perang dengan amon dan aram

Devotion from 2 Samuel 10:1-19
Bacaan hari ini dimulai dengan berita kematian Nahas, raja Amon. Ayat 2 mengatakan bahwa Daud bersahabat dengan raja Nahas. Ini aneh, sebab Nahas adalah musuh Israel (1Sam. 11:1-2). Persahabatan dari raja Nahas kepada Daud mungkin terjadi ketika Daud berada dalam pelarian (WBC jilid 11, hlm. 146). Tetapi walau bagaimana pun tidak tepat bagi Daud untuk mengikat persahabatan dengan raja Nahas. Namun kesalahan Daud yang lebih besar adalah karena dia berinisiatif melanjutkan persahabatan itu dengan anak Nahas, yaitu Hanun, setelah Nahas mati. Namun Tuhan mengintervensi rencana Daud. Dia tidak boleh membuat janji dengan orang-orang Amon. Memang benar bahwa negeri Amon tidak boleh diserang oleh Israel karena, sebagaimana difirmankan oleh Tuhan, daerah negeri Amon diberikan kepada keturunan Lot, bukan kepada Israel (Ul. 2:19). Tetapi Tuhan juga melarang Israel menjalin relasi dengan orang-orang Amon (Ul. 23:3). Apalagi Nahas adalah seteru orang Israel, mengapa Daud harus menjalin relasi dengan dia? Untuk memperkuat relasikah? Untuk menjalin kekuatan bersama? Tuhan tidak ingin Daud berelasi dengan mereka. Maka Tuhan merancang agar perjanjian itu batal, dan bahkan membuat Daud akhirnya berperang dengan mereka.
Ayat 3 dan 4 menunjukkan pendapat dari pegawai-pegawai Hanun, anak Nahas yang menggantikan dia sebagai raja Amon. Mereka tidak percaya kalau pegawai-pegawai Daud datang untuk menyampaikan ucapan belasungkawa dari Daud. Mereka menganggap kalau itu hanyalah strategi intelijen Daud untuk masuk ke kota-kota orang Amon dan menyelidiki kelemahannya untuk akhirnya menyerang negeri bani Amon. Maka raja Hanun mempermalukan mereka. Pegawai-pegawai Hanun menangkap para utusan Daud tersebut dan mencukur janggut mereka. Dengan demikian wajah mereka separuh licin dan separuh berjanggut. Janggut yang dicukur sebagian adalah penghinaan yang sangat besar bagi orang Israel pada waktu itu. Belum lagi tambahan pakaian mereka dipotong hingga mereka berada dalam keadaan yang sangat dipermalukan. Karena tahu Daud akan marah karena tindakan ini, Hanun menyewa tentara bayaran yang besar dari orang-orang Aram untuk menjaga diri dari serangan Daud. Lalu ayat 7 mengatakan bahwa Daud mengutus Yoab dengan seluruh pasukannya untuk berperang dengan orang Amon dan orang Aram. Ayat 9 mengatakan bahwa pasukan Yoab terjebak di dalam kepungan pasukan musuh. Di dalam keadaan terdesak ini Yoab dengan sigap membagi pasukan dalam dua bagian. Kalimat selanjutnya dari Yoab dalam ayat 12 menyatakan iman yang sangat besar. Yoab mengatakan kepada Abisai supaya dia menguatkan hatinya untuk pekerjaan Tuhan, yaitu membela kota-kota umat Allah, dan kiranya Tuhan melakukan apa yang dipandang-Nya baik. Yoab berharap kemenangan dengan mengakui kedaulatan Tuhan. Jikalau pasukannya menang, maka pasti itu karena Tuhan yang melakukan. Jikalau pasukannya kalah pun tetap itu terjadi karena Tuhan memutuskan demikian. Inilah keberserahan total tanpa diikuti dengan kepasifan. Berserah tidak berarti pasif menunggu tanpa kerjakan apa pun. Berserah berarti mengerjakan apa yang ada di depan dengan segenap bijaksana dan kekuatan yang Tuhan sudah berikan, tetapi tetap bersedia menerima apa pun keputusan Tuhan dari apa yang telah kita kerjakan itu.
Maka Tuhan pun bekerja dan melalui pasukan Yoab, pasukan Aram dihancurkan dan mereka melarikan diri dari Yoab dan Abisai. Ketika orang Aram mengumpulkan kekuatan lagi, di dalam ayat 17 dikatakan bahwa Daud dan pasukannya bergerak menuju daerah orang Aram. Ayat 18 mengatakan bahwa pasukan Daud menghancurkan orang-orang Aram itu. 700 pasukan berkerata kuda dan 40.000 tentara berkuda Aram tewas oleh pasukan Daud. Ini adalah kekalahan yang sangat besar. Pasukan Aram yang sanggup mengutus lebih dari 40.000 pasukan berkuda bukanlah kekuatan yang kecil, tetapi Daud menghancurkan mereka. Ayat 19 mengatakan bahwa orang Aram akhirnya takluk kepada Daud dan menjadi bangsa jajahan Daud yang harus membayar upeti kepada dia. Lalu bagaimana dengan orang Amon? Bukankah orang Amon yang lebih dulu cari perkara dengan Daud? Orang Amon juga pada akhirnya dihancurkan oleh Daud. Musuh Israel yang hampir mengikat perjanjian dengan Daud sekarang tetap berada dalam kebertundukan kepada Israel.
  1. Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel
    Kisah Kitab 2 Samuel mengenai perang dengan bani Amon diselingi oleh kisah kejatuhan Daud dengan Batsyeba. Dapat dikatakan perang dengan bani Amon dimulai dengan keputusan salah dari Daud untuk mengikat perjanjian dengan musuh Israel. Perang itu juga diselingi kejatuhan Daud dengan Batsyeba. Perang tersebut berakhir dengan kemenangan Israel, tetapi kisah narasi kitab ini berlanjut dengan kerusakan anak-anak Daud. Kisah kerusakan anak-anak Daud berlanjut dengan pemberontakan Absalom, anak Daud. Kisah itu dilanjutkan lagi dengan larinya Daud menghindari kejaran Absalom. Lalu kisah kitab ini berlanjut dengan keadaan kerajaan Israel yang hampir terpecah. Bagian akhir kitab ini menutup kisah hidup Daud sebagai raja Israel dengan penghukuman Tuhan dan penunjukan tempat untuk pembangunan bait. Bacaan kita hari ini adalah permulaan catatan menurunnya kehidupan Daud. Dia jatuh ke dalam dosa dan seluruh Israel ikut menanggung akibatnya bersama-sama dengan dia. Daud adalah orang berdosa yang mendapatkan belas kasihan Tuhan. Dia tidak sanggup menang atas dosanya. Itu sebabnya terpilihnya dia menjadi raja dan kedudukannya sebagai raja yang mencerminkan Sang Mesias, semua hanyalah karena anugerah yang Tuhan kerjakan di dalam diri Daud. Catatan Kitab Suci dalam 2 Samuel bukanlah catatan kesempurnaan hidup Daud. Catatan kitab ini adalah catatan mengenai seorang pendosa yang tidak layak tetapi dijadikan raja oleh Tuhan. Setiap catatan Alkitab tentang tokoh siapa pun selain Kristus, adalah catatan tentang kuasa Tuhan dan kemuliaan kasih-Nya yang rela memimpin hidup orang-orang berdosa yang tidak layak. Tidak ada tokoh pahlawan selain Allah sendiri yang sedang ditinggikan.
  2. Apakah yang dapat kita pelajari
    Kita melihat pada bagian ini bahwa Daud melakukan kesalahan. Daud adalah tipe orang yang agung dan berintegritas. Bisakah orang yang agung dan berintegritas jatuh? Ya. Jika Daud pun dapat mementingkan relasi pribadinya di atas umat Tuhan, apalagi kita. Jika Daud pun dapat jatuh ke dalam dosa, apalagi kita semua. Mari kita lihat dua hal:

