabulkan janji-Nya. Permintaan ini juga bukanlah permintaan yang berfokus pada kemuliaan diri Daud sendiri, karena permintaan ini adalah supaya nama besar Tuhan terus dinyatakan sampai selama-lamanya.
Refleksi:
Biarlah ini juga menjadi latihan kita dalam berdoa. Mendoakan perkabaran Injil atau mendoakan supaya orang-orang yang belum percaya bisa bertobat adalah hal yang pasti seturut dengan kehendak Tuhan, tetapi mungkin tidak benar-benar seturut dengan keinginan hati kita yang paling dalam. Mari berdoa meminta hati yang mendoakan hal yang tepat kepada Tuhan. Jika permintaan kita selaras dengan kehendak dan waktu Tuhan, alangkah bahagianya! Kiranya Tuhan mengajarkan kita berdoa dan memberikan kita hati yang senantiasa rindu mendoakan hal-hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
Dalam ayat 29 Daud menutup dengan memohonkan berkat Tuhan bagi keluarganya. Dia tahu bahwa dia dan keluarganya adalah orang-orang berdosa yang sangat mudah menjauhi Tuhan. Itu sebabnya dia meminta kekuatan dan berkat Tuhan. Daud mengingat Saul, yang telah kehilangan kesetiaan kepada Tuhan sehingga Tuhan menyingkirkan dia dan seluruh keluarganya dari takhta Israel. Daud tidak merasa dia dan kaum keluarganya lebih baik dari Saul. Itulah sebabnya doanya ini ditutup dengan permohonan agar Tuhan memberikan anugerah agar keluarganya boleh terus setia dan tidak dibuang oleh Tuhan.
Refleksi:
Setiap kali kita mengingat ada orang-orang yang jatuh dalam dosa dan bahkan meninggalkan Tuhan, biarlah kita ingat bahwa kita tidak lebih baik dari mereka. Hanya kalau Tuhan beranugerah maka kita dapat bertahan di dalam kesetiaan kepada Tuhan. Kesetiaan Tuhan dan anugerah-Nyalah yang menolong kita tetap ada dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan. Marilah kita senantiasa ingat untuk mendoakan hal yang sama kepada Tuhan. Doakan supaya Tuhan memberkati kita dengan iman dan ketaatan. Doakan keluarga kita dan gereja kita. kiranya Tuhan mengasihani kita semua.