Devotion from 2 Samuel 9:1-13
Bagian bacaan hari ini menyatakan cara Daud menggenapi janjinya kepada Yonatan (1Sam. 20:15-17). Ini berbeda dengan kebiasaan raja-raja untuk memusnahkan sama sekali keturunan dari raja sebelumnya. Semua anak dari raja yang bertakhta sebelumnya adalah kebahayaan untuk masa depan raja yang sedang bertakhta. Mengapa bahaya? Karena setiap musuh raja yang sekarang bisa saja mengumpulkan kekuatan dari pihak-pihak raja yang lama dan menyusun pasukan untuk memberontak. Tetapi Daud melihat janjinya kepada Yonatan sebagai sesuatu yang jauh lebih penting. Dia lebih takut gagal menepati perjanjian yang diikat di hadapan Tuhan dari pada ketakutan akan adanya konspirasi. Maka Daud pun menyuruh orang menyelidiki tentang keluarga Saul yang masih tersisa. Untuk dihukum matikah? Tidak. Untuk dijadikan keluarga sendiri.
Ternyata masih ada seorang anak Yonatan, yaitu Mefiboset (atau Meribaal, 1Taw. 9:40). Dia sedang bersembunyi di Lodebar. Setelah Mefiboset dibawa kepada Daud, berkatalah Daud untuk menenangkan hatinya. Daud bukan hanya mengembalikan semua tanah-tanah yang pernah dimiliki Saul ke tangan Mefiboset, Daud juga memberikan tempat bagi Mefiboset sebagai salah satu anak raja yang makan di meja raja. Mefiboset mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa meskipun dia adalah keturunan dari Saul. Daud memperlakukan Mefiboset dengan baik walaupun dirinya dahulu diperlakukan sangat buruk oleh Saul. Bahkan sebelum Saul mengejar Daud untuk dibunuh, dia sudah ragu-ragu memasukkan Daud menjadi salah satu anggota keluarganya. Saul ragu-ragu untuk memberikan anaknya kepada Daud (1Sam. 18:19). Saul begitu ketakutan kalau Daud akan melawan dia dari dalam. Tetapi Daud tanpa ragu sedikit pun menerima Mefiboset menjadi salah satu anggota keluarganya sendiri.
Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 2 Samuel
Kitab 2 Samuel menunjukkan bahwa kerajaan Israel kuat selama pemimpin mereka takut akan Tuhan. Selama Daud takut akan Allah, maka seluruh kerajaan mendapatkan berkat damai sejahtera dan keamanan. Tetapi jikalau Daud menyimpang, maka seluruh kerajaan akan menanggung akibatnya. Hingga bagian ini berkat Tuhan kepada Daud dan kesetiaan Daud kepada kebenaran terus dinyatakan. Daud tidak melakukan apa pun tanpa bertanya kepada Tuhan. Daud juga mempertahankan kebenaran-Nya dengan menjadikan Mefiboset salah satu anak angkatnya. Ini menandakan bahwa Daud bukan hanya taat kepada perjanjian yang telah dibuatnya, tetapi dia juga dengan setia berusaha memenuhi apa yang telah dia janjikan sebelumnya. Mengambil Mefiboset dan memberikannya belas kasihan bukanlah kewajiban dia sebagai raja pada waktu itu. Satu-satunya orang yang tahu tentang perjanjian ini, yaitu Yonatan, telah mati. Tetapi kesetiaan Daud dengan menghormati perjanjian yang telah dibuatnya membuat dirinya layak menjadi raja yang memimpin Israel. Daud menghormati perjanjiannya dengan Yonatan sebagai suatu perjanjian yang diikat di hadapan Allah (1Sam. 23:18). Bolehkah seorang raja, pemimpin umat Tuhan, menganggap rendah perjanjian yang pernah diikatnya sendiri? Tidak. Daud setia kepada perjanjian yang diikatnya sama seperti Tuhan juga setia dengan perjanjian yang diikat-Nya dengan umat-Nya. Berbeda dengan Saul yang sangat mudah mengabaikan apa yang telah dia janjikan, Daud menepati apa yang telah diikatnya. Bagian ini merupakan salah satu kisah yang menyatakan kesetiaan Daud kepada kebenaran sebagai alasan mengapa Israel begitu diberkati. Tidak mungkin seorang raja yang bertindak sembarangan akan membuat seluruh rakyat Israel mendapatkan penyertaan Tuhan. Sepanjang Kitab ini dinyatakan bahwa bila Daud tetap setia kepada kebenaran, maka seluruh Israel mendapatkan penyertaan dan kemenangan dari Tuhan. Tetapi jika tidak, maka kerajaan itu goncang. Kita akan melihat dalam bagian selanjutnya bahwa kejatuhan Daud akan berpengaruh kepada seluruh kestabilan bangsa Israel.Apakah yang dapat kita pelajari