    Yang pertama adalah Daud membiarkan relasi pribadinya dengan raja Nahas memengaruhi cara dia mengambil keputusan. Dia tidak lagi meminta pimpinan Tuhan untuk relasinya dengan Nahas. Sebenarnya Daud harus meminta pimpinan Tuhan karena sekarang dia adalah raja Israel. Dulu ketika Daud masih dalam pelarian dia dapat bersahabat dengan siapa pun, termasuk seteru Israel sekalipun. Tetapi ketika dia menjadi raja, seluruh tindakannya akan mewakili seluruh Israel. Sama seperti Daud kita sering kali lupa status kita sebagai orang Kristen. Kita lupa bahwa keputusan dan tindakan kita akan memengaruhi cara orang memandang Kristus dan Gereja-Nya. Kita dengan enteng melakukan apa pun tanpa menghiraukan bahwa cara kita hidup akan membuat orang memuji Tuhan atau menghina Tuhan.

    Yang kedua adalah Daud mengabaikan tindakan Nahas yang ingin mempermalukan seluruh Israel (1Sam. 11:2) dan mengutamakan tindakan Nahas bagi dirinya sendiri. Karena Nahas bersahabat dengan aku, walaupun dia membenci Israel, maka aku juga akan bersahabat dengan dia. Kita pun sering jatuh dalam hal ini. Baik kepada orang yang baik kepada kita, dan jahat kepada orang yang jahat kepada kita. Kita tidak memasukkan dalam pertimbangan kita apakah orang itu menghormati Tuhan atau tidak. Mari belajar untuk meletakkan perasaan pribadi kita di tempat yang rendah. Mari belajar untuk mengutamakan relasi dengan orang-orang yang mempunyai hati yang takut akan kebenaran dan belas kasihan.