Devotion from 2 Samuel 23:1-39
Kitab 2 Samuel ditutup di sini. Pembahasan tambahan mengenai tulah dan penghukuman adalah catatan penghubung Kitab 2 Samuel dengan Kitab 1 Raja-raja. Kitab 2 Samuel sendiri memberikan akhir kisahnya pada perkataan terakhir Daud. Perkataan terakhir Daud adalah perkataan orang bijak. Perkataan-perkataan mereka biasanya dimulai dengan kata-kata, “tutur kata dari Daud, dari orang yang telah diangkat tinggi…” seperti juga Bileam di dalam Bilangan 24:3. Kata-kata ini dimulai dengan menjelaskan siapakah yang berbicara dan mengapa dia harus didengar. Banyak orang berbicara hal yang sangat tidak penting. Orang seperti ini tidak perlu didengar. Tetapi Daud mengatakan bahwa dia adalah orang yang telah diangkat tinggi, diurapi oleh Allah Yakub, dan Pemazmur yang disenangi. Kualifikasinya jauh lebih dari cukup. Dia bukan hanya diangkat oleh Allah menjadi raja yang diurapi, tetapi dia juga seorang penulis yang digemari. Tetapi Daud melanjutkan kalimat terakhirnya dengan mengatakan bahwa Roh Tuhan berbicara dengan perantaraan dia. Dengan demikian Daud memang harus didengar. Dia adalah raja, penulis, dan juga seorang yang telah diangkat tinggi oleh Allah sendiri. Tetapi yang lebih penting dari semua ini adalah bahwa Roh TUHAN berbicara dengan perantaraan Daud. Jika bukan firman Tuhan yang dikemukakan, apakah berkat rohani yang dapat diperoleh manusia? Guru-guru palsu beribadah kepada Allah tetapi mengajarkan pengajaran manusia saja (Yes. 29:13, Mat. 15:8-9). Daud membuka mulut karena Roh Tuhan berbicara melalui dia. Mari kita lihat nasihat terakhir Daud bagi kita semua.
Inilah catatan penutup kisah raja Daud. Apa yang terpenting dalam hidupnya dicatat di sini. Hal pertama adalah bahwa dia merupakan seorang pemimpin besar. Salah satu pemimpin terbaik di dalam sejarah. Tetapi Daud menjadi besar bukan karena kemampuan pengaturan atau strategi yang unggul. Alkitab memberikan penekanan kepada kehidupan Daud yang menjadi teladan. Dia menjadi teladan di dalam keberanian ketika dia menaklukkan Goliat. Dia menjadi teladan di dalam kerendahan hati dan kebergantungan kepada Tuhan, yaitu ketika dia berada di dalam pelarian. Dia juga menjadi teladan di dalam mengasihi dan membimbing anak buahnya sehingga hampir semua mereka rela mati bagi dia. Dia juga menjadi teladan bagaimana bersikap rela menerima hukuman atas dosa. Dan, yang paling utama adalah dalam seluruh hidupnya, Allah tidak pernah meninggalkan dia. Allah menyertai dia dan memberikan janji tentang keturunannya yang akan membangun Bait Suci. Janji inilah yang jauh lebih penting dari pada apa yang Daud telah lakukan dalam hidupnya. Catatan mengenai para pahlawan pun menunjukkan bahwa kemampuan Daud dalam berperang, semua raihan kemenangan yang dia peroleh, dan kekuatan sangat besar untuk menghancurkan musuh, semuanya adalah karena Allah. Allah yang memberikan dia kemampuan. Allah juga yang memberikan dia orang-orang hebat untuk menunjang dia. Daud bukanlah single fighter. Daud bukan raja serba bisa yang mengerjakan semuanya sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa melayani tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita semua perlu bantuan orang lain yang dikirim Tuhan untuk melayani bersama-sama. Pada akhirnya, kehidupan Daud menyatakan satu hal yang sangat penting, yaitu bahwa Tuhan menyertai Daud di dalam hidupnya, dan Tuhan menyertai Daud hingga pada keturunannya yang lahir kemudian.
Kitab 2 Samuel ditutup di sini. Pembahasan tambahan mengenai tulah dan penghukuman adalah catatan penghubung Kitab 2 Samuel dengan Kitab 1 Raja-raja. Kitab 2 Samuel sendiri memberikan akhir kisahnya pada perkataan terakhir Daud. Perkataan terakhir Daud adalah perkataan orang bijak. Perkataan-perkataan mereka biasanya dimulai dengan kata-kata, “tutur kata dari Daud, dari orang yang telah diangkat tinggi…” seperti juga Bileam di dalam Bilangan 24:3. Kata-kata ini dimulai dengan menjelaskan siapakah yang berbicara dan mengapa dia harus didengar. Banyak orang berbicara hal yang sangat tidak penting. Orang seperti ini tidak perlu didengar. Tetapi Daud mengatakan bahwa dia adalah orang yang telah diangkat tinggi, diurapi oleh Allah Yakub, dan Pemazmur yang disenangi. Kualifikasinya jauh lebih dari cukup. Dia bukan hanya diangkat oleh Allah menjadi raja yang diurapi, tetapi dia juga seorang penulis yang digemari. Tetapi Daud melanjutkan kalimat terakhirnya dengan mengatakan bahwa Roh Tuhan berbicara dengan perantaraan dia. Dengan demikian Daud memang harus didengar. Dia adalah raja, penulis, dan juga seorang yang telah diangkat tinggi oleh Allah sendiri. Tetapi yang lebih penting dari semua ini adalah bahwa Roh TUHAN berbicara dengan perantaraan Daud. Jika bukan firman Tuhan yang dikemukakan, apakah berkat rohani yang dapat diperoleh manusia? Guru-guru palsu beribadah kepada Allah tetapi mengajarkan pengajaran manusia saja (Yes. 29:13, Mat. 15:8-9). Daud membuka mulut karena Roh Tuhan berbicara melalui dia. Mari kita lihat nasihat terakhir Daud bagi kita semua.