Bagian ini mengajarkan kepada kita hal yang sangat penting mengenai kesetiaan kepada apa yang telah dijanjikan. Hal ini dapat kita pelajari dari kesetiaan Daud terhadap perjanjiannya dengan Yonatan. Perjanjian yang diikat dengan Yonatan tetap dianggap penting oleh Daud walaupun Yonatan telah mati. Demikian juga hendaknya kita belajar setia dengan kata-kata kita sendiri. Rene Descartes, seorang pemikir rasionalis Perancis abad ke-17, pernah mengatakan bahwa untuk mengetahui apa yang dipikirkan seseorang, lihatlah tingkah laku mereka, bukan perkataan mereka. Mengapa kalimat ini bisa keluar? Karena banyak orang yang menunjukkan kata-kata dan perbuatan yang bertolak belakang. Ada orang yang mengajar sesuatu tetapi melakukan yang lain. Ada orang yang memperkenalkan dirinya sebagai orang yang mempunyai sifat ini atau itu tetapi yang menunjukkan perbuatan yang sebaliknya. Ada yang berkoar-koar menunjukkan keberaniannya tetapi langsung lari ketika bahaya datang. Ada yang berjanji setia sampai mati tetapi segera menyangkal di depan seorang hamba perempuan (Mat. 26:69-70). Marilah kita belajar untuk mempunyai konsistensi antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Biarlah kita boleh menjadi orang yang mempunyai integritas. Biarlah perkataan kita dapat dipercaya oleh orang-orang karena mereka melihat betapa konsistennya kata-kata kita dengan perbuatan kita. Biarlah kita ingat bahwa kata-kata kita mengikat kita dengan kewajiban yang sangat besar sehingga kita tidak sembarangan berkata-kata tetapi juga tidak menghindar ketika sudah berkata-kata. Jika kata-kata kita harus kita hargai dengan komitmen untuk menjalankan, maka perjanjian yang kita ikat harus dipandang lebih tinggi lagi. Apalagi perjanjian yang diikat di hadapan Allah Tritunggal. Orang Kristen yang paling tidak bisa dipercaya mulutnya adalah orang Kristen yang melanggar janji nikahnya sendiri. Orang model ini menghina janji yang telah dia ucapkan di hadapan Allah. Jikalau Allah saja tidak dia pedulikan, apalagi manusia? Kita yang telah mengikat janji pernikahan di hadapan Allah Tritunggal, masihkah ingat janji itu? Masih ingat kepada siapa kita mengikatnya? Beranikah kita melanggar janji itu? Yang sudah berjanji untuk mengasihi hingga kematian memisahkan, saya ingatkan lagi, jangan sekali-kali menghina Allah dengan melanggar janji ini. Jika kita berani melanggar janji ini, Tuhan yang akan meminta tanggungjawab kepada kita. Jika orang yang melanggar kata-katanya sendiri akan dianggap sebagai orang hina, apalagi orang yang berani melanggar janjinya kepada Allah Tritunggal? Bukankah dia jauh lebih hina lagi? Karena itu jangan biarkan diri kita hidup di dalam integritas dan harga diri yang sangat rendah. Biarlah kita terus belajar menjadi orang-orang yang mempunyai keagungan hidup yang ditunjukkan dalam perkataan dan dalam perbuatan.Bayang-bayang Kristus
Dapatkah kita melihat bayang-bayang undangan keselamatan yang ditawarkan Kristus pada bagian ini? Kristus mencari seteru-seteru Allah seperti kita, lalu mendamaikan kita dengan Allah melalui darah-Nya sendiri, dan mengundang kita untuk masuk ke dalam perjamuan-Nya. Dia mengundang kita untuk menjadi ahli waris dan kita pun diundang untuk berada bersama-sama dengan Dia (Yoh. 14:3). Kita sebenarnya mewarisi pemberontakan nenek moyang kita yang telah jatuh ke dalam dosa. Di dalam Adam kita telah mewarisi dosa yang membuat kita sebenarnya berada pada posisi memberontak kepada Tuhan. Mefiboset pun demikian. Dia adalah cucu Saul, dan Saul memusuhi Daud. Tetapi Daud tidak melihat hal itu. Daud setia kepada apa yang telah dijanjikannya dan mengundang Mefiboset untuk menjadi anggota keluarganya sendiri. Kita semua adalah cucu Adam dan mewarisi keberdosaan Adam. Tetapi Kristus menggenapi janji keselamatan yang telah Allah berikan kepada Abraham dan mengundang kita untuk menjadi anggota keluarga Allah. Alangkah bahagianya memperoleh anugerah sedemikian besar dari Kristus. Ketahuilah bahwa keselamatan yang kita dapatkan bukan hanya meluputkan kita dari hukuman saja, tetapi menjadikan kita boleh makan sehidangan dengan Kristus sendiri (Why. 19:9). Dari orang-orang hukuman menjadi anggota keluarga. Betapa besar anugerah-Nya!