-
Pentingnya pemerintah yang adil.
Daud mengatakan bahwa rakyat sangat perlu pemimpin yang adil dan takut akan Allah. Dengan pemimpin yang sedemikian, nama Tuhan akan dipermuliakan dan keindahan nama-Nya akan menjadi nyata pada waktunya. Pemimpin yang sejati bukanlah mereka yang mempunyai kekuatan politik terbesar, melainkan mereka yang mempunyai kekuatan hati terbesar. Dia yang rela bertindak demi keadilan dan dengan didorong oleh rasa takut akan Allah. Dia yang dengan tulus mau menjangkau rakyatnya, dan bukan dengan kepalsuan tata krama. Dialah yang akan menjadi pemimpin yang adil. Pemerintahan yang adil adalah harapan semua bangsa, bahkan semua agama. Tetapi di manakah pemimpin yang seperti ini? Adakah yang telah muncul? Sangat sulit. Tetapi Daud telah mendapatkan janji dari Tuhan bahwa dia akan terus menjadi sebuah dinasti yang panjang dan tidak terputus. Sampai kapankah tidak terputus? Sampai kedatangan Kristus. Itulah sebabnya dalam kalimatnya Daud segera beralih kepada keluarga (ay. 5). -
Pentingnya Sang Mesias.
Untuk membawa Kristus datang ke dalam dunia, maka Tuhan telah memilih Daud dan dinastinya. Tuhan sendiri yang mempersiapkan Sang Juruselamat ini. Inilah yang Tuhan rencanakan. Adakah manusia yang sanggup menjadi pemimpin yang adil secara sempurna? Tidak. Adakah yang sanggup luput dari keadilan Allah? Tidak. Kecuali Satu, yaitu Kristus. Itulah sebabnya Daud dan dinastinya mendapatkan kehormatan dapat menurunkan Sang Mesias yang datang menjadi manusia. Tuhan membangkitkan begitu banyak orang agung di PL, tetapi tidak ada satu pun yang layak menjadi Sang Juruselamat itu sendiri. -
Pentingnya penghakiman terakhir.
Bagian terakhir Daud memberikan peringatan bahwa keluarganyalah yang telah dipilih Allah untuk kedatangan Sang Raja, yaitu Anak Daud. Keluarga Daud menjadi jalur yang Tuhan kuduskan bagi dirinya sendiri. Berlawanan dengan keluarga Daud adalah orang-orang fasik. Tetapi orang fasik ini tidak akan dengan mudah ditaklukkan. Mereka seperti duri yang dihamburkan, sulit untuk dikumpulkan dengan tangan. Siapakah yang dapat mengusik orang fasik? Dia sangat pintar mencari uang, mempunyai cara kerja yang licik, dan mungkin juga punya kekuatan yang sangat besar. Bisakah raja Daud menghancurkan orang fasik? Ya. Dia bisa menghancurkan orang fasik atau raja fasik atau bangsa fasik sekalipun dengan pasukan tangguh yang dia miliki. Tetapi bisakah raja Daud menghancurkan kefasikan? Tidak. Bahkan di dalam diri Daud pun masih tersisa kefasikan yang perlu ditaklukkan. Jika demikian biarlah Sang Anak Daud, yang akan datang suatu saat nanti, menebus dunia ini dan membersihkannya dari kefasikan manusia. Hanya dengan api yang membakar habis semuanya, hanya dengan itulah orang fasik dan orang kejam akan dihancurkan.
Inilah catatan penutup kisah raja Daud. Apa yang terpenting dalam hidupnya dicatat di sini. Hal pertama adalah bahwa dia merupakan seorang pemimpin besar. Salah satu pemimpin terbaik di dalam sejarah. Tetapi Daud menjadi besar bukan karena kemampuan pengaturan atau strategi yang unggul. Alkitab memberikan penekanan kepada kehidupan Daud yang menjadi teladan. Dia menjadi teladan di dalam keberanian ketika dia menaklukkan Goliat. Dia menjadi teladan di dalam kerendahan hati dan kebergantungan kepada Tuhan, yaitu ketika dia berada di dalam pelarian. Dia juga menjadi teladan di dalam mengasihi dan membimbing anak buahnya sehingga hampir semua mereka rela mati bagi dia. Dia juga menjadi teladan bagaimana bersikap rela menerima hukuman atas dosa. Dan, yang paling utama adalah dalam seluruh hidupnya, Allah tidak pernah meninggalkan dia. Allah menyertai dia dan memberikan janji tentang keturunannya yang akan membangun Bait Suci. Janji inilah yang jauh lebih penting dari pada apa yang Daud telah lakukan dalam hidupnya. Catatan mengenai para pahlawan pun menunjukkan bahwa kemampuan Daud dalam berperang, semua raihan kemenangan yang dia peroleh, dan kekuatan sangat besar untuk menghancurkan musuh, semuanya adalah karena Allah. Allah yang memberikan dia kemampuan. Allah juga yang memberikan dia orang-orang hebat untuk menunjang dia. Daud bukanlah single fighter. Daud bukan raja serba bisa yang mengerjakan semuanya sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa melayani tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita semua perlu bantuan orang lain yang dikirim Tuhan untuk melayani bersama-sama. Pada akhirnya, kehidupan Daud menyatakan satu hal yang sangat penting, yaitu bahwa Tuhan menyertai Daud di dalam hidupnya, dan Tuhan menyertai Daud hingga pada keturunannya yang lahir kemudian.